LANGKAH menekan dampak serius pencemaran yang dihasilkan pengrajin pengecoran logam yang masih bertahan di perkampungan padat penduduk di Desa Pesarean mendorong pengurus Koperasi Perkampungan Industri Kecil (KOPIK) mengembangkan kawasan Perkampungan Industri Kecil (PIK) Kebasen. Upaya ini ditempuh lantaran
daya tampung PIK yang ada sekitar 1,8 ha sudah penuh, disisi lain pelaku usaha pengecoran logam di Desa Pesarean masih lumayan banyak. Solusi untuk menampung mereka semua diareal PIK tak ada pilihan untuk segera melakukan upaya pengembangan wilayah. "Kami berupaya keras mengembangkan wilayah untuk menjawab permasalahan dilapangan," cetus ketua Koperasi Perkampungan Industri Kecil ( KOPIK) Drs H Imam Maskur MSi.
Pria yang juga nenjabat Camat Talang ini mengaku upaya meminimalisir dampak baru dalam upaya perluasan lahan PIK telah ditelaah bersama pihak konsultan dari Bogor. Dimana dampak baru itu berupa timbulnya limbah baru dikawasan PIK. Diakuinya, limbah bari dikawasan PIK akan dikelola agar bisa menjadi batako paving blok dan dijual secara provit untuk mencari keuntungan.
Sementara untuk dampak asap yang akan merusak lingkungan sawah disekitar PIK pihaknya akan mengupayakan langkah menanam pohon berdaun lebar seperti ketepeng, ecek gondok, dan kangkung yang dapat menyerap kadar pencemaran logam di air sekitar PIK. Dampak-dampak tersebut bakal dibuat dokumen amdal untuk diaplikasikan dilapangan.
Dia mengakui dari lahan 1,8 hektar saat ini mampu menampung sekitar 60 pengusaha pengecoran logam yang didukung 120 tungku pengecoran. Dan diperkampungan sendiri masih bertahan sekitar 13 pengusaha dan diperumahan ada sekitar 27 hingga 30 pengrajin skala kecil. Dari lahan 5 hektar untuk pengembangan, pihaknya mengaku baru bisa menguasai sekitar 1,2 hektar yang sebagian dari lahan itu akan digunakan untuk lahan terbuka hijau, termasuk akses jalan masuk kelokasi. (her)
Sumber Berita : http://www.radartegal.com/index.php/Tekan-Dampak-Pencemaran.html
0 komentar:
Posting Komentar