Minggu, 20 November 2011

Kumandangkan Indonesia Raya di Kilimanjaro

Setelah menaklukkan puncak tertinggi di Eropa, Elbrus, 17 Agustus silam, pemanjat difabel Sabar Gorky kembali beraksi. Pada 13 November lalu, dia menaklukkan gunung tertinggi di Afrika, Kilimanjaro.
KEINGINAN Sabar untuk menyanyikan “Indonesia Raya” di puncak Kilimanjaro yang memiliki tinggi 5.895 meter di atas permukaan laut akhirnya terwujud. Menyanyikan lagu kebangsaan sebagai tanda syukur itu sudah diniatkannya sejak sebelum berangkat mendaki gunung yang berada di Tanzania tersebut.
“Di Elbrus, Rusia, saya tak sempat menyanyi ’Indonesia Raya’ karena memang durasi saat berada di puncaknya tidak lama. Ketika di Kilimanjaro, waktu cukup lama sehingga kami bisa bersama-sama menyanyikan lagu kebangsaan,” papar Sabar di rumahnya di Jurug, Kampung Gendingan RT 03 RW 16 Jebres, Solo, Minggu (20/11).
Meski niat itu tercapai, Sabar agak kecewa karena keinginan lain tidak terpenuhi. Dia semula berencana mendaki Kilimanjaro untuk memperingati Hari Pahlawan.
Dalam skenario awal, Sabar sudah berada di puncak gunung tertinggi di dunia itu tepat pada 10 November. Rencana tinggal rencana.
Lambatnya dana operasional yang turun menyebabkan pendakian baru dimulai 11 November. “Gela (kecewa) memang, tapi karena sudah diniati hanya menjadi kekecewaan sesaat,” imbuh dia.
Sabar tidak sendiri dalam ekspedisi tersebut. Dia memanjat bersama empat pendaki lain dari Indonesia. Seorang pendaki berasal dari kelompok pencinta alam Top Ranger and Mountain Pathfinder (Tramp). Dua orang merupakan pelajar SMA 68 Jakarta, seorang lagi dari pihak sponsor. Didampingi empat pemandu lokal, petualangan Sabar dkk dimulai 11 November pukul 13.00 waktu setempat dari titik pendakian pertama di Maragu Gate. Tempat ini berketinggian 1.828 di atas permukaan laut.
Difabel Pertama
Berikutnya selama empat jam perjalanan, rombongan bergerak menuju Mandara (2.743 dpl). Setelah itu mereka kembali berjalan menuju Horombo (3.799 dpl) selama enam jam. Setelah beristirahat sebentar, Sabar cs bergegas menuju Uhuru Peak yang merupakan puncak Kilimanjaro (5.895 dpl). Butuh waktu 10 jam dari Horombo ke Uhuru Peak. Rute terberat ditempuh para peserta ekspedisi saat berjalan menuju Gilman’s Point, titik yang berada di antara Kibo dan Uhuru Peak. Medannya berupa tanjakan terjal.
Menipisnya kadar oksigen dengan suhu minus 5 derajat Celcius membuat Sabar dan rekan-rekan harus pandai mengatur ritme perjalanan. Rombongan pun memilih berjalan melambat daripada cepat untuk menghemat tenaga.
“Ketika sampai, saya menjadi orang difabel pertama dengan usaha sendiri yang berhasil naik ke puncak gunung tertinggi di Afrika. Dua pelajar yang ikut dalam rombongan menjadi pelajar pertama dari Indonesia yang mampu mencapai puncak gunung tertinggi,” papar pria berusia 43 tahun ini.
Ada sensasi tersendiri dalam penjelajahan dua gunung tertinggi yang sukses ditaklukkannya itu. Puncak Elbrus memiliki medan berat dengan suhu ekstrem mencapai minus 15 derajat Celcius. Adapun Kilimanjaro yang baru didakinya itu memiliki rute perjalanan yang panjang. “Dua gunung sudah saya kalahkan. Masih ada lima gunung lagi di tiga benua lain yang masih harus saya atasi,” tutur Sabar menjelaskan keinginannya.
Sabar saat ini selalu menyematkan tambahan nama baru “Gorky” di belakang nama aslinya yang hanya terdiri atas satu kata. Bukan tanpa alasan jika nama dari bahasa Rusia yang berarti Sedih itu selalu dipakainya.
Ayah Novalia Eka Sadriani (10) itu menyebut nama “Gorky” diberikan seorang pemandu asal Rusia yang menemaninya menaklukkan Elbrus pada hari kemerdekaan tahun ini. “Sedih memiliki arti keterbatasan bahwa dengan kondisi tanpa kaki saya masih mampu mencapai prestasi yang tidak mudah dicapai setiap orang,” papar pria yang mengalami cacat putus kaki karena terjatuh saat menumpang kereta api dari Jawa Barat, 22 tahun silam, itu. 
Setelah menaklukkan dua puncak gunung tertinggi dalam waktu setahun, Sabar menahan diri untuk tidak mendaki lagi. Dia memilih beristirahat hingga akhir tahun sembari mengawasi rumah yang tengah direnovasi. “Setelah itu, sekitar pertengahan 2012 saya berencana bersepeda di Gurun Sahara,” ungkap Sabar menjelaskan keinginan berikutnya. (Gading Persada-65)
Sumber Berita : http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2011/11/21/167205/

0 komentar:

Posting Komentar