DI Kampung Ngemplak, Tandang, Semarang ada sebuah tradisi yang biasa dijalankan saat Lebaran. Sukarman (68), tokoh masyarakat setempat bercerita tentang kegiatan yang kerap disebut riyaya itu. “Usai Shalat Id, warga biasanya berkumpul. Setelah saling berjabat tangan untuk mengucap maaf, acara dilanjutkan dengan melahap makanan yang dibuat warga,“ ujar Sukarman saat ditemui di kediamannya kemarin.
Hidangan Lebaran yang dibawa dari rumah oleh masing-masing keluarga itu terdiri dari berbagai macam. Ada lontong opor, sambal goreng ati, ayam goreng, telur, kue-kue, dan lainnya. Tradisi itu sendiri menurutnya masih berjalan di Masjid Al Hidayah, meski tak meriah dulu. Dari tiga masjid yang ada di kampung tersebut, hanya masjid itu yang masih mempertahankannya.
Sukarman menjelaskan, acara makan bersama yang dilakukan seluruh warga tersebut dimaksudkan untuk membangun kerukunan.
Selain riyaya yang berdimensi sosial kemasyarakatan, warga kampung tersebut juga punya tradisi lain yakni pembuatan sajen (sesaji) dan pemasangan kupat lepet di depan pintu rumah.
Untuk sajen, ada dua macam yang biasa dibuat, yakni sajen bada dan sajen syawalan. Sementara kupat lepet dipasang saat Syawal hingga tahun depan, meski biasanya sebelum sampai saat yang dimaksud sudah hilang, karena diambil orang atau hancur sendiri.
Satu lagi tradisi syawalan di sana adalah pembagian kupat jembut, ketupat yang dibelah diagonal dan diisi dengan tauge lengkap dengan sambal kelapa. Ketupat tersebut biasanya dibagikan kepada anak-anak. (Adhitia A-79)
Sumber Berita : http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2011/08/28/157505/
0 komentar:
Posting Komentar