KESADARAN warga Kabupaten Tegal untuk menjadi pendonor darah sukarela masih rendah, butuh pemacuan dan pemahaman lebih. Disisi lain, kebutuhan masyarakat akan darah untuk pasien juga masih tinggi.
Untuk itu Unit Donor Darah (UDDC) PMI Kabupaten Tegal, melakukan solusi mencari pemenuhan darah bersama perusahaan atau instansi. Tentunya dengan memberikan fasilitas bagi karyawan maupun PNS yang bersedia menjadi pendonor darah sukarela.
“Untuk kebutuhan darah di UDD Kabupaten Tegal, sekitar 1.000 bag (kantong) perbulan. Namun kemampuan UDD dalam memenuhi kebutuhan itu, baru sekitar 600 sampai 700 bag perbulan,” jelas Direktur UDD PMI Kabupaten Tegal, dr Hj Soemaryati Bimo.
Guna memenuhi kebutuhan darah bagi masyarakat, UDD melakukan terobosan. Yakni menjalin kerjasama dengan sekolah setingkat SLTA, perusahaan swata maupun instansi pemerintah. Dengan harapan jika kemungkinan ada pegawai atau PNS yang bersedia menjadi pendonor darah sukarela. Konteks upaya itu membuahkan hasil, namun tetap belum mampu memenuhi kebutuhan darah setiap bulannya bagi masyarakat atau pasien yang membutuhkan.
Dikatakan dr Soemaryati, saat ini sudah ada sejumlah sekolah, perusahaan swasta, maupun instansi pemerintah yang bersedia bermitra. Dimana karyawannya maupun siswanya, bersedia menjadi pendonor darah sukarela.
"Setiap tiga bulan sekali, kami beserta sejumlah karyawan UDD mendatangi mitra untuk mengambil darah pendonor,” terangnya.
Melihat kondisi yang demikian, menurutnya, agar kebutuhan darah setiap bulannya terpenuhi maka harus diperbanyak jumlah pendonor darah sukarela. Namun ironisnya, kesadaran masyarakat menjadi pendonor darah sukarela masih sangat rendah. Untuk itu pihaknya berharap ada semacam pencerahan atau sosialisasi terhadap warga, agar bersedia menjadi pendonor darah sukarela.
“Kebanyakan alasan mereka karena takut dengan jarumnya yang besar atau alasan klise lainnya. Ini yang butuh pemahaman,” ujar Soemaryati.
MESIN TROMBOSIT
Sementara yang tidak kalah penting dan dibutuhkan masyarakat yaitu mesin pembuat trombosit. Hampir semua UDD daerah tetangga, memiliki mesin tersebut karena ditopang atau dibantu dari keuangan daerah. Untuk Kabupaten Tegal sendiri, UDD pernah mengusulkan kepada Pemkab Tegal. Namun, hingga kini belum ada respek atau realisasi.
Dirinya bisa memahami melihat kemampuan keuangan daerah. Namun demikian, pihaknya berharap agar kebutuhan pengadaan mesin pengolah trombosit itu tetap menjadi pemikiran. Hal ini seiring dengan mendesaknya tingkat kebutuhan trombosit. Karena selama ini, masyarakat atau pasien yang membutuhkan trombosit harus mencari keluar daerah seperti ke Semarang maupun Cirebon (Jawa Barat).
Selain itu, dirinya menyebutkan, dengan harga mesin yang mencapai ratusan juta rupiah, nantinya bisa terbalaskan dengan pencapaian kepuasan masyarakat akan pemenuhan kebutuhan darah maupun trombosit.
“Ibaratnya, pemerintah benar-benar membantu pemenuhan akan kesehatan warga. Ini imbas positif yang didapat,” pungkasnya.Sumber : Radar Tegal, 29 April 2011
0 komentar:
Posting Komentar