RITUAL massal tahunan itu hadir kembali. Menjelang Idul Fitri, lautan manusia membanjiri jalanan dari ibu kota ke sepanjang Pulau Jawa. Lihat saja prediksi Kementerian Perhubungan, pemudik Lebaran tahun ini akan mencapai 15,5 juta orang. Angka ini berarti naik 4,17 persen dibandingkan tahun lalu. Berbagai sarana angkutan akan membawa para pemudik dari Jakarta. Selain pesawat udara, kapal laut, yang paling diminati tentu saja sarana angkutan darat.
Di antara bus, kereta api dan mobil, pilihan mudik dengan menggunakan sepeda motor mengalami peningkatan yang sangat besar. Diperkirakan Lebaran tahun ini akan ada 3,6 juta pemudik bersepeda motor.
Mengapa bersepeda motor? Biasanya alasan efisiensi dan praktislah yang dikemukakan oleh para pemudik. Bayangkan saja kalau harus naik kereta api. Beli tiket saja sudah harus antre minta ampun, belum lagi pada waktu berangkat harus berebut masuk ke dalam gerbong. Bus juga menjadi mahal, jika harus membawa anak-anak. Apalagi kapasitas angkut kedua sarana transpotasi itu juga terbatas untuk mengangkut jutaan orang secara bersamaan. Pesawat terbang sudah pasti tak terjangkau bagi kebanyakan pemudik yang akhirnya memilih sepeda motor.
Kemudahan memiliki sepeda motor yang ditawarkan para produsen, membuat orang juga mengambil pilihan untuk memilikinya. Tak peduli, apakah setelah dipakai berlebaran nanti disita lagi, karena tak mampu membayar angsuran. Yang penting ada sarana transportasi untuk mudik.
Di jalanan nanti, bus dan mobil akan menghadapi problem kemacetan. Pasar tumpah, infrastruktur jalan yang kurang memadai, maupun perilaku para pengguna jalan sendiri bisa menjadi penghambat perjalanan ke kampung halaman. Dengan sepeda motor, mereka lebih fleksibel menghindari kemacetan, bahkan kalau perlu bisa naik ke trotoar untuk mencari jalan. Lebih lagi bersepeda motor bisa menjangkau hingga desa mereka yang masih sulit akses transportasi.
Dengan sepeda motor pun hanya dibutuhkan biaya beberapa puluh ribu rupiah. Maka jadilah sepeda motor itu bisa-bisa dipenuhi dua penumpang dewasa, dua anak-anak, belum lagi barang bawaan yang banyak. Tekadnya cuma satu: pulang ke kampung, setelah satu tahun bekerja di Ibukota.
Namun, apa pun kelebihan mudik dengan sepeda motor, banyak hal yang harus diwaspadai. Meski dianggap efisien, sepeda motor sebenarnya tidak pas untuk mengangkut penumpang melebihi kapasitas. Apalagi menempuh jarak beratus kilometer. Risiko kecelakaan sungguh besar. Faktor kelelahan, kontrol kendaraan tak maksimal, bersaing dengan transportasi lain yang lebih besar, bisa berakibat fatal.
70 Persen
Data Jasa Raharja menunjukkan, jumlah korban meninggal akibat kecelakaan lalu lintas 70 persen adalah pengguna sepeda motor. Data Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), selama arus mudik tahun lalu (2010), lebih dari 800-an orang meninggal. Dengan melonjaknya jumlah pemudik, angka kecelakaan diprediksi juga bakal mengalami kenaikan.
Bagi anak-anak yang yang diajak orang tuanya mudik dengan sepeda motor, tentu banyak hal yang dialami. Meski selamat sampai di tujuan, mereka yang masih rapuh itu tentu mengalami kelelahan, terpaan angin, dan ketidaknyamanan.
Pakar transportasi Darmaningtyas mengatakan, angka kecelakaan pada saat mudik Lebaran mengalami peningkatan akibat pemerintah belum bisa menciptakan sistem yang baik.
Menteri Perhubungan Freddy Numberi mengaku sudah mempersiapkan sejumlah armada untuk menekan angka kecelakaan pemudik bermotor. Mulai dari kapal pengangkut motor di pelabuhan hingga kereta api guna mengangkut pengendara.
Apakah terobosan itu mampu mengangkut mayoritas sepeda motor milik pemudik? Jawabannya tentu saja tidak. Karena itu, Darmaningtyas meminta agar pemerintah memberikan peran yang besar dan memberikan subsidi khusus untuk Lebaran agar golongan masyarakat bawah bisa nyaman melaksanakan mudik.(Bagas Pratomo-09)
Sumber Berita : http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2011/08/28/157519/
0 komentar:
Posting Komentar