JIKA tidak ingin dilupakan orang setelah meninggal, maka tulislah sesuatu yang patut dibaca atau berbuatlah sesuatu yang patut diabadikan dalam bentuk tulisan (Benjamin Franklin). Hal ini disampaikan Ketua Kelompok Kerja Guru (KKG) Madrasah Ibtidaiyah, Wahyu Adi Primanto, melalui rilisannya, kemarin.
Menurut Wahyu, dari kata-kata yang diucapkan oleh Benjamin Franklin mantan Presiden Amerika tersebut, patut menjadi renungan bersama, terutama bagi pendidik. Setidaknya untuk hemat penulis, minimal guru mempunyai buku harian yang ditulisnya setiap hari. Sehingga kemampuan menuangkan ide-ide segarnya bisa tercover dalam bentuk tulisan. Sebab peran dan fungsi guru dalam pembelajaran modern sekarang ini adalah, sebagai pemandu bakat siswa, pengembang kurikulum, perancang pembelajaran, pengelola proses pembelajaran, serta peneliti, penilai, dan penulis. Untuk itulah, guru harus memiliki kemampuan untuk mengeluarkan ide-ide segarnya minimal dalam bentuk tulisan. Membangun kesadaran reformis dan kreatif dalam tulisan atau menuangkan ide-ide kreatif dan inovatif harus menjadi kebutuhan bagi guru," tulis Wahyu.
Dia menjelaskan, menumbuhkan budaya menulis atau meneliti, merupakan episentrum peningkatan kualitas pembelajaran dan pendidikan. Membangun guru profesional diwujudkan melalui proses terintegrasi yang memakan waktu, pikiran, tenaga, dan anggaran yang tidak sedikit. Program sertifikasi guru yang bertujuan meningkatkan kompetensi dan kesejahteraan guru dihadapkan pada sulitnya mengubah karakter guru. Sertifikasi guru melalui portofolio serta pendidikan dan latihan profesi guru dinilai belum bisa meningkatkan kualitas dan performa guru. "Profesionalisme guru yang dibangun di atas fondasi kompetensi akademik, kepribadian, sosial, dan pedagogis membutuhkan kompetensi menulis dan belajar menulis guna membangun kualitas diri sehingga mampu meningkatkan performa keempat kompetensinya," sambungnya.
Dengan menulis, lanjut Wahyu, guru mampu berpikir reflektif dan berintrospeksi diri melihat kekuatan dan kelemahannya. Guru bisa becermin pada apa yang telah di- ajarkan, dipikirkan, diteliti, dan dituliskan. Semakin jernih ide-ide kreatif yang ditulis, semakin jelas guru mampu melihat kesejatian dirinya. Kerancuan yang tampak dalam tulisan guru menunjukkan bahwa guru perlu belajar menulis, lebih peduli pada bahasa Indonesia, dan konsisten mengasah ketrampilan memamah nalarnya. Menulis buku, novel, cerpen, karya ilmiah, ataupun artikel adalah sebuah gunung dalam kehidupan penulis, yang harus didaki selangkah demi selangkah. "Fokus pada apa yang akan dilakukan adalah langkah terbaik untuk mendaki gunung. Target atau puncak gunung akan membuat kita tahu yang perlu dipersiapkan dan dilakukan. Menulis adalah air bagi peningkatan kualitas guru. Dengan menulis, guru mampu melihat kekurangan dan kelebihan yang berhubungan dengan kompetensi yang mendukung profesionalisme guru," katanya. (yer)
Sumber Berita : http://www.radartegal.com/index.php/Menulis-Adalah-Karakter-Guru.html
0 komentar:
Posting Komentar