KACANG Bogares diproduksi oleh sebagian warga Desa Bogares Kidul Kecamatan Pangkah. Produksinya sendiri, sudah ada sejak tahun 1960-an. Pengusaha petama produk itu adalah Wirja (Alm), yang kini diteruskan oleh anak-anaknya.
Namun seiring perkembangan waktu, jumlah produsen kacang Bogares di desa itu, menjadi puluhan orang. Selain rasa dan jenis kacang yang dijual memiliki kekhasan tersendiri, produsen kacang Bogares juga menghidupi masyarakat lingkungannya.
Tidak sedikit sentra produksi Kacang Bogares di RT 2 RW 1 Desa Bogares Kidul, mampu menghidupi ratusan jiwa warga setempat. Pasalnya, produsen memperkerjakan kaum wanita di sekitarnya untuk mengupas kulit kacang. Sementara kaum lelakinya, bekerja sebagai penggoreng kacang. Produk para penguaha sendiri saat ini sudah merambah ke sejumlah daerah di luar Kabupaten Tegal.
“Untuk kaum wanita seharinya bia menerima bayaran dari upah mengupas kulit kacang sekitar Rp 15 ribu sehari. Sedang kaum lelakinya dengan menggoreng kacang bisa mencapai diatas Rp 30 ribu sehari,” jelas Kades Bogares Kidul, Kasroi.
Dikatakan Kasroi, pihaknya tidak menutupi jika produsen kacang Bogares mampu memberi dukungan perekonomian bagi warga di lingkungan sentra produksi itu. Namun demikian, yang menjadi kendala, kemampuan yang baik itu kurang didukung dengan kontribusi kepada desa. Seharusnya, meski bersifat home industri, namun perlu memikirkan kontribusi guna pembangunan dan kemajuan desa setempat.
Menurut dia, keberadaan sentra produksi Kacang Bogares, secara tidak langsung cukup memperkenalkan desa. Apalagi, produksi kacang yang memiliki cita rasa khas, mampu menembus pasar sejumlah daerah sampai ke tingkat nasional. Bahkan, tidak sedikit pengunjung luar daerah yang sengaja datang dan berbelanja di sentra produksi dan pertokoan mereka. “Inilah salah satu yang cukup membanggakan Desa Bogares Kidul,” ucapnya.
Disisi lain, salah seorang pengusaha kacang Bogares, H Lutfi Laela, mengakui jika produksi Kacang Bogares cukup dikenal. Namun hal itu bukan berarti penjualan produk mereka bisa diandalkan. Menurutnya, tingkat keramaian pembeli produknya bisa dikatakan temporer. Terutama jika Lebaran Idul Fitri dari H-7 sampai H+7, bisa terjual sampai berton-ton dengan harga setiap kilogramnya sekitar Rp 27 ribu. Namun saat hari biasa maupun liburan biasa, penjualan produk Kacang Bogares relatif stagnan.
“Setiap harinya paling hanya dalam hitungan kilogram yang terjual. Itupun biasanya pembeli sudah menjadi pelanggan dan beberapa pedagang yang hendak menjualnya kembali. Produk untuk dikonsumsi pribadi, sangat sedikit,” terang Lutfi.
Sementara, pihaknya membenarkan jika para produsen kacang Bogares juga memberikan kontribusi yang lumyan terhadap tingkat perekonomian warga di lingkungan sentra produksi kacang Bogares. Tidak hanya kalangan wanita dan lelaki dewasa, remaja yang putus sekolah juga banyak yang membantu para pengusaha dengan imbal balik upah yang tidak terlalu tinggi. “Namun penghasilan mereka bisa dikategorikan lumayan. Bisa untuk membantu menopang kehidupan keluarga, apalagi tinggal di pedesaan,” ujarnya. (*)
Sumber Berita : http://www.radartegal.com/index.php/
0 komentar:
Posting Komentar