Menjelang datangnya bulan Ramadhan dan lebaran seperti saat ini, menjadi momen yang paling ditunggu-tunggu kurang lebih 900 kepala keluarga yang ada di Desa Tembok Banjaran, yang berprofesi sebagai pengusaha konveksi. Lalu ?
LAPORAN : HERMAS PURWADI
Desa Tembok Banjaran Kecamatan Adiwerna dikenal luas sebagai sentra pengrajin konveksi. Dimana mayoritas warganya, sekitar 900 KK menggantungkan hidup dari usaha konveksi. Sama halnya seperti tahun-tahun sebelumnya, bulan Ramadhan dan lebaran menjadi momentum tersendiri bagi para pengusaha konveksi itu. Dimana pada bulan-bulan itu, terdapat lonjakan permintaan.
Namun demikian, mereka terpaksa harus menolak rejeki order pesanan yang lama ditunggunya lantaran 'cekak' nya modal usaha yang dimiliki. Upaya desa untuk mengajukan bantuan permodalan ke Pemkab pun memang telah diupayakan. Namun bukan hasil yang didapat, justru permainan ping-pong yang dirasakan terlalu pahit oleh perangkat desa.
Tetapi, gemuruh suara mesin jahit yang digerakkan secara manual tetap berpadu dengan irama mesin-mesin elektrik di areal kampung konveksi Desa Tembok Banjaran. Gemuruh itu seakan mewakili kegundahan pengrajin terhadap keterbatasan modal, sehingga garapan menumpuk didepan mata tak bisa direalisasikan.
Penasehat Paguyuban pengrajin konveksi Tembok Banjaran yang tergabung dalam Perdana, Mustamid Sag, menyatakan bahwa dari hasil Musrenbang tingkat kecamatan membuahkan hasil adanya pinjaman permodalan pengrajin konveksi dan pemberdayaan pemuda senilai Rp 20 juta.
"Namun ketika hal itu kami tanyakan ke Disperindag, dana yang dimaksud tidak ada di instansinya. Pihak Disperindag menyarankan untuk menanyakan bantuan permodalan itu ke Dinas UKM, Koperasi, dan Pasar. Kami binggung, sebenarnya ada atau tidak bantuan untuk permodalan pengrajin sesuai yang tertera dalam draf realisasi Musrenbang?" cetusnya.
Ditengah ketidakpastian itu, pria yang juga dipercaya menjabat Kades di Desa Tembok Banjaran itu kini tinggal menyisakan harapan mengejar impian bagi rakyatnya. "Memang kedepan kami ingin sekali mewujudkan berdirinya showroom untuk bisa menampung semua produk konveksi yang dibuat warga Desa Tembok Banjaran. Ada tanah bengkok desa yang bisa dimaksimalkan untuk mewujudkan impian itu. Jadi mereka tidak tercecer yang kadang malah membingungkan konsumen untuk melacak keberadaan mereka di lorong-lorong kampung," celotehnya.
Senada dengan Mustamid, Ketua Paguyuban Perdana, H Abdul Latief, pun menaruh rasa optimis bila potensi pengrajin Desa Tembok Banjaran bisa disatukan dalam satu tempat, mewujudkan kesejahteraan bukanlah hal yang sulit.
"Untuk saat ini terlalu berat untuk mengharapkan bantuan Pemkab ditengah keterbatasan anggaran yang dimiliki. Kita mencoba berkompetisi untuk mendapatkan bantuan dana dari program penataan lingkungan PNPM. Mungkin hanya dari pusat lah yang menjadi pengharapan kami untuk mewujudkan showroom tersebut," cetusnya.
Dari kalkulasi kedunya, dibutuhkan dana minimal Rp 500 juta untuk mendirikan bangunan guna menampung semua aset kreatifitas pengrajin konveski di lahan kas desa yang lokasinya berdekatan dengan akses jalan raya sebelah Barat Polsek Adiwerna tersebut. Keduanya pun masih yakin bahwa segala sesuatu yang didasari oleh keikhlasan untuk berbuat semata, kelak akan dipertemukan di jalan yang benar bagi ratusan pengrajin yang bergantung hidup dari konveksi. (*)
Sumber Berita : http://www.radartegal.com/index.php/Sisi-Getir-Pengrajin-Konveksi-Tembok-Banjaran.html
0 komentar:
Posting Komentar