PAGERBARANG - Bibit padi Mari Sejahterakan Petani (MSP) yang dikembangkan oleh DPP PDI Perjuangan, akhir-akhir ini banyak permintaan dari masyarakat. Untuk itu, melalui penanaman uji coba ini, hasil panen akan dikembangkan menjadi bibit dan disebarkan ke masyarakat luas. Hal ini disampaikan Anggota Departemen Pertanian, Peternakan, Perikanan dan Kelautan DPP PDI Perjuangan, Damayanti Wisnu Putranti SIP, saat penanaman padi MSP di Desa Srengseng, Kecamatan Pagerbarang, Kabupaten Tegal, Kamis (15/3) siang.
Upaya mengembangkan bibit tersebut, pihaknya mencoba menanam di daerah yang banyak permintaan. Yakni di desa-desa wilayah Dapil Jawa Tengah IX antara lain Kabupaten Brebes, Kabupaten Tegal, dan Kota Tegal. Kali ini, uji coba penanaman dilakukan di lahan seluas setengah bau atau 3500 meter persegi dengan benih sebanyak 5 kilogram milik Kepala Desa Rejegwesi, Kecamatan Pagerbarang, Haryoto. Pananaman dilakukan Damayanti Wisnu Putranti SIP, didampingi Ketua Departemen Pertanian DPP PDI Perjuangan, DR Ir Lukman Hakim Sibuea, Ketua Departemen Kesehatan DPP PDI Perjuangan, Sereida Tambunan dan lainnya. Turut hadir pada kesempatan itu, pengurus DPC PDI Perjuangan Kabupaten Tegal yang juga anggota DPRD Kabupaten Tegal, Hajjah Marhamah SH dan kader-kadernya.
Damayanti tak menampik, bibit padi jenis MSP, memiliki keunggulan dan keuntungan, dibanding jenis padi lainnya. Tak heran, apabila permintaan masyarakat sangat tinggi. Seiring dengan permintaan yang tinggi, bibit tersebut masih terbatas, karena itu, baru bisa diberikan kepada kalangan sendiri. “Nantinya dari hasil panen pada setiap lahan uji coba, hasilnya akan dikembangkan untuk bibit dan disebarkan untuk masyarakat luas,” terang Damayanti.
Sebelumnya dijelaskan DR Ir Lukman Hakim Sibuea, padi jenis MSP selain tahan terhadap hama dan serangan tikus, hasilnya juga diatas padi jenis lainnya. Pada uji coba tanam di lahan seluas 800 meter persegi, menghasilkan gabah sebanyak 692 kilogram. Jika ditanam di lahan seluas satu hektar, maka akan menghasilkan 8, 65 ton gabah. Usia padi MSP sejak mulai tanam sampai panen hanya 105 hari. “Selain tahan hama dan hasilnya banyak, padi MSP yang merupakan program DPP PDI Perjuangan, juga menekan biaya produksi semurah mungkin agar petani menikmati keuntungan yang banyak,” ujar Lukman.
Dijelaskan, selama masa tanam, padi MSP harus dilakukan penyemprotan dengan pupuk organic cair MSP, yang harganya hanya Rp 30 ribu per liter, bisa digunakan untuk tanaman padi seluas satu hektar. Sementara obat-obatan lainnya harganya antara Rp 45 - 60 ribu per liter. Penggunaan pupuk organic cair MSP dari tanam sampai panen hanya dilakukan 5 sampai 6 kali. Selain itu, masa panen padi jenis MSP bisa lebih cepat 20 hari dari padi jenis lainnya. “Kalau biasanya biaya produksi untuk lahan seluar satu hektar mencapai Rp 6 juta, tapi dengan menggunakan bibit padi dan pupuk MSP bisa ditekan hanya sekitar Rp 4 juta. Keuntungan lainnya, panen bisa lebih cepat dan hasilnya 1 hingga 2 ton diatas jenis padi lainnya,” tuturnya.
Ditambahkan Damayanti, padi MSP yang disemprot dengan pupuk organic cair MSP, tidak mudah diserang tikus karena batang dan daunnya sangat keras. Selain hasil panennya lebih banyak dari padi jenis lainnya, biaya penggarapan yang dikeluarkan juga lebih rendah, sehingga sangat menguntungkan petani.
Pada panen perdana padi MSP di Desa Pamengger, Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Brebes, Sabtu 10 Maret 2012 lalu di lahan milik Kepala Desa Pamengger, Ihang, seluas 800 meter persegi, menghasilkan gabah sebanyak 692 kilogram. “Desa Pamengger salah satu keberhasilan uji coba padi MSP yang dikembangkan DPP PDI Perjuangan untuk mensejahterakan petani,” ujar motor pengembangan padi MSP di Dapil Jawa Tengah IX itu. (yer)
Sumber Berita : http://www.radartegal.com/index.php/Peminat-Bibit-Padi-MSP-Kian-Banyak.html
0 komentar:
Posting Komentar