SUDAH puluhan tahun lamanya, Kabupaten Tegal memiliki tiga lokalisasi besar di kawasan pantura. Diantaranya, Wandan di Desa Munjung Agung, Gang Sempit (GS) di Desa Maribaya Kecamatan Kramat, dan Peleman di Desa Sidaharja Kecamatan Suradadi.
Ketiga lokalisasi tersebut dipenuhi dengan berbagai wanita Pekerja Seks Komersial (PSK). Jumlah populasi PSK dan wismanya pun berbeda-beda. Setiap tahun, jumlahnya mengalami peningkatan yang fluktuatif. Kadang meningkat, kadang pula menurun jumlahnya. Hal ini bergantung pada beberapa faktor, terutama melihat ramai atau sepinya pengunjung.
Berdasarkan laporan tahun 2012 dari tim pengawas di tiga lokalisasi itu menyebutkan, di Wandan terdapat 30 wisma dengan jumlah PSK antara 60 - 80 orang. Usia mereka dari mulai 20 tahun sampai 40 tahun. Sementara di lokalisasi GS, terdapat 16 wisma dengan jumlah PSK antara 20 - 35 orang. Usianya cenderung lebih muda yakni antara 20 - 35 tahun. Kemudian yang terbanyak adalah, di lokalisasi Peleman dengan jumlah wisma 45 rumah dan PSK nya antara 130 - 170 orang. Usia PSK di lokalisasi itu terbilang lebih muda dibanding lokalisasi lainnya, yakni mulai 18 tahun sampai 35 tahun.
Ketua Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Pelita Tegal, Sadudin, kemarin siang menuturkan, kondisi di tiga lokalisasi tersebut hingga kini aman dan kondusif. Meskipun kondisi pengunjung berkurang karena terkendala dengan cuaca, namun PSK di wilayah itu masih setia menunggu kehadiran pelanggannya.
Dan yang lebih pentingnya lagi, lanjutnya, saat ini mereka tengah membutuhkan rehabilitasi sosial (Resos). Artinya, mereka krisis dengan segudang ketrampilan yang seharusnya dikuasai oleh kaum hawa. Seperti menjahit, salon kecantikan, maupun memasak.
Untuk itulah, pihaknya berharap, pemerintah daerah setempat diharapkan mampu memberikan sumbangsih sekedar untuk pemberdayaan wanita khususnya di lokalisasi Pantura.
"Sebenarnya mereka siap 'mentas' dari profesinya untuk berubah menjalani kehidupan seperti wanita pada umumnya. Hanya saja, mereka krisis dengan ketrampilan yang dimiliki. Sekalipun mereka bisa 'mentas', tetapi mereka tidak bisa bekerja. Boro-boro punya ijasah, ketrampilan saja mereka tidak punya," terangnya.
Sejauh ini, pihaknya telah bekerjasama dengan lembaga luar negeri yakni Global Fun Swedia untuk mendapatkan kucuran dana sosial. Dana tersebut kemudian digunakan untuk kegiatan yang bernuansa positif seperti pengadaan perpustakaan sekaligus dengan buku-bukunya. Lokasi perpustakaan atau taman bacaan tersebut, dipusatkan di Wandan dengan jumlah buku yang tidak sedikit. Taman bacaan Pelita itu dibuka sejak 2009 silam hingga sekarang.
Peminat bacanya pun tidak sedikit. Pasalnya, buku-buku yang dia sediakan beraneka ragam. Mulai dari pendidikan, religius, hingga ketrampilan memasak.
"Anggaran yang kami gunakan merupakan dana hibah dari luar negeri. Hingga saat ini, pemerintah setempat sama sekali belum memberikan bantuan apapun. Padahal, kami kerap mengajukan berbagai program yang bertujuan untuk mengentaskan mereka dari lembah hitam itu," bebernya. (*)
Sumber Berita : http://www.radartegal.com/index.php/Penghuni-Lokalisasi-Pantura-Butuh-Rehabilitasi-Sosial.html
0 komentar:
Posting Komentar