TRIBUNNEWS.COM
- Mungkin selama ini orang hanya mendengar melalui cerita atau media
massa tentang Alquran dari kulit kayu tulisan tangan yang sudah berumur
ratusan tahun.
Nah bagi masyarakat Jambi dan sekitarnya yang hendak melihat Alquran itu, bisa datang ke Kemilau Sumatera di GOR Kotabaru.Alquran yang diperkirakan sudah berumur sekitar 500 tahun itu, ada di stan kabupaten Tebo.
Menurut Selamat, penjaga stan Tebo, Alquran yang berwarna kuning agak pudar tersebut diperoleh dari sebuah rumah warga Tebo, tepatnya di Desa Tabun, Kecamatan Tujuh Koto Ulu.
Menurut cerita, Alquran tersebut hanya bisa dipegang oleh turunan dari yang menulis, namun bukan turunan yang sembarang turunan.
"Tidak tahu juga apa yang akan diterima bila orang lain memegangnya. Yang jelas kata orang banyak, yang boleh megangnya hanya nenek tua yang diwariskan dari datuknya dulu, dan nanti, dia (nenek yang mempunyai Alquran itu) akan mewariskan ke yang lain lagi," kata Selamat, Minggu (14/10).
Selamat mengatakan, menurut informasi yang ia dapat, Alquran yang ditulis di kulit kayu itu ditulis tangan oleh Muhammad Laji Datuk Temenggung Payung Agung yang mengaji di Pakistan sekitar tahun 1500 Masehi.
Setelah itu, Alquran diwariskan kepada anak cucunya. Selamat juga mengatakan, di Desa Tabun, masyarakat mempercayai bahwa si pemegang Alquran tersebut dipercaya memiliki ilmu sehingga mampu mengobati orang sakit. Namun si nenek itu, tidak mau dipanggil oleh orang sebagai dukun.
Dijelaskan Selamat, cara pengobatan yang dilakukan oleh nenek tersebut adalah dengan cara membacakan doa-doa, namun juga memberikan air yang harus diminum.
"Saya juga tidak tahu persisnya seperti apa. Soalnya saya belum pernah berobat di sana. Tetapi menurut cerita orang, ya seperti itu," ungkapnya sambil tersenyum.
Menurut pantauan Tribun, selain memiliki Alquran yang unik, di Stan Kabupaten Tebo juga menampilkan alat tradisional masyarakat Tebo pada puluhan tahun silam, seperi kisar padi yang difungsikan sebagai pengupas padi untuk dijadikan beras.
Kemudian ada lesung yang difungsikan untuk menumbuk atau menghancurkan beras untuk dijadikan tepung dan menghaluskan barang-barang lainnya, nyiru, ayak, kidding, ambung, dan alat tradisional lainnya untuk mengolah padi.
Di stan ini juga ditampilkan alat tradisional untuk mencari ikan yang terbuat dari berbagai bahan seperti Sarekap yang dibuat dari bambu, Lukah juga dibuat dari bambu, Jala dari tangsi dan benang, Unak yang terbuat dari duri unak, dan alat lainnya yang difungsikan untuk menangkap ikan.
"Ini sudah jarang sekali ditemukan di rumah warga. Ini saja minjam di rumah-rumah warga yang sudah berumur," ungkapnya.
Pada pameran Kemilau Sumatera ini, tidak sedikit masyarakat yang datang tahu apa fungsi dari alat tradisional yang dipamerkan. Seperti halnya Heru Hardiansyah, mahasiswa sebuah perguruan tinggi di Jambi.
Ia mengaku tidak banyak tahu kegunaan dan nama dari alat-alat tradisional yang dimamerkan tersebut. "Ado yang tahu, ado yang idak. Tapi kalau Kisar (alat pengupas padi untuk dijadikan beras) memang tidak tahu, dan ini adalah kali pertamanya saya melihat ini," kata Heru. (muzakkir)
Sumber Berita : http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=3675999893100308074#editor/target=post;postID=4918526164119263838
0 komentar:
Posting Komentar