Kemeriahan dan gegap gempita warga Solo dalam penyambutan mobil Esemka yang kembali dari Jakarta ternyata tak ikut dinikmati H Sukiyat. Meski merupakan sosok di balik pembuatan mobil yang menjadi buah bibir itu, ia justru merasakan kekecewaan mendalam.
KEMARIN Sukiyat tampak sibuk dengan pekerjaannya. Ada beberapa mobil yang harus dicat ulang di Bengkel Kiat Motor miliknya di Jalan Klaten-Solo, Dukuh Ngaran, Desa Mlese, Kecamatan Ceper, Klaten.
’’Saya ikut senang dengan tanggapan masyarakat atas mobil itu. Tidak masalah, apa pun nama mobil itu sekarang,’’ kata pengusaha difabel yang mengawali usahanya dengan menjadi tukang cat Vespa pada tahun 1975 itu.
Meski ikut bangga, warga Dukuh Jotang, Desa Kradenan, Kecamatan Trucuk, Klaten, itu masih memendam rasa malu dan kecewa yang mendalam. Dia masih ingat betul peristiwa yang terjadi Sabtu Pahing, 18 Februari silam.
Tepatnya, setelah dia menyerahkan mobil Kiat Esemka yang baru selesai diperbaiki dan dicat ulang kepada Wali Kota Surakarta Joko Widodo. Menjelang keberangkatan ke Jakarta untuk uji emisi, mobil yang disebut-sebut sebagai calon mobil nasional (mobnas) itu rusak karena dicoba banyak orang.
Sukiyat harus mengganti kap mesin, memperbaiki bemper, gril, panel radiator, dan mengecat ulang mobil hitam tersebut. Waktu itu, peserta kirab memakai pakaian kejawen. Sukiyat diajak ikut.
Sebelum berangkat, pihak Solo memberitahu Joko Sutrisno yang waktu itu menjabat direktur Pembinaan SMK Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Sukiyat diperbolehkan ikut kirab. Namun, tiba-tiba terjadi peristiwa tak terduga.
’’Waktu itu, dia (Joko) menelepon Kepala SMKN 2 Pak Susanto dan meminta agar teleponnya diberikan kepada saya. Dia marah-marah. Saya diminta melepas tulisan Kiat Esemka saat itu juga. Saya tak boleh ikut kirab. Tapi karena sudah telanjur, saya ikut sampai selesai,’’ kata Sukiyat sedih.
Selesai kirab, logo Kiat Esemka di gril depan serta stiker di bawah lampu sein depan kanan-kiri, di pintu samping belakang kanan-kiri, dan pintu belakang pun dilepas.
Saat itu juga logo Kiat diganti logo Esemka bergambar roda gigi yang telah disiapkan. Sebagai orang tua, Sukiyat malu luar biasa. Dia sama sekali tak menyangka akan dimarahi karena menempelkan logo. Sebab, sejak awal logo itu sudah ada.
’’Sebelum ke Jakarta, Pak Jokowi menelepon saya, tapi saya tak mau ikut, takut dimarah-marahi Joko Sutrisno lagi. Malu, saya ini sudah tua kok dimarah-marahi,’’ ucap ayah dua putra itu.
Tapi, Sukiyat tak ingin meratapi kekecewaannya. Sebab, masih banyak yang memerlukan jasa dan pengabdiannya. Apalagi semua orang sudah tahu bahwa mobil itu dibuat di bengkel Kiat Motor Klaten.
Bahkan, setelah pencopotan itu, simpati terus mengalir. Ratusan SMS dukungan masuk ke ponselnya. Fakultas Seni Rupa dan Desain Universitas Trisakti Jakarta bahkan menawarkan kerja sama. Tiga dosen, yakni Ganal Rudiyanto, Eveline CS, dan Rully Soeriatmadja datang ke bengkelnya, 23 Februari lalu.
’’Ternyata banyak yang mendukung, mengapresiasi, dan bersimpati pada saya. PII (Persatuan Insinyur Indonesia) pusat bahkan membantu tanah dan bangunan seluas 850 meter persegi di Solo untuk Yayasan Shelter Worhshop (YSW) yang saya kelola agar bisa digunakan untuk pengembangan kemampuan anak-anak cacat,’’ tuturnya.
Mobil untuk Difabel
Awalnya, kerja sama pembuatan mobil antara Kiat Motor dengan SMKN 1 Trucuk, Klaten dimulai tahun 2009. Siswa yang kebanyakan dari keluarga kurang mampu diajak belajar di bengkel lama Kiat Motor di Dukuh Jotang, Desa Kradenan, Kecamatan Trucuk.
Karya mereka antara lain mengubah Toyota Crown menjadi Land Cruiser, kemudian membuat mobil SUV Kiat Esemka menggunakan mesin Timor. Waktu itu, Joko Sutrisno datang membawa mesin tanpa gearbox dan persneling, lalu menyuruh agar dipasang di Land Cruiser.
Singkat cerita, 28 Oktober 2010 kerja sama itu diresmikan Wapres Boediono di SMKN 2 Surakarta. Pembuatan mobil Kiat Esemka dilakukan di Bengkel Kiat Motor. Sebelas siswa SMK terlibat, masing-masing SMK mengirim dua anak dan satu guru. SMKN 2 Surakarta mengirim enam anak, namun SMKN 5 dan SMK Warga tak mengirim.
Siswa diminta membuat miniatur body Hardtop. Karya siswa SMK Salatiga dinilai paling bagus, sedangkan juara II SMK Tunas Harapan Pati, juara III SMKN 2 Surakarta, kemudian baru SMKN 1 Trucuk, Klaten.
Mereka juga membantu membuat body mobil Kiat Esemka, karena hampir semua bagian dikerjakan karyawan yang sudah ahli dan berpengalaman.
’’Jokowi dan Rudy (Wakil Wali Kota Surakarta Hadi Rudyatmo) memesan mobil pada Juli 2011, namun baru diserahkan Januari 2012 dan bikin geger karena akan dijadikan mobnas,’’ katanya tersenyum bangga.
Di sisi lain dia mengakui bahwa pembuatan mobil serupa sudah dirintis SMK Singosari Malang dan SMK Muhammadiyah Borobudur. Saat ini, mobil karyanya bersama anak SMK yang berada di Solo berjumlah empat unit, dua di antaranya untuk kendaraan dinas wali kota dan wakil wali kota, satu SUV di SMKN 5, dan sebuah double cabin di SMKN 2 Surakarta.
Di SMKN 1 Trucuk, Klaten ada dua unit, yakni satu pikap yang baru selesai 75 persen dan sebuah SUV yang baru digarap 50 persen.
Meski masih memendam rasa kecewa, Sukiyat tak patah semangat. Baginya, penghargaan tidak dinilai dengan uang. Yang penting, berjuang bagi sesama. Dia ingin Indonesia tidak menjadi penonton dan pasar produk luar negeri, sehingga kalau bisa membuat mobil sendiri. Dia mengutip pepatah, ’’Janganlah jadi budak di negeri sendiri.’’
’’Sekarang saya cuma kerja sama dengan SMKN 1 Trucuk. Saya kembali ke habitat. Rencananya, kami akan memproduksi mobil beroda tiga untuk difabel agar mereka mudah ke mana-mana,’’ ujarnya. (59)
Sumber Berita : http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2012/03/01/178901/Malu-dan-Kecewa-Logo-Kiat-Dicopot-Paksa-