TANGGAL 28 Oktober, menurut Direktur LP3i Slawi, Novel Fatrio SE MM, selayaknya tidak hanya diperingati sebagai hari Sumpah Pemuda. Melainkan juga sebagai hari lahirnya bangsa Indonesia. Sumpah Pemuda tidak lain adalah akta lahirnya sebuah definisi bangsa berikut unit geografi politiknya (tanah air Indonesia) dan identitas nasional (bahasa Indonesia dan simbol merah putih).
Dengan penegasan makna seperti inilah, menurut Novel, mestinya pemuda-pemuda Indonesia masa sekarang pun bisa meneladani upaya yang dilakukan generasi pendahulu tersebut. Apalagi catatan sejarah juga menunjukkan, semua momentum yang menentukan nasib perjalanan Republik tercinta ini, mulai dari Proklamasi 1945, Revolusi 1966, sampai dengan Reformasi 1998 pelaku utamanya adalah kaum muda.
“Tanpa mengurangi jasa dan rasa hormat terhadap kaum tua dan anak-anak, Republik ini akan hancur jika kaum mudanya tidak memiliki kepedulian terhadap nasib bangsanya,” ujar Novel.
Untuk itu, lanjut Novel, mestinya peringatan Sumpah Pemuda tidak hanya berhenti pada seremonial upacara, simposium, seminar, dan talkshow-talkshow yang menggugat tingkat nasionalisme pemuda pada masa sekarang. Tetapi juga menggugah semangat pemuda untuk turut serta memberi sumbangsih kemajuan Republik sesuai porsinya masing-masing.
Republik ini, kata Novel, tidak membutuhkan pemuda yang cakap dalam bidang politik saja, tetapi juga pemuda-pemuda yang cakap di bidang pendidikan, ekonomi, teknologi, seni, dan lainnya. “Tidak peduli dia bergerak di bidang apa. Tidak peduli levelnya kampung, lokal, nasional, ataupun internasional. Asalkan positif. Bermanfaat bukan hanya untuk diri dan keluarganya semata, tetapi juga orang lain, dan tentu saja tidak mengganggu keutuhan NKRI, itulah pemuda yang dibutuhkan bagi kelangsungan bangsa ini,” pungkas Novel. (gon)
Sumber Berita : http://www.radartegal.com/index.php/
0 komentar:
Posting Komentar