DEMI proyek mulia bernama taman kota, maka Pemkot Semarang harus memotong denyut perekonomian di kawasan Kel Rejomulyo Kecamatan Semarang Utara. Tapi menghidupkan nadinya di kawasan yang baru yani penggaron di Semarang Timur.
Maka rencana untuk merelokasi para 153 pedagang ayam dan unggas (bebek dan enthok) serta 29 unit usaha pemotongan ayam di Pasar rejomuluo, rupanya sudah harga mati, Karena bekas pasar ii akan digunakan sebagai taman kota, menyusul sudah tidak layaknya kawasan ini sebagai pasar tradisional.
Namun tampaknya para pedagang enggan meninggalkan tempat lama karena merasa takut kehilangan pelanggan dan konsumen jika kelak berada di lokasinya yang baru di Penggaron, yang berjarak sekitar 5 km dari pasar yang sekarang.
Di mana pun proyek pemidahan para pedagang akan selalu memunculkan banyak tentangan. "Namun bagaimana agar pemindahan ini tidak menimbulkan gejolak warga pedagang itu yang penting," kata Abdul Majid hari Kamis (8/9) di balai kelurahan Rejomulyo saat diadakan sosialisasi rencana pemindahan itu.
Bantuan aparat.
Jika dalam sosialisasi itu harus mengjadirkan aparat sepeti Polsek dan Koramil Pedurungan, "Karena justru para bapak-bapak keamananan ini akan membantu para pedagang saat pemindahan itu, misalnya untuk pengadaan mobil angkutan," lanjut Abdul Majid.
Namun terkait soal kendaraan angkutan ini, beberapa pedagang merasa bukan lagi menjadi persoalan. "Untuk soal angkutan kami sediri sudah siap dan bisa mengusahakan, jadi tidak perlu dibantu," kata salah seorang pedagang.
Sebenarnya tak ada alasan para pedagang ayam dan unggas Pasar Rejomulyo Semarang untuk menolak rencana pemindahan ke lokasinya yang baru di Penggaron, Semarang Timur, "Karena di tempat yang baru itu telah kami sediakan 480 petak baru dan 4 unit ruang untuk pemotongan ayam," kata Abdul majid, kepala Dinas Pasar Kota Semarang, Kamis (8/9).
Lantas apa yang menjadi kendala, sehingga para pedagang itu tidak merespon positif rencana pemkot itu?
Menurut Abdul Majid, "Semata-mata karena para pedagang itu khawatir rejeki akan berubah atau berkurang, karena di tempat lama mereka merasa sudah memiliki pelanggan,"
Sebenarnya, ke 153 pedagang ayam dna unggas itu, sebgaan adalah para penyalur yang besar, dan memiliki pasar tersendiri. Jadi sangat tidak beralsan mereka menolak rencana pemkot ini. Maka mulai tanggal 15 sampai 20 September, proses pemidahan ini alot alias akan banyak kenimbulkan gejolak, maka upaya paksalah yang akan bermain.
Maka niscalah meski tak akan ada lagi suara kokok ayam di Pasar Rejomulyo, kokok ayam dan unggas itu akan terdengar di Penggaron. Bahkan mungkin akan lebih nyaring dan semarak lagi.
(Bambang Isti/CN 25)
Sumber Berita : http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/layar/2011/09/08/851/Hilangnya-Kokok-Ayam-di-Pasar-Rejomulyo-
0 komentar:
Posting Komentar