LEBAKSIU - Ketua Tanfidziyah Pengurus Besar Nahldtul Ulama (PBNU) Prof Dr KH Said Aqil Siradj, pada saat memberikan ceramah dihadapan ratusan alumni Pondok Pesantren Tremas Pacitan Jawa Timur , wilayah Tegal, Brebes dan Pemalang di Desa Timbang Reja, Kecamatan Lebaksiu, Sabtu (25/8) mengatakan, bahwa Agama Islam bukan hanya sekedar Aqidah dan Syariah. Apalagi dikaji secara sempit orang tidak menjalankan sholat akan masuk neraka dan melakukan akan masuk surga. Ada yang tidak akan selesai dalam Islam bahkan sampai hari kiamat yaitu Islam sebagai agama peradaban dan ilmu pengetahuan.
Ketua PBNU yang akrab di sapa Kang Said, juga menyebut, tidak harus orang NU menjadi pejabat, pegawai atau yang lainya. Namun harus ada orang NU yang memahami dan meningkatkan pemahaman agama. Ulama-ulama dulu yang banyak menemukan gagasan-gagasan baru, seperti Abul Aswad Adu’ali dan Kholil bin Ahmad Al Faroghibi melakukan penyempurnaan bahasa arab yang membuat karakah, Umar bin Abdul Aziz pada tahun 99 H yang dilanjutkan oleh Sehabudin Romahuromuzi yang membuat ilmu Hadist, Imam Sibaweh yang menemukan Puncak Ilmu Nahwu , Amr bin Ubaid menemukan Ilmu bahgoh, Wasil bin Atho’ yang meruapakn pendiri paham Mu’tazilah menemukan Ilmu kalam. “Kenapa ulama–ulama dulu bisa seperti itu karena beliau tidak berpolitik. Mereka lebih intens dalam menyempurnakan peradaban. Mendorong agar umat islam mampu memahami Ilmu pengetahuan. Sekarangpun harus ada orang NU yang melakukan itu yaitu “Yatafa qohu Fiddin” atau mendalami ilmu agama,“ jelas Profesor asal Buntet Cirebon.
Ia menjelaskan, ada yang lebih sulit dari mendalami ilmu agama yaitu menyebarkan agama. Bagaimana kiai bisa memberi warna di masyarakat, memberikan semangat agama di kelompok-kelompok yang lainya. Lakukan ceramah dengan cara yang setrategis, tidak hanya selalu di dalam masjid. Karena, kalau orang sudah masuk masjid dan beribadan sudah jelas itu baik, jadi jangan berhenti di masjid. “Kalau memahami dan menyebarkan agama sudah dilaksanakan, maka akan ada yang namanya Dinut hadoroh yaitu agama yang membangun kebudayaan dan peradaban. Hal itu sebagaimana cita-cita Kiai Hasyim dulu mengawinkan ukhuwah Islamiyah dan ukhuwah Wathoniyah. Kalau keduanya bisa dikawinkan maka akan ada kesimpulan membela agama juga membela negara, atau sebaliknya dan ini sudah lama dicita-citakan sejak tahun 1914,” terang alumni Umul Quro.
Dikatakan Kang Said, diera globalisasi ini, jangan sampai kehilangan hal yang sangat berharga yaitu agama dan akhlak. Hal ini karena dizaman ini orang bisa mengakses sumber informai dari manapun, sehingga peradaban dan kebudayaan sekarang menjadi taruhannya. “Sekarang memahami agama harus dengan kondisi zaman sekarang, sehingga kiai bisa menerangkan hal-hal lama tetapi dengan motode dan bahasa yang modern. Tidak menggunakan sarung juga tidak masalah, tidak membawa kitab juga tak masalah tapi memawa laptop. Namun, tradisi lama yang baik tidak harus dibuang. Kita harus tetap pertahankan tradisi lama seperti tahlil , manaqiban, tujuh bulanan dan lainya, tetapi kita juga harus mengakomodasi hal-hal baru yang lebih baik. Kalau NU bisa melakukan tiga hal itu, NU akan bermanfaat, dan akan tetap ada sampai hari kiamat,” pintanya. (fat)
Sumber Berita : http://www.radartegal.com/index.php/Islam-Agama-Peradaban-dan-Ilmu-Pengetahuan.html
0 komentar:
Posting Komentar