RAUNGAN suara knalpot dua vespa kumal turut mewarnai kepadatan arus mudik Lebaran Idul Fitri 1432 H di jalur Mangkang Krapyak, Minggu (28/8) sore.
Kendaraan yang berjalan tak lebih dari 40 kilometer per jam itu berangkat dari Jakarta, Jumat (26/8) sore.
Vespa jenis PX 150 keluaran 1983 berwarna biru dengan jok panjang yang dikendarai Suparman (52) warga Kecamatan Lembeyan, Kabupaten Magetan bersama istrinya, Endang Sehati (42) dan tiga anaknya, Andra (8), Nugy (11), dan Bambang (15) itu meluncur dari tempat kerjanya di daerah Tangerang.
Setiap menempuh perjalanan selama dua jam, ia harus beristirahat. "Mesin vespa terlalu panas, dan harus didinginkan lagi untuk melanjutkan perjalanan," tutur karyawan perusahaan percetakan itu, saat ditemui di Jl Siliwangi, Minggu (28/8).
Ketika tiba di Kabupaten Brebes, mesin vespa lagi-lagi mati. Beberapa kali ia berusaha menghidupkannya, namun tidak berhasil. Busi yang penuh dengan oli itupun ia ganti, lagi-lagi vespa yang catnya mulai mengelupas itu tak mau diajak mudik. "Istri dan anak saya yang paling kecil, akhirnya saya suruh naik bis saja," jelasnya.
Sambil melepas lelah di pinggir jalan, Suparman ditolong oleh Danu Purwiyanto (27) warga Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak yang juga mudik mengendarai Vespa Super 1977 beroda tiga. Meski keduanya tidak saling mengenal sebelumnya, mereka bersepakat untuk berjalan beriringan hingga Kabupaten Demak.
"Setelah busi diganti baru, vespa yang dulu saya beli hanya seharga Rp 1 juta ini akhirnya bisa berjalan. Sampai Semarang ini, saya sudah ganti busi hingga 12 kali. Ya inilah menariknya vespa, meski kami tidak saling mengenal, tapi ketika ada pengendara vespa lain yang mengalami gangguan perjalanan, saling membantu," papar Suparman yang berencana berlibur di kampung halamannya selama dua minggu itu.
Cerita susah Suparman, juga dialami Danu. Menurut dia, sejak keluar dari kostnya di daerah Cikarang hingga Semarang telah mengalami beragam gangguan. Mulai dari ketiga ban vespanya yang pecah, hingga kabulator yang mampat karena kekurangan oli samping.
"Kisah seperti ini tak hanya terjadi ketika mudik, setiap mengikuti turing komunitas vespa, beragam gangguan bisa saja terjadi setiap saat. Namun, kekeluargaan antar pengguna vespa yang tinggi inilah yang membuat mudik ini terasa berbeda," jelas lelaki lajang yang bekerja di perusahaan otomotif itu.
Dengan bentuk vespa yang sudah tidak sesuai aslinya itu, Danu mengaku kesulitan, terutama ketika arus lalu lintas saat mudik di beberapa daerah yang ia lewati terjadi kemacetan.
"Saya tidak bisa menembus sela-sela kemacetan deretan mobil seperti sepeda motor lain yang masih standar. Tapi yang terpenting, sebelum shalat Idul Fitri, saya sudah bisa sampai di rumah. Inti mudik itu kan silaturahmi dengan keluarga dan sungkem kepada orangtua," katanya.
( Muhammad Syukron / CN33 )
Sumber Berita : http://suaramerdeka.com/v1/index.php/ramadan/ramadan_detail/54381/
0 komentar:
Posting Komentar