MERDEKA.COM,
Sembilan tahun berkutat dengan nuklir dalam laboratorium reaktor Dimona
di gurun Negev, selatan Israel, tidak membuat Mordechai Vanunu dingin
terhadap perempuan. Mossad (dinas rahasia luar negeri Israel) paham
benar soal itu.
Vanunu bekerja sebagai teknisi nuklir di sana sejak 1976. Tiga tahun kemudian, dia mengambil kuliah jurusan geografi dan filsafat di Universitas Ben Gurion, Kota Beersheba. Di kampus, dia terlibat kegiatan politik yang menentang kebijakan Israel terhadap Palestina, termasuk mengutuk Perang Libanon 1982. Dia akhirnya diberhentikan pada awal 1985 setelah ikut berunjuk rasa menyokong terbentuknya negara Palestina. Sebelum keluar, dia berhasil mencuri dokumen program nuklir rahasia Israel serta menghasilkan 57 jepretan secara rahasia.
Sebab itu, Mossad menggunakan agen perempuan cantik dengan nama sandi Cindy buat menjebak Vanunu. Perempuan bernama lengkap Cheryl Bentov itu menyamar sebagai pelancong asal Amerika Serikat. Hasilnya memang tidak mengecewakan. Vanunu yang ketika itu 32 tahun terpikat dengan paras menawan dan tubuh molek Cindy, seperti dilansir surat kabar the Times.
Vanunu dituduh sebagai pengkhianat lantaran mempublikasikan proyek nuklir Israel setelah wawancara dia dengan koran the Sunday Times terbit awal September 1986. Masyarakat internasional yang sudah curiga terhadap Israel kian gempar lantaran Vanunu berani membuka rahasia itu. Sejak itu, Vanunu masuk daftar incaran nomor wahid Mossad.
Singkat cerita, Vanunu dan Cindy menjalin asmara. Namun, Mossad tidak mau gegabah menangkap Vanunu di Inggris. Jika itu terjadi, bisa merusak hubungan kedua negara. Satu-satunya cara adalah bagaimana agar lelaki Yahudi keturunan Maroko itu mau keluar dari Inggris. Itu menjadi tugas utama Cindy selanjutnya.
Di akte, perempuan kelahiran 1960 ini bernama Cheryl Hanin. Dia dilahirkan di keluarga keturunan Yahudi dan sempat tinggal di kota Pennsylvania dan Orlando, Negara Bagian Florida, Amerika. Menginjak remaja, dia bersama orang tuanya pindah ke Israel. Di negara Zionis itu, di menemukan pendamping hidup, agen Mossad bernama Ofer Ben Tov. Mereka menikah pada 1985 dan Cindy ikut direkrut serta dilatih menjadi mata-mata.
Kelihaian Cindy membuat Vanunu terbuai. Akhir September 1986, keduanya sepakat terbang ke Ibu Kota Roma, Italia, buat liburan. Kapal intai milik Angkatan Laut Israel, INS Noga, diperintah bersiaga di lepas pantai Italia.
Dari bandar udara, Cindy bersama Vanunu menumpang taksi menuju sebuah apartemen hyang sudah mereka sewa. Di apartemen itulah, tiga agen Mossad lainnya menunggu. Di sanalah Vanunu dilumpuhkan. Dia dibuat pingsan dengan suntikan obat bius. Tugas Cindy selesai sampai di situ.
Malamnya, dengan minibus putih sewaan Kedutaan Besar Israel di Roma, ketiga agen Mossad itu membawa Vanunu ke dermaga. Lantas menumpang perahu cepat menuju INS Noga, yang akhirnya mendarat di pantai antara Ibu Kota Tel Aviv dan Haifa di Israel.
Vanunu diadili secara rahasia, tanpa saksi dan pembela. Dia diivonis 18 tahun, termasuk 11 tahun dalam penjara isolasi. Dia dibebaskan pada 2004 dengan status tahanan kota.
Sumber: Merdeka.com
Vanunu bekerja sebagai teknisi nuklir di sana sejak 1976. Tiga tahun kemudian, dia mengambil kuliah jurusan geografi dan filsafat di Universitas Ben Gurion, Kota Beersheba. Di kampus, dia terlibat kegiatan politik yang menentang kebijakan Israel terhadap Palestina, termasuk mengutuk Perang Libanon 1982. Dia akhirnya diberhentikan pada awal 1985 setelah ikut berunjuk rasa menyokong terbentuknya negara Palestina. Sebelum keluar, dia berhasil mencuri dokumen program nuklir rahasia Israel serta menghasilkan 57 jepretan secara rahasia.
Sebab itu, Mossad menggunakan agen perempuan cantik dengan nama sandi Cindy buat menjebak Vanunu. Perempuan bernama lengkap Cheryl Bentov itu menyamar sebagai pelancong asal Amerika Serikat. Hasilnya memang tidak mengecewakan. Vanunu yang ketika itu 32 tahun terpikat dengan paras menawan dan tubuh molek Cindy, seperti dilansir surat kabar the Times.
Vanunu dituduh sebagai pengkhianat lantaran mempublikasikan proyek nuklir Israel setelah wawancara dia dengan koran the Sunday Times terbit awal September 1986. Masyarakat internasional yang sudah curiga terhadap Israel kian gempar lantaran Vanunu berani membuka rahasia itu. Sejak itu, Vanunu masuk daftar incaran nomor wahid Mossad.
Singkat cerita, Vanunu dan Cindy menjalin asmara. Namun, Mossad tidak mau gegabah menangkap Vanunu di Inggris. Jika itu terjadi, bisa merusak hubungan kedua negara. Satu-satunya cara adalah bagaimana agar lelaki Yahudi keturunan Maroko itu mau keluar dari Inggris. Itu menjadi tugas utama Cindy selanjutnya.
Di akte, perempuan kelahiran 1960 ini bernama Cheryl Hanin. Dia dilahirkan di keluarga keturunan Yahudi dan sempat tinggal di kota Pennsylvania dan Orlando, Negara Bagian Florida, Amerika. Menginjak remaja, dia bersama orang tuanya pindah ke Israel. Di negara Zionis itu, di menemukan pendamping hidup, agen Mossad bernama Ofer Ben Tov. Mereka menikah pada 1985 dan Cindy ikut direkrut serta dilatih menjadi mata-mata.
Kelihaian Cindy membuat Vanunu terbuai. Akhir September 1986, keduanya sepakat terbang ke Ibu Kota Roma, Italia, buat liburan. Kapal intai milik Angkatan Laut Israel, INS Noga, diperintah bersiaga di lepas pantai Italia.
Dari bandar udara, Cindy bersama Vanunu menumpang taksi menuju sebuah apartemen hyang sudah mereka sewa. Di apartemen itulah, tiga agen Mossad lainnya menunggu. Di sanalah Vanunu dilumpuhkan. Dia dibuat pingsan dengan suntikan obat bius. Tugas Cindy selesai sampai di situ.
Malamnya, dengan minibus putih sewaan Kedutaan Besar Israel di Roma, ketiga agen Mossad itu membawa Vanunu ke dermaga. Lantas menumpang perahu cepat menuju INS Noga, yang akhirnya mendarat di pantai antara Ibu Kota Tel Aviv dan Haifa di Israel.
Vanunu diadili secara rahasia, tanpa saksi dan pembela. Dia diivonis 18 tahun, termasuk 11 tahun dalam penjara isolasi. Dia dibebaskan pada 2004 dengan status tahanan kota.
0 komentar:
Posting Komentar