TEMPO.CO, Jakarta
- Sistem pendidikan di Indonesia dinilai gagal memberikan keteladanan.
Kegagalan ini terasa semakin menguat dalam kisruh penyelenggaraan Ujian
Nasional 2013. Ketiadaan sikap rendah hati Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Mohammad Nuh menguatkan fakta hilangnya budaya malu dan
rendah hati seorang pemimpin.
"Pemimpin mestinya menjadi teladan nilai-nilai asketik
dan altrustik," kata J Sumardianta, pengajar SMA Kolese De Britto,
Yogyakarta dalam diskusi bertema Pendidikan Kebudayaan dari Zaman
Pergerakan Hingga Kini di Serambi Salihara, Selasa, 7 Mei 2013. Namun,
fakta yang ditemukan di lapangan pemimpin justru cenderung serakah,
egois, dan oportunis.Sumardianta mengkritik penyelenggaraan ujian nasional yang disebutnya salah kaprah. Menurut dia, semangat Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan evaluasi dilakukan pada tingkat masing- masing satuan pendidikan. Tetapi, mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, Badan Standar Nasional Pendidikan justru menyelenggarakan evaluasi untuk menentukan kelulusan. "Peraturan ini harus batal demi hukum," kata dia.
Menurut dia, sistem pendidikan seharusnya memberikan ruang seluas-luasnya bagi anak didik untuk mengembangkan gagasannya. Pendidik, seharusnya menjadi pendengar yang baik dan menjadikan siswa sebagai pusat kegiatan mengajar dan belajar.
Sehingga, kata dia, pendidik yang baik akan mengantarkan siswa menjadi manusia bermental driver atau pengemudi dan winner alias mental juara. "Kurikulum diolah dan disajikan sesuai dengan kebutuhan murid," ujarnya.
Abdullah Kallaf, Staf Ahli Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Bidang Organisasi dan Manajemen menyatakan, pembaharuan kurikulum merupakan suatu keniscayaan untuk menjawab perubahan. Menurut Abdullah, perkembangan teknologi dan informsi membutuhkan kurikulum yang dinamis. Output kurikulum yang sedang disusun, kata dia, baru bisa dirasakan pada tiga tahun mendatang. "Kurikulum yang baru harus bisa menjawab tantangan enam tahun yang akan datang," kata dia.
Dia menjelaskan, ada sejumlah alasan kenapa kurikulum mesti diperbaharui. Di antaranya, informasi yang tersedia di mana-mana, sistem komputerisasi, sistem yang otomatis dan perubahan komunikasi. Dengan berbagai perkembangan ini, siswa dituntut mencari tahu, memformulasikan masalah, analisis pengambilan keputusan dan mampu berkolaborasi. Dengan sistem ini, peran murid peserta didik dalam proses belajar mengajar akan semakin diperluas. "Peran guru akan dikurangi," kata Kallaf.
WAYAN AGUS PURNOMO
Sumber Berita : http://id.berita.yahoo.com/menteri-nuh-dinilai-gagal-memberi-keteladanan-030214599.html
0 komentar:
Posting Komentar