UPAYA menghadiahkan rekor MURI pada rangkaian HUT Kabupaten Tegal dari sektor pelayanan KB di pedesaan mulai menemui kendala serius.
Hal ini bisa dimaklumi sejalan dengan semakin bervariasinya pilihan ber KB. Sementara yang terjadi dipedesaan, warga masih lebih dominan ber KB dengan cara suntik dari pada menggunakan sistem MKJP (Metode Kontrasepsi Jangka Panjang) yang terdiri dari IUD, Implant, dan MOW. Hal ini seakan menjadi sandungan bagi BPPKB untuk meraih jumlah akseptor maksimal dalam pencapaian rekor MURI mengingat kegiatan rekor MURI justru membidik pelayanan KB dengan metode MKJP.
Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB) Kabupaten Tegal, Dra Indah Winarni MPd, melalui Kabid KB, Sugeng Priyatno, mengungkapkan, 'KB Cafetaria' yang mengemuka saat ini membuat warga bisa leluasa memilih. " Kecenderungan masyarakat pedesaan yang masih condong memilih KB suntik dan menggunakan pil memang harus diarahkan ke MKJP minimal lewat IUD ataupun Implant. Dimana dengan IUD bisa digunakan selama 8 tahun dan Implant 3 tahun, dibanding dengan suntik yang hanya bertahan 3 bulan saja. Kendala kedua, rata-rata masyarakat desa masih malu untuk ber KB dengan sistem MKJP yang dilakukan di Puskesmas. Hal ini yang membuat perolehan akseptor sedikit mengalami hambatan," cetusnya disela-sela pelayanan KB sistem MOW sebagai rangkaian pemecahan rekor MURI, kemarin.
Hal senada juga dilontarkan Kasubid Jaminan Pelayanan KB, Rita Kristiowati. Menurutnya, untuk kegiatan pemecahan rekor MURI, target yang dibebankan masing-masing desa terhadap pelayanan KB sistem IUD sebanyak 5 akseptor, dan untuk Implant 10 akseptor. "Dengan jumlah desa yang ada 287, berarti target akseptor IUD ada sekitar 1.435 dan Implant 2.870. Kalau target MOW sendiri untuk kota dan kabupaten hanya dipatok 100 akseptor dan itu mudah untuk diwujudkan," terangnya.
Dan pencapaian rekor MURI untuk IUD, hingga kini baru sekitar 175 akseptor atau setara dengan 10 persen. Sementara untuk Implant, baru terjaring 699 akseptor yang setara dengan 24 persen. Padahal deadline pencapaian rekor MURI akan berakhir 4 Mei 2012 mendatang. Dari 18 kecamatan yang ada, diakui ada tiga kecamatan yang belum sama sekali menjaring akseptor baru KB masing-masing Lebaksiu, Tarub, dan Kramat.
"Untuk pencapaian rekor MURI sendiri dibagi dalam dua periode. Dimana periode I digelar dari 23 hinggal 30 April 2012, dan diperiode II digelar 1 hingga 4 Mei 2012. Dari capaian akseptor diperiode I, Pangkah berhasil menduduki rangking puncak dengan raihan 7 akseptor untuk IUD dan 103 akseptor untuk Implant. Hal ini berbanding terbalik dengan Kedungbanteng yang berada diposisi juru kunci dengan raihan IUD 2 akseptor dan Implant 5 akseptor saja," cetusnya.
Selain kendala diatas, Rita secara implisit memandang kurang maksmimalnya penggerak KB terhadap akseptor juga turut berperan dalam capaian peserta KB baru untuk sisterm MKJP. Dan untuk Perkiraan Permintaan Masyarakat (PPM) yang menjadi target BPPKB selama setahun untuk IUD sebanyak 2.627, Implant sebanyak 6.281, dan untuk MOW 1.216.
"Memang untuk bisa mewujudkan target itu setidaknya 50 persen harus bisa dicapai dalam pemecahan rekor MURI kali ini. Masih ada waktu untuk mengejar target tersebut," celotehnya. (hermas purwadi)
Sumber Berita : http://www.radartegal.com/index.php/Terjalnya-Menjaring-Rekor-Muri.html
0 komentar:
Posting Komentar