KEDUNGBANTENG - Kapasitas daya tampung air Waduk Cacaban tinggal 48 juta m3. Jika menilik dari awal dibangunnya waduk sekitar tahun 1950, kapasitas tampung Waduk Cacaban sebanyak 90 juta m3, berarti terjadi penurunan daya tampung sekitar 42 juta m3. Angka tersebut berbanding lurus dengan tingkat sedimentasi lumpur yang makin tinggi, sehingga membuat waduk semakin dangkal.
Hal itu dikatakan Kepala Pengelola Waduk Cacaban, Edi Kisworo, saat ditemui di ruang kerjanya, Kamis (8/9) kemarin. Dikatakan Edy Kisworo, usia waduk saat ini sudah sekitar 61 tahun. Dengan penurunan kapasitas daya tampung sampai 42 juta m3, dirasa sangat menghawatirkan. Dari angka tersebut diprediksi setiap tahunnya, waduk mengalami pendangkalan akibat lumpur dari daerah lereng tangkapan hujan, hampir 1 juta m3 setiap tahunnya. Kondisi itu perlu mendapat penyikpan yang serius oleh pihak terkait termasuk daerah, selaku pemilik dan pengelola waduk.
Bahkan, menurut dia, waduk yang berfungsi mengairi sekitar 14.290 Ha lebih lahan pertanian, diprediksi bakal tidak mampu lagi menyuplai air irigasi. Imbasnya, lahan dibawah dibawah naungan UPTD Pertanian yaitu Pangkah, Slawi, dan Kramat, terancam tidak lagi menerima suplai air irigasi dari Waduk Cacaban dimasa mendatang.
“Untuk saat ini saja, volume air waduk tinggal 14,2 juta m3. Jika kejadian seperti ini terus berlangsung, tidak lama lagi waduk cacaban tidak akan mampu menyuplai air ke lahan perswahan yang ada,” terangnya.
Sementara dari volume air yang ada, masih kata Edi, saat ini masih bisa dialirkan untuk kepentingan irigasi pertanian sebesar 2.500 liter setiap detik. Namun seiring mengecilnya suplai air dari dua sungai utama yaitu Sungai Cacaban dan Sungai Rambut, diprediksi Waduk Cacaban hanya mampu menyuplai air untuk irigasi pertanian sebesar 500 liter air pada bulan Oktober mendatang.
“Namun demikian, angka itu masih bisa memenuhi kebutuhan irigasi petani yang membutuhkan air dari waduk ini,” ujarnya. Ditambahkan, pihak pengelola waduk sendiri, masih mampu mengeluarkan air waduk guna keperluan irigasi sampai dengan batas distrik (batas maksimal volume air) waduk yakni 5 juta m3. Jika melewati ambang batas jumlah volume distrik, nantinya air waduk tidak boleh dikeluarkan lagi. Karena kebutuhan air akan diprioritaskan untuk kepentingan penciptaan kebasahan tanggul agar tdak jebol saat air waduk tinggi.
“Untuk saat ini waduk menerima suplai air dari sungai penyuplai setiap 3 hari sebasar 1 juta m3. Jadi, masih aman untuk beberapa waktu menyuplai air irigasi,” pungkas Edi Kisworo. Yang paling utama guna keamanan waduk Cacaban dimasa mendatang, dengan mengupayakan maksimalisasi pengurangan sedimentasi lumpur dari daerah lereng tangkapan hujan. Hal itu yang menjadi pemikiran pihak pengelola waduk dan butuh dukungan dari semua pihak. (mohammad ghon)
Sumber Berita : http://www.radartegal.com/index.php/
0 komentar:
Posting Komentar