PRIA berbaju koko dengan kepala berbalut kopyah itu bersalaman hangat dengan sejumlah narapidana dan tahanan di depan masjid Lembaga Pemasyarakatan (LP) Kedungpane Semarang. Bibir bertimpal kumis dan jenggot tipis itu tak henti-hentinya menyunggingkan senyum cerah.
Beberapa saat kemudian, pria kelahiran Tegal, 16Agustus 1965 itu sudah berada di ruang tunggu LP. Sekitar 18 orang pimpinan kecamatan se-Kabupaten Tegal mengerumuninya. Di antara gayengnya perbincangan penuh tawa itu, suasana tiba-tiba berubah sendu.
"Sabar saja, tabah. Yang diuji bukan saya, kalian, atau rakyat Tegal, tapi hukum negeri ini," kata pria berbadan kecil yang tak...