Sebagai salah satu sumber bahan baku kertas, tanaman sengon kini makin diminati para pembudi daya tanaman kehutananan.Hal ini dipicu dengan makin tingginya kebutuhan kertas nasional yang saat ini mencapai sekitar 5,6 juta ton/tahun. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, tentunya diperlukan bahan baku kayu dalam jumlah besar. Sebagai gambaran, ternyata untuk memproduksi 1 rim kertas diperlukan 1 batang pohon usia 5 tahun.
Sayangnya, bahan baku kayu untuk memenuhi kebutuhan kertas nasional tersebut tidak dapat dipenuhi dari hutan tanaman industri (HTI). Berdasarkan data Departemen Kehutanan (1997), total kapasitas produksi industri perkayuan Indonesia setara dengan 68 juta m3 kayu bulat. Sementara kapasitas produksinya lebih dari 3 kali lipat dibandingkan dengan kemampuan hutan produksi Indonesia. Ketimpangan tersebut, mengakibatkan pengurasan terhadap sumber daya hutan alam sehingga menyebabkan menurunnya kualitas dan kuantitas hutan Indonesia dari tahun ke tahun. Laju deforestasi hutan Indonesia pada periode 1985-1998 tidak kurang dari 1,6 juta hektar per tahun (Dephutbun, 2000).
Untuk menghasilkan 1 ton pulp diperlukan 4,5 m3 kayu bulat, maka industri pulp di Indonesia pada 1999 memerlukan 24 juta m3 kayu bulat. Dengan asumsi potensi kayu bulat pada areal hutan konversi rata-rata 80 m3 per hektar, maka untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri pulp harus ditebang sekitar 300.000 ha hutan alam. Areal hutan alam yang dirusak dengan tebang habis akan semakin bertambah seiring dengan bertambahnya kapasistas industri pulp dan kertas, sementara realisasi tanaman HTI-pulp masih sekitar 20%. (E.G. Togu Manurung dan Hendrikus H. Sukaria, 2000).
II. Budi Daya Sengon Menggairahkan
Sejak awal tahun 1990, sebenarnya pemerintah dan pengusaha sudah melakukan pembangunan HTI, terutama HTI-pulp dalam rangka memenuhi kebutuhan bahan baku industri pulp dan kertas. Tetapi karena industri pulp dan kertas lebih dahulu berdiri sebelum masa tanam dan panen HTI. Akibatnya hutan alam menjadi korban eksploitasi sebagai tumpuan bahan baku industri pulp dan kertas.
Meskipun dengan meningkatnya industri pulp dan kertas telah banyak membantu perekonomian nasional dan mampu menciptakan lapangan tenaga kerja baru. Namun, Jika kita tidak segera mengambil langkah cepat, keuntungan tersebut bukan tidak mungkin harus dibayar mahal dengan bencana alam akibat pengrusakan hutan alam dan terganggunya ekosistem. Untuk itulah, khusus dalam artikel ini akan membahas peluang usaha budi daya sengon sebagai alternatif untuk HTI-pulp dalam rangka menyuplai kebutuhan kertas nasional.
Penulis merekomendasikan tanaman sengon untuk dibudidayakan sebagai salah satu bahan baku industri kertas dan pulp, hal ini karena tanaman ini dapat dipanen lebih cepat (sekitar umur lima tahun). Pohonnya dapat mencapai tinggi sekitar 30–45 meter dengan diameter batang sekitar 70 – 80 cm. Bentuk batang sengon bulat dan tidak berbanir. Kulit luarnya berwarna putih atau kelabu, tidak beralur dan tidak mengelupas. Berat jenis kayu rata-rata 0,33 dan termasuk kelas awet IV – V.
III. Cara Mudah Bertanam Sengon
Tanaman sengon memiliki nama ilmiah Paraserianthes falcataria, merupakan anggota family Mimosaceae, keluarga petai-petaian. Di Indonesia, sengon memiliki beberapa nama daerah seperti: jeungjing, jeunjing laut (Sunda), kalbi, sengon landi, sengon laut, atau sengon sabrang (Jawa), seja (Ambon), sikat (Banda), tawa (Ternate), dan gosui (Tidore). Tanaman sengon termasuk jenis tanaman tropis, dan dapat tumbuh pada sebaran kondisi iklim yang sangat luas. Dengan demikian, sengon dapat tumbuh dengan baik hampir di sembarang tempat.
Untuk tumbuhnya, sengon memerlukan suhu sekitar 18-27° C. Ketinggian tempat yang optimal untuk tanaman sengon antara 0-800 m dpl. Walaupun demikian, tanaman sengon ini masih dapat tumbuh sampai ketinggian 1.500 m di atas permukaan laut. Tanaman sengon membutuhkan batas curah hujan minimum yang sesuai, yaitu 15 hari hujan dalam 4 bulan terkering, namun juga tidak terlalu basah, dan memiliki curah hujan tahunan yang berkisar antara 2.000-4.000 mm, dan kelembapan yang dibutuhkannya sekitar 50-75%.
Berdasarkan pada beberapa keistimewaan itulah, tanaman sengondijadikan tanaman penghijauan hampir di semua wilayah. Lebih penting lagi, tanaman sengon memiliki nilai ekonomis tinggi. Kegiatan budidaya sengon meliputi : pemilihan benih, penyemaian, perawatan, penanaman, dan pemanenan.
1. Treatment benih
Tahap pertama yang harus dilakukan pada budi daya sengon yaitu pemilihan benih. Pada umumnya, tanaman sengon diperbanyak dengan biji. Biji sengon yang dijadikan benih harus terjamin mutunya. Benih yang baik adalah benih yang berasal dari induk tanaman sengon yang memiliki sifat-sifat genetik yang baik, bentuk fisiknya tegak lurus dan tegar, tidak menjadi inang dari hama ataupun penyakit. Benih yang siap disemai harus berwarna cokelat tua dan tidak cacat bentuknya.
Sehubungan dengan biji sengon memiliki kulit yang liat dan tebal, agar penyemaian benih berhasil tumbuh, maka sebelum benih disemaikan, sebaiknya dilakukan treatment untuk membangun perkecambahan benih tersebut, yaitu : benih direndam dalam air panas mendidih (80° C) selama 15-30 menit. Setelah itu, benih direndam kembali dalam air dingin sekitar 24 jam, lalu ditiriskan. Untuk mencegah terserang cendawan, maka benih direndam kembali dengan larutan fungisida selama 15-30 menit, setelah itu benih siap untuk disemaikan.
2. Penyemaian benih
Ada dua cara persemaian, yaitu cara persemaian yang pertama yaitu dilakukan dimedia pasir steril yang disimpan dalam bak-bak plastik berukuran (40 x 25 x 15) cm. Sebelum benih disemaikan, media pasir disiram air terlebih dahulu, setelah itu diberi larikan agar tumbuhnya rapi dan memudahkan pada saat transplanting (pemindahan tanaman) ke media baru. Setelah benih disemaikan, media tanam disiramkan fungisida lagi. Untuk menjaga kelembapan, bak plastik tersebut diberi penutup plastik transparan sehingga walaupun ditutup, cahaya masih bisa masuk ke dalam bak persemaian. Setelah itu disimpan di tempat yang sejuk.
Cara yang kedua, yaitu benih ditanam langsung di bedengan- bedengan kecil di media tanah yang sudah diberi pupuk kandang terlebih dahulu. Penaburan benih ditempatkan pada larikan yang sudah dibuat sebelumnya. Ukuran larikan tabur ini berjarak 5 cm antar larikan dengan kedalaman kira–kira 2 cm. Usahakan benih tidak saling tumpang tindih agar pertumbuhan kecambah tidak bertumpuk. Persemaian dilakukan pada waktu pagi hari atau sore hari untuk menghindari terjadinya penguapan yang berlebihan. Setelah kecambah berumur 7-10 hari maka kecambah siap untuk dilakukan transplanting atau pemindahan tanaman ke media tanam baru yaitu media campuran tanah subur, pasir dan pupuk kandang (1 : 1 : 1). Pada masa pertumbuhan anakan semai sampai pada saat kondisi bibit layak untuk ditanam di lapangan perlu dilakukan pemeliharaan secara intensif. Kegiatan perawatan meliputi: penyiraman, pemupukan, penyiangan, dan pengendalian hama dan penyakit.
3. Penanaman dan pemeliharaan
Setelah bibit berumur 6 bulan, dan tingginya sudah mencapai 70-125 cm, bibit sengon siap untuk ditanam di lahan. Proses penanaman meliputi : persiapan lahan, pengolahan tanah, dan penanaman dengan jarak tanam (30 x 30 x 30) cm.
Setelah penanaman, kegiatan perawatan pertama yang dilakukan berupa penyulaman, yaitu penggantian tanaman yang mati atau sakit dengan tanaman yang baik. Penyulaman pertama dilakukan sekitar 2-4 minggu setelah tanam. Sementara penyulaman kedua dilakukan pada waktu pemeliharaan tahun pertama (sebelum tanaman berumur 1 tahun).
Perawatan kedua yaitu penyiangan. Penyiangan dilakukan pada tahun-tahun permulaan sejak penanaman agar pertumbuhan tanaman sengon tidak kerdil atau terhambat, selain itu untuk mencegah datangnya hama dan penyakit. Kegiatan perawatan ketiga yaitu: pendangiran, merupakan salah satu usaha mengemburkan tanah di sekitar tanaman dengan maksud untuk memperbaiki struktur tanah yang berguna bagi pertumbuhan tanaman. Perawatan selanjutnya yaitu pemangkasan dan penjarangan. Penjarangan dilakukan untuk memberikan ruang tumbuh yang lebih leluasa bagi tanaman sengon yang tinggal.
Pemeliharaan lanjutan berupa kegiatan penjarangan dengan maksud untuk memberikan ruang tumbuh kepada tanaman yang akan dipertahankan. Persentasi dan frekuensi penjarangan disesuaikan dengan aturan standar teknis kehutanan yang ada.
Kegiatan penjarangan dilakukan pada saat tanaman berumur 2 dan 4 tahun, penjarangan pertama dilakukan sebesar 25% dari pohon yang ada, dan penjarangan kedua sebesar 40% dari pohon yang ada. Cara penjarangan dilakukan dengan menebang pohon-pohon sengon menurut sistem “walang” (gigi belakang) yaitu : dengan menebang selang satu pohon pada tiap barisan dan lajur penanaman.
Sesuai dengan daur tebang tanaman sengon yang direncanakan yaitu selama 5 tahun maka pemeliharaan pun dilakukan selama lima tahun. Jenis kegiatan pemeliharaan yang dilaksanakan disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan tanaman. Pemeliharaan tahun I sampai dengan tahun ke III kegiatan pemeliharaan yang dilaksanakan dapat berupa kegiatan penyulaman, penyiangan, pendangiran, pemupukan dan pemangkasan cabang.
Sumber Berita : http://www.agrikaindoraya.com/pencetak-uang-itu-bernama-sengon/
0 komentar:
Posting Komentar