PAGER BARANG - Bibit padi jenis Mari Sejahterakan Petani (MSP) yang dikembangkan DPP PDI Perjuangan, dewasa ini banyak diminati petani. Hal itu disebabkan, hasil produksi jenis padi tersebut, lebih bagus dibanding varietas padi lainnya. Demikian dikatakan anggota Departemen Pertanian, Peternakan, Perikanan dan Kelautan DPP PDI Perjuangan, Damayanti Wisnu Putranti SIP, disela-sela panen padi MSP di Desa Srengseng, Kecamatan Pagerbarang, Jumat (15/6).
Dirinya tak menampik, permintaan dari masyarakat untuk mendapatkan bibit padi MSP, sangatlah banyak. Tapi berhubung bibit yang diproduksi DPP masih terbatas, sehingga baru diberikan ke beberapa petani. “Nantinya dari hasil panen pada setiap lahan uji coba, hasilnya akan dikembangkan untuk bibit dan disebarkan untuk masyarakat luas,” terang Damayanti.
Dirinya tak menampik, panen padi MSP yang ditanam diatas lahan sawah seluas 3.500 meter persegi milik Kepala Desa Rajegwesi Haryoto itu, tidak sesuai dengan target yakni hanya 6,48 ton per hektar. Sementara target yang ditetapkan, 10 ton per hektar. Hasil produksi itu, setelah mendapat konfersi dari hasil ubinan yang dilakukan oleh UPTD Tanbunhut kecamatan setempat. "Produksi masih jauh dari harapan, mestinya 10 ton per hektar. Itu mungkin karena faktor tanah yang belum mencukupi," ujarnya.
Kendati tidak sesuai dengan target, namun produksi itu sudah melebihi dari varietas lainnya. Hal ini senada yang dilontarkan Kepala Desa Rajegwesi, Haryoto. Dia menilai, panen padi MSP dengan pencapaian 6,48 ton per hektar itu, termasuk bagus dibanding dengan varietas yang ada di wilayahnya. Menurutnya, varietas lain masih dibawah standar MSP yang saat ini tengah di panen. "Ini justru paling bagus dibanding yang lain. Khususnya di wilayah desa kami," ucapnya singkat.
Ketua PAC PDIP Pagerbarang, Teguh Waluyo, juga mengatakan hal yang sama. Menurutnya, padi MSP memiliki potensi produksi yang lebih unggul dibanding bibit padi lainnya. Terbukti, produksi padi MSP lebih tinggi 20 persen dari varietas yang biasa di tanam di wilayah setempat. "Padi jenis MSP sudah sangat bagus. Ini perlu dikembangkan untuk petani-petani lainnya," harapnya.
Sebelumnya, ketua Departemen Pertanian DPP PDI Perjuangan, DR Ir Lukman Hakim Sibuea, menjelaskan, padi jenis MSP selain tahan terhadap hama dan serangan tikus, hasilnya juga diatas padi jenis lainnya. Pada uji coba tanam di lahan seluas 800 meter persegi, menghasilkan gabah sebanyak 692 kilogram. Jika ditanam di lahan seluas satu hektar, maka akan menghasilkan 8, 65 ton gabah. Usia padi MSP sejak mulai tanam sampai panen hanya 105 hari.
“Selain tahan hama dan hasilnya banyak, padi MSP yang merupakan program DPP PDI Perjuangan, juga menekan biaya produksi semurah mungkin agar petani menikmati keuntungan yang banyak,” ujar Lukman.
Dijelaskan, selama masa tanam, padi MSP harus dilakukan penyemprotan dengan pupuk organic cair MSP, yang harganya hanya Rp 30 ribu per liter. Pupuk bisa digunakan untuk tanaman padi seluas satu hektar. Sementara obat-obatan lainnya harganya antara Rp 45 - 60 ribu per liter. Penggunaan pupuk organic cair MSP dari tanam sampai panen hanya dilakukan 5 sampai 6 kali. Selain itu, masa panen padi jenis MSP bisa lebih cepat 20 hari dari padi jenis lainnya.
“Biasanya, biaya produksi untuk lahan seluas satu hektar mencapai Rp 6 juta, tapi dengan menggunakan bibit padi dan pupuk MSP bisa ditekan hanya sekitar Rp 4 jutaan. Keuntungan lainnya, panen bisa lebih cepat dan hasilnya 1 hingga 2 ton diatas jenis padi lainnya,” pungkasnya. (yer)
Sumber Berita : http://www.radartegal.com/index.php/Padi-MSP-Banyak-Diminati.html
0 komentar:
Posting Komentar