YOGYAKARTA- Manthous, maestro musik campursari, meninggal di RSI Pamulang, Ciputat, Tangerang, Jumat (9/3) sekitar pukul 07.00. Pria bernama asli Antok Sugiyarto ini, mengembuskan napas terakhirnya pada usia 62 tahun.
“Memang benar, tadi pagi bapak meninggal, setelah sebelumnya sesak napas. Kami tidak mengira setelah sesak napas langsung meninggal,” kata puteri sulung Manthous, Tatut Dian Ambarawati (39), kemarin.
Asih Kusumawati, istri Manthous mengungkapkan, suaminya meninggal dunia setelah sebelumnya terpeleset di kamar mandi di rumahnya kawasan Pamulang, Tangerang, Selatan.
’’Mas Manthous terjatuh di kamar mandi, kemudian dilarikan ke rumah sakit terdekat, tetapi tidak dapat tertolong, Mas Manthous berpulang menghadap Tuhan Yang Maha Kuasa,” ujar Asih.
Manthous yang dalam sepuluh tahun terakhir ini lebih banyak menemani keluarga di Jakarta diketahui sudah cukup lama menderita, stroke. Namun, keluarganya tidak menyangka jika Manthous, akan pergi secepat itu. “Tidak ada firasat apa-apa,” imbuh Tatut.
Jenazah Manthous diberangkatkan dari Jakarta, Jumat (9/3) siang, melalui jalur darat. Diperkirakan, jenazah sampai di rumah duka, Dusun Playen, Desa Playen, Kecamatan Playen, Gunungkidul pada dini hari.
Untuk itu pihak keluarga merencanakan pemakaman, hari ini, Sabtu (10/3) sekitar pukul 11.00. “Sudah ada ibu dan adik-adik saya yang menemani jenazah ke Jogja. Jenazah akan disemayamkan di mushola keluarga dulu, kemudian dimakamkan di tempat pemakaman di dekat rumah,” ujar Tatut.
Popularitas Manthous sebagai pemusik, membuat banyak orang bersimpati dan ikut melayat di rumah duka. Kepergian pemusik yang pernah ”ngenger” di tempat Koes Plus itu, juga membawa duka mendalam bagi pecinta musik campursari.
Meski begitu, dengan kepergian Manthous pihak keluarga meminta maaf pada kerabat dan teman almarhum.
“Kami meminta maaf, jika mungkin ada kesalahan-kesalahan yang diperbuat Bapak. Semoga semua bisa ikut mendoakan Bapak,” kata Tatut mewakili keluarganya.
Manthous, dikenal sebagai pemusik yang berhasil menjembatani musik tradisional dan populer. Ramuan musik yang menggabungkan unsur gamelan Jawa dan musik diatonis barat banyak memikat penikmat musik. Campuran musik inilah yang kemudian dikenal sebagai campursari.
Meski eksperimen ini sudah dicoba sejak tahun 70-an, namun Manthous baru mencuat sekitar 1995.
300 Lagu
Selama berkarier, ia menciptakan sekitar 300 lagu yang terkemas dalam delapan album. Lagu ciptaan terakhirnya adalah ”Sakit Rindu” (2000) yang menceritakan kerinduan kampung halamannya di Gunungkidul.
Menurut Heru, salah satu adik dari almarhum Manthos, sejak karyanya dikenal luas sering bolak-balik Jakarta-Gunungkidul. Namun, beberapa bulan sebelum meninggal, almarhum tinggal bersama salah seorang anaknya di Jakarta.
’’Almarhum meninggalkan seorang istri dan empat anak. Almarhum adalah anak nomor dua dari enam bersaudara,’’ katanya.
Terpisah, Bupati Gunungkidul, Badingah S mewakili seluruh warga kabupaten mengucapkan belasungkawa atas meninggalnya sang maestro campursari tersebut.
Dimata warga Gunungkidul, Manthous merupakan tokoh yang mampu mengangkat nama kabupaten Handayani dengan musik-musik khas campursari karyanya sehingga dikenal di Tanah Air bahkan internasional.
’’Semoga arwahnya diterima disisi-Nya. Kepada keluarga yang ditinggal diberi iman yang kuat untuk meneruskan profesi orang tuanya,’’ kata Badingah.(H50,sgt-71)
Sumber Berita : http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2012/03/10/179783/Manthous-Berpulang
Jumat, 09 Maret 2012
Manthous Berpulang
20.46
Slawi Ayu Cybernews, Terbit pada tanggal 10 April 2011
0 komentar:
Posting Komentar