KEKERASAN di Pondok Pesantren (Ponpes) SMA
Daarul Ulil Albaab Desa Kedung Kelor Kecamatan Warureja yang terjadi
beberapa hari silam, dikecam oleh berbagai pihak. Kekerasan yang
melibatkan sejumlah santri ini, semestinya tidak harus terjadi karena
kesalahan mereka tidak begitu fatal.
Anggota Komisi IV DPRD Kabupaten Tegal yang
membidangi pendidikan, M Tapsir, mengaku kecewa dengan adanya insiden
kekerasaan di Ponpes tersebut. Menurutnya, sanksi tidak seharusnya
dengan kekerasan. Sanksi dapat diberikan dengan hukuman yang mendidik.
Seperti menghafal Al quran, mencukur rambut, dan membersihkan kamar
mandi.
"Bagaimanapun juga, itu hanya kesalahan
kecil yang seharusnya tidak menggunakan kekerasan. Itu sudah menyalahi
norma pendidikan," tegas Tapsir yang juga anggota FPKB DPRD itu, Senin
(12/11) kemarin.
Humas Ponpes Attauhidiyah
Kaligayam Kecamatan Talang ini, tidak menampik bahwa di setiap Ponpes
selalu ada sanksi yang diberikan kepada santri. "Semua Ponpes pasti
menerapkan sanksi. Dan itu tidak hanya di ponpes saja, di sekolah
reguler pun demikian. Tetapi, sanksinya harus yang mendidik," ujarnya
lagi.
Dia menegaskan, apabila ditemui ada santri
yang tidak mematuhi aturan hingga berulang-ulang, pihak Ponpes tidak
perlu geram. Lebih baik, santri yang nakal tersebut dikembalikan ke
orang tuanya. "Biar orang tuanya yang mengurus. Ponpes tidak perlu
memberikan kekerasan pada santri yang nakal," sambungnya.
Terkait
kekerasan yang terjadi di Ponpes tersebut, Kepala Kantor Kemenag
Kabupaten Tegal, Drs H Ahmad Ubaedi MSi, melalui Humasnya, Fatkhul
Yaman, mengaku belum menerima laporannya. Baik laporan dari Ponpes
maupun dari orang tua korban. Karena itu, pihaknya tidak bisa
memberikan komentar lebih banyak lagi.
"Tidak ada laporan yang masuk ke sini (Kemenag, Red). Sehingga, kami belum bisa berkomentar," ucapnya.
Seperti
diberitakan sebelumnya, salah satu santri Ponpes SMA Daarul Ulil
Albaab Desa Kedung Kelor Kecamatan Warureja, diduga dianiaya kakak
kelasnya hingga mengalami luka lebam di bagian kaki. Akibatnya, santri
yang diketahui bernama Hedi Arip Alan Pratama (15), kelas 1 SMA Intensif
ini, mengalami trauma. Kejadian itu berlangsung pada Senin (29/10)
malam lalu. Dan korban juga sempat dirawat di RS Mitra Siaga Kramat .
Hingga kini, korban belum mau berangkat ke Ponpes lagi. (yer)
Sumber Berita : http://www.radartegal.com/index.php/Kekerasan-di-Ponpes-Tidak-Dibenarkan.html