YOGYAKARTA - Sedikitnya 49 profesor dari berbagai negara dan dari bermacam disiplin ilmu selama tiga hari mempelajari Candi Borobudur, Candi Sewu, Candi Prambanan, dan Candi Boko. Mereka tidak hanya mempelajari tentang candi, tetapi juga mempelajari seni dan budaya di sekitar candi.
Direktur Utama PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko, Purnomo Siswo Prasetjo, mengatakan hal itu kepada wartawan di tengah-tengah menjamu makan para profesor dari berbagai negara di Yogyakarta, Senin (31/10) malam.
Menurut Purnomo, para profesor itu datang dari China, Thailand, Singapura, Jepang, India, Malaysia, Filipina, Jerman, Belgia, Indonesia, dan negara-negara lain. Dengan demikian, mereka bisa memperoleh gambaran nyata tentang candi di Indonesia.
Sebab, lanjut Purnomo, selama ini mereka hanya mendengar dari cerita dan buku-buku, tapi sekarang bisa melihat langsung tentang apa yang pernah dilihat atau yang pernah dibaca mengenai candi-candi di negeri tercinta ini.
''Selama ini mereka hanya mendapatkan pemahaman tentang candi-candi tersebut dari text book. Namun kemudian mereka mendapat kesempatan untuk mempelajari dari dekat tentang candi-candi itu,'' ujarnya.
pada masa itu, kebudayaan yang tumbuh pada masa itu, bahkan bagaimana hubungan masyarakat saat itu. ''Pendeknya, semua itu dipelajari dengan teliti dan seksama,'' katanya lagi.
Bahkan, kata dia, bisa dipelajari sangat mendalam mengenai seni klasik, seni pertunjukan, dan produk kebudayaan yang sudah tumbuh.
Para profesor itu selama tiga hari hingga Senin malam memperoleh gambaran yang nyata terkait dengan Jalur Kuno Perdagangan Sutera yang bertajuk ''The Ancient Silk Trade Routes Cross Cultural Exchange and Legacy in Southeast Asia Scholar Trip to Borobudur''.
Lebih lanjut Purnomo menegaskan, setelah mempelajari candi-candi di Yogyakarta dan Jawa Tengah, para profesor berjanji akan mengajak mahasiswanya untuk lebih mendalam mempelajari secara langsung mengenai candi-candi itu.
Prof Dr Timbul Haryono, Guru Besar Arkeologi Universitas Gadjah Mada, mengatakan, candi memang memuat banyak pelajaran yang bisa dipetik.
Menurut dia, selama ini banyak yang hanya mengetahui dari buku-buku. Namun selengkap-lengkapnya buku memaparkan, akan jauh berbeda dari mempelajari sendiri langsung ke candi.
Prof Lou Shiping Er dari China Central Academy of Fine Arts juga mengungkapkan kekagumannya pada candi-candi di Indonesia.
Apalagi setelah melihat langsung dari dekat, dia makin kagum dan bangga, karena peninggalan sejarah itu hingga kini masih utuh dan tertata serta terawat.
Menurut dia, candi tidak sekadar bangunan kuno peninggalan bersejarah. Namun lebih banyak lagi candi merupakan bacaan yang memuat banyak hal.
Karena itu, lanjutnya, mempelajari candi akan banyak hal yang bisa diungkap. Dia berharap suatu saat nanti masih diberi kesempatan untuk mempelajari dari dekat candi-candi di Indonesia. (sgt-55)
Sumber Berita : http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2011/11/02/164898/
0 komentar:
Posting Komentar