Sabtu, 03 September 2011

Istri Saipul Jamiell Sempat Terlempar

Hingga kini kasus kecelakaan mobil Saipul Jamiell yang merenggut nyawa Virginia Anggraeni tersebut masih menjadi perbincangan. Salah seorang saksi mata mengungkapkan bahwa kecelakaan yang terjadi di Tol Padalarang Km 97 ke arah Jakarta tersebut sempat melihat Virginia terlempar dari mobil.
"Korban bernama Virginia tewas di lokasi kejadian dengan keadaan luka yang cukup parah di bagian muka. Bahkan terpental ke luar mobil," ujar Petugas Informasi dan Komunikasi Jasa Marga Purbaleunyi, Saiful Jaka, sebagaimana dilansir dari VIVAnews, Sabtu (03/09).
Saiful Jaka juga mengungkapkan bahwa dari kesepuluh penumpang yang menaiki mobil tersebut, hanya Virginia yang sempat terlempar dari mobil. Kondisi mobil yang ringsek di sebelah kanan dengan pintu amburadul juga menjelaskan betapa hebat kecelakaan tersebut.
Selain itu, beberapa sumber juga menyebutkan bahwa mobil tersebut sempat jungkir balik. Sebelum kecelakaan terjadi, mobil dipacu dengan kecepatan tinggi, yaitu di atas 80 km/jam dengan gigi lima. Disinyalir bahwa pengemudi dalam keadaan mengantuk sehingga kecelakaan naas itu pun terjadi. (kpl/ris)
Sumber Berita : http://id.omg.yahoo.com/news/

Jessica Iskandar Belajar Islam Pada Ketua FPI

Jika bisa dibilang seringkali para pesohor negeri dan FPI (Front Pembela Islam) tak akur, kali ini sungguh berbeda. Justru seorang selebriti, Jessica Iskandar, sengaja berkunjung ke kediaman Habib Riziq, Ketua FPI. Untuk apa?
Atas pertanyaan ini, Habib pun segera meluruskan kedatangan presenter DAHSYAT ini ke kediamannya. "Ada rumor Jessica dikejar-kejar FPI. FPI hanya mediator, FPI bukan musuh media, musuh artis. FPI dengan Jessica tidak ada masalah. Kita di FPI diharamkan untuk melakukan tekanan untuk menerima uang. Sepersen pun haram menerima uang berdasarkan tekanan. Ingin memeras itu nggak ada. Itu rumor," jelas Habib.
Pernyataan dari pentolan FPI inipun didukung oleh Jessica, yang mengaku dirinya memang sedang berniat mempelajari agama Islam. "Benar adanya bahwa saya sedang mempelajari agama. Belum memeluk agama islam. Di sini saya cuma ingin mengklarifikasi. Mohon doanya semoga diberikan jalan dan hidayah. Kesalahpahaman di publik saya mohon maaf, sengaja atau tidak sengaja dengan arti mualaf sendiri saya minta maaf. Saya datang ke sini untuk silaturahmi aja," tutur Jessica saat ditemui di JL. Petamburan III, Tanabang, Jakpus, Minggu (28/8).
Jessica juga menyatakan bahwa dirinya berharap bisa belajar Islam pada Habib, yang disambut dengan tangan terbuka oleh sang ketua FPI. "Kapanpun pintu rumah terbuka, kapan waktu mau datang tinggal datang, tinggal koordinasi," sambut Habib.
"Saya datang ke sini tujuannya silaturahmi, kedua mengklarifikasi, ketiga mendekatkan diri. Seringnya bertukar pikiran," pungkas Jessica. (kpl/hen/mae)
Sumber Berita : http://id.omg.yahoo.com/news/

Saka Wanabakti Gelar Halal Bihalal

TALANG – Momentum Idul Fitri 1423 H, dimanfaatkan anggota Pramuka Satuan Karya (Saka) Wanabakti pangkalan Perhutani KPH Pekalongan Barat untuk menggelar silaturahim dan halal bihalal bersama. Kegiatan yang bertepatan dengan 2 Syawal 1423 H itu bertempat di rumah makan Grigah Talang, Kamis, (1/9) kemarin.
Ketua Panitia pelaksana, Kosim melalui humasnya, Kanti Kasogi, mengatakan, kegiatan halal bihalal dan silaturahim yang diikuti oleh angkatan 1 sampai angkatan ke-21 Saka Wanabakti dimaksudkan untuk mempererat silaturahim sesama anggota Pramuka khususnya Saka Wanabakti.
”Anggota yang hadir mencapai 80 anggota dari semua angkatan yang ada,” terangnya disela-sela acara tersebut.
Halal bihalal ini, kata Kanti, merupakan agenda dan program rutin yang dilaksanakan Saka Wanabakti Perhutani KPH Pekalongan setiap tahun pada momentum Lebaran Idul Fitri. ”Mudah-mudahan kedepan kegiatan akan semakin meriah dan penuh keakraban anggota,” katanya.
Pamong Saka Wanabakti, Sugiyono SH, berharap agar halal bihalal bisa dimanfaatkan untuk menjalin rasa kekeluargaan dan persaudaraan sesama anggota Saka Wanabakti yang masih aktif maupun yang sudah purna. “Momentum Lebaran sangat tepat untuk saling bermaaf-maafan,” tegasnya.
Sugiyono menambahkan, lewat momentum halal bihalal dan silaturahim juga bisa dimanfaatkan untuk saling tukar pikiran dan berbagi pengalaman sesama anggota. “Purna anggota bisa berbagi pengalamannya dengan anggota yang masih aktif,” tukasnya.
Sementara saat menyampaikan hikmah halal bihalal oleh alumni angkatan 1, Jazuli. Dalam uraiannya menjelaskan bahwa Rosululloh Nabi Muhammad SAW sangat menyukai kebiasaan bersilaturahim, seperti halnya kegiatan halal bihalal ini.
“Silaturahim ini perlu dijaga agar menjadi tradisi yang baik,” pungkasnya.
Usai kegiatan dilakukan penggalangan dana spontanitas untuk membantu anggota Saka Wanabakti yang tengah sakit dan dalam perawatan di Jakarta. Dana yang terkumpul mencapai Rp 680 Ribu. (fat)
Sumber Berita : http://www.radartegal.com/index.php/

Pantura Padat Merayap

SURADADI - Jalur Pantura Kabupaten Tegal, khususnya di wilayah Suradadi Selasa (7/9) mengalami kepadatan kendaraan pemudik yang cenderung menggunakan mobil pribadi dan sepeda motor roda dua. Hal ini diakibatkan karena sejumlah elf yang tidak mengikuti aturan. Tanpa berpikir panjang, elf jurusan Tegal-Pemalang itu kerap menurunkan dan menaikan penumpang tepat di sebelah timur Pasar Suradadi. Karenanya pemudik harus rela mengalah dan merayap saat melintas di daerah tersebut.
Koodinator Unit Bantu Pertolongan Pramuka (UBALOKA) Kabupaten Tegal Candra Dwi mengaku geram melihat supir elf yang selalu mengindahkan peraturan. Padahal sudah berulangkali pihaknya menegur supaya tidak menurunkan atau menaikan penumpang di sekitar pasar. Tetapi mereka selalu bandel.
"Terkadang padat, tapi tidak begitu lama akan lancar lagi. Mungkin kalau supir elf tidak berhenti di situ, jalur di sini bisa tetap lancar," ujarnya.
Menurutnya, selain supir elf yang bandel, juga tampak beberapa pengunjung pasar yang enggan menyebrang melalui jembatan penyeberangan yang sudah tersedia. Mereka lebih memilih menyeberang di jalan daripada harus naik. Alasan mereka karena takut dengan ketinggian.
"Biasanya pengunjung yang sedang memburu waktu, dia malas lewat jembatan penyeberangan. Tapi beberapa ada juga yang takut dengan ketinggian. Sehingga mereka pun memilih menyeberang di jalan," terang dia.
Dia menambahkan dalam waktu satu jam ini, ada tiga kecelakaan kecil di sekitar jalur Pantura Suradadi. Dalam kecelakaan tersebut, tidak menimbulkan korban jiwa, hanya sedikit luka ringan saja. Dan korban kecelakaan, semuanya sudah ditangani oleh pihak kepolisian.
"Kecelakaan pertama di depan Purin, antara mobil dengan motor. Yang kedua di jembatan Suradadi, antara sepeda motor dengan becak. Sedangkan yang ketiga, truk colt diesel di seruduk bus di sebelah timur Pasar Suradadi. Dengan jumlah kecelakaan itu, untungnya tidak ada korban jiwa. Hanya luka ringan saja," ungkapnya.
Kondisi cuaca yang cukup cerah dibandingkan hari sebelumnya yang diwarnai hujan memacu para pemudik memacu kendaraannya. Ketersendataan arus lalu lintas di jalan hanya terlihat saat para pemudik berkendaraan menunggu pergantian pengatur rambu lalu lintas di pertigaan jalan raya Larangan Kramat dan Suradadi yang diketahui merupakan jalur padat dan ada pasar.
''Sejak malam hari kemarin, memang arus mudik tidak begitu ramai. Yang melintas kebanyakan mobil. Ini terjadi lantaran hampir seharian jalan diguyur hujan,'' kata Kasat Lantas Polres Tegal AKP Sukreta melalui petugas jaga di Pos Pam di Dampyak Kramat, kemarin malam.
Kendati demikian, lanjutnya, setelah hujan reda tepatnya sekitar pukul 02.00 WIB, arus mudik sudah mulai tampak kembali. Puluhan ribu sepeda motor dan mobil terus beriring-iringan kembali memadati arus Pantura. ''Kami memprediksi, keramaian arus mudik akan terjadi pada H-2 hingga H-1. Termasuk, besok arus mudik pasti akan terus berjubel,'' jelasnya. Petugas jaga Pos Pam Dampyak Kramat menambahkan bahwa bila kondisi ramai, di jalur Pantura ada sekitar 50 sampai 70 kendaraan yang melintas tiap menitnya. ''Sedangkan meski kondisi padat, namun arus di Pantura lancar. Ini karena selain kondisi jalan sudah baik, juga pengaturan dari kami sebagai polisi terus dilakukan,'' pungkasnya. (k2/gus)
Sumber Berita : http://www.radartegal.com/index.php/

Menilik Tradisi Warga Pada Hari Raya

SUDAH menjadi tradisi Desa Cerih Kecamatan Jatinegara dihari raya Idul Fitri, usai melaksanakan sholat Ied sambil bersilaturahim, masyarakat dari bebagai penjuru memadati sejumlah makam setempat. Yakni makam di Dukuh Jrumat, makam Silanegara yang berlokasi di Dukuh Krajan, makam Kranggan, makam Dukuh Wisa, dan makam Cerih Timur.
Warga melakukan ziarah bersama keluarga. Mereka mendatangi makam sanak famili yang sudah meninggal. Terlihat tidak hanya kaum adam (laki-laki, red) saja yang melakukan ziarah ke makam tersebut, tetapi kaum hawa (perempuan, red) pun ikut melakukan ziarah. Mereka, selain menabur bunga diatas makam yang dikunjunginya juga membacakan surat Yasin dan tahlil serta mendoakan arwah kerabatnya yang telah dimakamkan di lokasi tersebut.
Salah satu warga Desa Cerih, Fariz, yang setiap harinya menetap di Semarang, mengatakan, melakukan ziarah bersama keluarga besarnya pada hari raya Idul Fitri ini sudah menjadi tradisi tahunan.
“Setiap hari raya Idul Fitri, kami sekeluarga melakukan doa bersama di makam mbah (kakek, red) dan keluarga kami yang sudah meninggal,” katanya, saat ditemui setelah keluar dari makam Silanegara. Dirinya yang tidak pasti pulang setiap bulan ke kampung halamanya itu, sengaja menyempatkan waktu untuk berziarah ke makam leluhurnya yang sudah meninggal puluhan tahun silam itu.
“Kalau dulu sebelum kami di Semarang, setiap hari Jumat melakukan ziarah ke makam tidak bersama keluarga besar. Kaum perempuan juga tidak ada yang ikut,” ujarnya. Dikatakannya, hal ini sengaja dilakukan selain memanjatkan doa keselamatan, juga mengenalkan kepada sanak saudaranya agar mereka tidak lupa dengan leluhurnya sendiri. Disamping itu juga mengingatkannya akan kematian.
“Mudah-udahan saja, yang sudah meninggal dunia dapat diterima amal ibadahnya. Dan yang masih hidup, selalu ingat akan kematian,” ungkapnya. Sementara peziarah lainnya, Iqbal Madani, yang berziarah di makam Dukuh Jrumat yang lokasi makamnya lebih luas dari makam yang lain, melakukan ziarah ke makam orang tua dan adiknya serta keluarga yang lain. Dirinya selain mendoakan secara langsung diatas makam almarhum, juga memanfaatkan waktu untuk bersilaturahim dengan masyarakat yang berziarah ke makam tersebut.
“Jadi, ke makam itu tidak hanya ziarah. Namun sekaligus bermaaf-maafan dengan masyarakat sekitar yang jarang bertemu,” kata Iqbal yang merantau di Jawa Barat itu. Terlihat, sejumlah masyarakat setelah melakukan ziarah, saling bersalaman dan bermaaf-maafan di lokasi makam tersebut. (fatkhurohman)
Sumber Berita : http://www.radartegal.com/index.php/

H+2 Terminal Slawi Sepi.

CALON penumpang arus balik dari terminal bus Slawi pada H+2 Lebaran, Jumat (2/9) kemarin, tampak masih sepi. Bahkan sejumlah bus yang ada, nampak masih kosong.
Melihat realita yang ada, penumpang arus balik dari terminal bus Slawi diprediksi bakal mampu tertampung semuanya. Termasuk saat puncaknya nanti yang diprediksi hari Sabtu (3/9) dan Minggu (4/9).
"Jika melihat jumlah penumpang arus balik dan ketersediaan armada bus di terminal Slawi, penumpang bakal mampu tertampung," kata Kepala UPTD Terminal Slawi, Sutanto Karno SIP, Jumat (2/9) kemarin.
Dikatakan Sutanto Karno, ketidakkhawatiran membludaknya penumpang arus balik di terminal bus Slawi, selain banyaknya pemudik yang menggunakan sepeda motor juga penumpang dari wilayah Kabupaten Tegal bagian atas memanfaatkan armada bus yang ada di pangkalan Desa Yamansari Kecamatan Lebaksiu. Di wilayah itu, selain jumlah armada busnya cukup banyak juga melayani semua jurusan ke Jakarta yang lebih komplit.
Menurut dia, kondisi terminal bus Slawi saat ini tidak dipadati penumpang arus balik. Namun pihaknya berharap agar penumpang tetap berhati-hati karena padatnya arus lalu lintas balik yang nampak meningkat. Kepada penumpang arus balik, pihaknya berharap agar tidak perlu berdesakan dalam menaiki kendaraan busnya, karena ketersediaan bus mencukupi.
"Tidak perlu tergesa-gesa atau berebut. Armada cukup mampu menampung," himbaunya.
Sementara seluruh petugas terminal bus Slawi juga diminta tetap waspada dalam menjalankan tugasnya. Meski kondisi tidak terlalu ramai, namun kesigapan tetap diutamakan agar penumpang arus balik tetap merasa nyaman dan terjaga keamanannya.
"Kami tetap menyarankan agar petugas kami tetap siaga sepanjang berdinas. Ini demi kenyamanan semua pihak," pungkasnya. (gon)
Sumber Berita : http://www.radartegal.com/

Korban Tenggelam Dapat Santunan

TEGAL- Tiga pengunjung lokasi wisata Pantai Alam Indah (PAI) Kota Tegal yang tenggelam pada Kamis (1/9) petang, bakal mendapat santunan asuransi dari PT Jasa Raharja Putera.
Kepala Dinas Pemuda Olah Raga Kebudayaan dan Pariwisata (Dinpo­rabudpar) Ir HM Wahyudi melalui Kepala Seksi Pengembangan Produk dan Usaha Pariwisata Dinporabudpar Sudibyo mengatakan, santunan asuransi yang bakal diberikan untuk korban meninggal dunia, yakni Syaiful Amri bin Suwarjo (22) dan Kholidin bin Tarmo (22) masing-masing sebesar Rp 10 juta.
Sementara bagi korban selamat yakni Ainul Latifah bin Suwarjo (20), yang hingga Jumat (2/9) masih dirawat di Ruang Melati Rumah Sakit Umum (RSU) Mitra Siaga di Kelurahan Dampyak, Kecamatan Kramat, Kabupaten Tegal, akan mendapat santunan sebesar Rp 2 juta.
“Bagi korban meninggal santunan yang diberikan Rp 10 juta sedangkan yang kritis akan mendapat santunan untuk perawatan sebesar Rp 2 juta,” terang Sudibyo saat mendampingi Wakil Wali Kota Tegal Habib Ali Zaenal Abidin SE meninjau lokasi tenggelamnya tiga pengunjung PAI, Jumat (2/9).
Sumber Berita : http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2011/09/03/157803/Menurut Sudibyo, santunan asuransi diberikan karena korban sudah membayar premi asuransi sebesar Rp 250 ketika masuk ke tempat wisata itu. Untuk pencairan asuransi, pihaknya akan segera melaporkan ke PT Jasaraharja Putera di Pekalongan.
Masih Lemah
Menurut Sudibyo untuk pencairan asuransi, laporan harus disertai identitas korban, hasil visum rumah sakit, surat nikah orang tua, kartu tanda penduduk (KTP) korban, kartu keluarga (KK) dan surat kematian dari desa dan rumah sakit.
“Pencairan tergantung kesibukan di kantor tersebut. Apalagi saat ini sedang Lebaran, mungkin tidak hanya dari Kota Tegal yang mengajukan klaim tetapi juga dari daerah lain. Mudah-mudahan dalam satu bulan ini bisa cair,” sebutnya.
Atas kejadian yang menimpa warga Dukuh Tumpukan, Desa Timbangreja, Kecamatan Lebaksiu, Kabupaten Tegal, Wakil Wali Kota Tegal Habib Ali Zaenal Abidin pada Jumat (2/9) pagi menyempatkan menjenguk Ainul Latifah. (H45-49)

Pemberian Gelar HC Lukai Hati TKI

JAKARTA- Menjadi hal ironis ketika pemerintah Indonesia memberlakukan moratorium atau penghentian sementara pengiriman tenaga kerja Indonesia (TKI) ke Arab Saudi, Universitas Indonesia justru memberi gelar doktor honoris Causa (HC) kepada Raja Arab Saudi Abdullah bin Abdul Aziz.
Menurut Koordinator Migrant Care Wahyu Susilo, Jumat (2/9), sangat tidak pantas gelar HC diberikan kepada Raja Arab Saudi yang tidak pernah melindungi hak asasi manusia.
”Sudah banyak TKI divonis mati. Dengan  alasan apa pun, anugerah tersebut sangat menyakiti hati TKI korban kekerasan bahkan tervonis mati di Arab Saudi,” kata Wahyu.
Pernyataan senada juga disampaikan Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) Haris Ashar. Menurutnya, Rektor UI Gumilar Rusliwa Somantri tidak pantas memberi gelar doktor HC kepada Raja Abdullah karena masih memberlakukan hukuman mati pancung kepala untuk pelaku tindak pidana. Apalagi yang banyak menjadi korban adalah warga Indonesia.
Menurut Haris, seorang pejabat setingkat rektor seharusnya paham bahwa hukuman mati bertentangan dengan konstitusi Indonesia maupun semangat penghormatan dan perlindungan HAM secara universal. ”Seharusnya Gumilar Sumantri tidak memberikan gelar tersebut, tapi membuat evaluasi pengiriman TKI dan  memikirkan apa tanggung jawab UI bagi pengentasan kemiskinan di Indonesia sehingga dapat mengurangi pengiriman TKI,” papar Haris.
Dalam pernyataannya, Gumilar menyatakan prosedur pemberian doktor HC kepada Raja Abdullah sudah sesuai aturan baku. Pemberian gelar itu dilakukan di Istana Al-Safa, Jeddah, pada 21 Agustus lalu. Prosesnya mulai dari usulan hingga perdebatan di tingkat komite tetap yang terdiri atas para guru besar.
Hasil pembahasan itu mencapai sebuah keputusan untuk memberikan gelar. Pertimbangan yang menjadi acuan antara lain jasa raja terhadap pembangunan Islam di Indonesia.
Raja Abdullah pernah membantu menyelesaikan pembangunan Masjid Arief Rachman Hakim di Salemba.
Raja juga membantu korban tsunami Aceh sebagai donatur terbesar. Pertimbangan lain adalah Raja Arab Saudi dianggap memiliki pemerintahan yang realistis dan visioner. Dia juga dipandang aktif dalam misi perdamaian di Palestina.
Dirjen Menyayangkan
Tanggapan keras juga disampaikan Kementerian Pendidikan Nasional yang meminta pihak kampus mempertimbangkan kondisi lain di luar penilaian akademis dalam pemberian gelar doktor honoris causa (HC). ”Meski tokoh tersebut telah memenuhi kriteria akademis dan prosedur yang telah ditentukan, perguruan tinggi harus mempertimbangkan aspek sosial, budaya, dan politik sebelum memutuskan untuk memberi gelar tertentu terhadap seorang tokoh,” kata Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Djoko Santoso.
Dia menyayangkan bila pemberian gelar doktor HC kepada Raja Abdullah benar terjadi. Pasalnya, paling tidak ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam pemberian gelar maupun penghargaan.
”Pertama, tentu kriteria akademik. Kedua, perlu memperhatikan faktor kondisi budaya, sosial, dan politik yang terjadi di dalam negeri. Terlebih bila gelar tersebut diberikan kepada tokoh dari luar negeri. Ada kondisi-kondisi yang sebaiknya dipertimbangkan, jangan asal memberi,” tuturnya.
Hal penting lain yang harus diperhatikan dan berlaku secara umum adalah pemberian penghargaan dilakukan di dalam kampus. ”Jadi, bukan pihak kampus yang mendatangi pihak yang diberi gelar,” jelas dia.
Secara teknis memang ada prosedur internal di masing-masing perguruan tinggi yang harus dihormati. Namun, dia kembali mengingatkan agar kampus juga mempertimbangkan aspek lain.
Djoko mengaku kecewa, apalagi dia memiliki perasaan yang sama dengan masyarakat terkait kondisi hubungan Indonesia-Arab Saudi di bidang tenaga kerja migran.
”Saya belum melakukan konfirmasi kepada pihak UI, nanti saya konfirmasi dulu kepada yang bersangkutan. Sekarang masih suasana Lebaran. Jadi saya memang belum menanyakan hal ini kepada UI,” terangnya. (D3, H28-65)
Sumber Berita : http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2011/09/03/157866/

Suap Tak Sampai ke Muhaimin

JAKARTA- Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menjerat tersangka Dharnawati dengan pasal percobaan suap terhadap Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Muhaimin Iskandar.
Komisi antirasuah beralasan, uang yang akan diberikan belum sampai ke tangan Muhaimin. ”Karena uang belum sampai ke tangan Muhaimin, maka pasal sangkaannya adalah percobaan penyuapan,” kata Wakil Ketua KPK M Jasin, Jumat (2/9).
Dharnawati yang merupakan kuasa direksi PT Alam Jaya Papua ditangkap KPK beberapa waktu lalu bersama dua pejabat Kemenakertrans, Dadong Irbarelawan dan I Nyoman Suisanaya. Dadong dan Nyoman disangkakan pasal berlapis, yakni pasal 5 ayat (1) huruf a, b, subsider pasal 13, pasal 15, dan pasal 12a UU Pemberantasan Korupsi. Adapun Dharnawati dijerat dengan pasal 5 ayat 1 huruf a, b subsider pasal 13, pasal 15 UU Pemberantasan Korupsi.
Pengacara Dharnawati, Farhat Abbas, sebelumnya mengungkapkan, isi surat penahanan kliennya antara lain berbunyi dana Rp 1,5 miliar untuk percobaan suap Muhaimin.
”Ditulis sedang melakukan tindak pidana korupsi yang dilakukan tersangka Dharnawati bersama-sama dengan I Nyoman Suisanaya dan Dadong Irabelawan untuk memberikan hadiah kepada Muhaimin Iskandar selaku Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi,” jelas Farhat.
Muhaimin telah membantah segala tuduhan yang dialamatkan kepadanya terkait dugaan korupsi tersebut. Dia menyatakan siap diperiksa KPK, bahkan akan proaktif jika dirinya dibutuhkan dalam penyelidikan.
Politikus Partai Kebangkitan Bangsa itu juga menegaskan tak mengenali Nyoman yang merupakan Sekretaris Ditjen Pembinaan Pembangunan Kawasan Transmigrasi (P2TK) dan Dadong, kepala Bagian Program Evaluasi Ditjen P2KT. ”Saya tak mengenali dua orang dari Kemenakertrans yang ditangkap KPK,” terang Muhaimin.
Pinjaman THR
Tak hanya menyeret nama Muhaimin, kasus suap dua pejabat Kemenakertrans senilai Rp 1,5 miliar juga mulai merembet ke DPR. Masih menurut Farhat yang dihubungi, kemarin, Nyoman Suisnaya dan Dadong Irbarelawan juga meminta uang yang dikatakan akan dibagikan kepada anggota Badan Anggaran (Banggar) DPR.
Permintaan itu sebesar 10 persen berkaitan dengan permintaan agar PT Alam Jaya Papua dapat menjadi rekanan dalam program Percepatan Pembangunan Infrastruktur Daerah Transmigrasi di Kemenakertrans. ‘’Klien kami belum pernah setor ke Banggar, tapi pernah diminta oleh Dadong dan Nyoman. Mereka minta, nanti mereka atur ke DPR,” ungkap Farhat.
Dia menjelaskan, dana yang diberikan oleh Dharnawati hanya merupakan pinjaman untuk Tunjangan Hari Raya (THR). Kliennya juga belum mendapatkan proyek dari Kemenakertrans.
Kasus yang membuat Nyoman, Dadong, dan Dharnawati menjadi tersangka adalah dugaan suap terkait dengan percepatan pembangunan infrastruktur daerah bidang transmigrasi di 19 kabupaten. Total anggarannya Rp 500 miliar dari APBN-P 2011 untuk Kemenakertrans.
Ketiganya ditangkap pada Kamis (25/8) sore. Nyoman ditangkap terlebih dulu sekitar pukul 15.00, disusul Dharnawati sekitar pukul 15.30. Dadong baru ditangkap sekitar pukul 16.00 saat berada di Bandara Soekarno Hatta.
Setelah menjalani pemeriksaan lebih dari 25 jam, KPK menahan Nyoman di Rutan Polda Metro Jaya. Dadong ditahan di Rutan Cipinang, sedangkan Dharnawati di Rutan Pondok Bambu, Jakarta Timur. (J13,dtc-65)

Dari Kunjungi Kerabat hingga Nonton Takbiran di Semarang

Rajih Susanto membawa keluarga mudik ke Grobogan dengan memakai bajaj. Dia menggunakannya sebagai bentuk kebanggaan.
TUKANG ojek dan pedagang di sekitar bundaran perempatan Gubug, Grobogan, sejak Minggu (28/8) lalu menemukan pemandangan yang berbeda. Di daerah yang sehari-hari ramai karena merupakan persimpangan jalur Purwodadi-Semarang dan Purwodadi-Salatiga itu muncul kendaraan yang ”semestinya” hanya ada di Jakarta, bajaj.
Beroda tiga, berwarna oranye, bersuara berisik, meluncur ribut dengan asap mengepul dari knalpot. Moncong unik kendaraan asal India itu jelas yang paling menarik perhatian.  
”Saya terbiasa melihatnya di televisi. Maklum, seumur-umur baru dua kali ke Jakarta. Menarik juga lihat bajaj nongkrong disini. Tidak hanya saya, banyak penumpang bus yang melongok keluar jendela hanya untuk melihat bajaj itu,” kata Yusuf, tukang ojek yang biasa mangkal di sebelah utara bundaran Gubug.
Bajaj itu milik Rajih, pria berusia 46 tahun warga RT 02 RW 04 Dusun Kwaron, Desa Kwaron, Kecamatan Gubug, Grobogan.
Sehari-hari kendaraan tersebut digunakan mencari nafkah di ibu kota. Lebaran kali ini sengaja dibawa mudik sebagai alat transportasi ke kampung halaman.
”Sudah tiga kali ini saya pulang ke kampung naik bajaj. Capai sih pasti, tapi lebih cepat daripada naik mobil pribadi atau bus umum. Sudah biasa siat-siut di antara kemacetan Jakarta,  jadi tidak kaget dengan kemacetan arus mudik. Padahal kecepatan selama perjalanan hanya sekitar 60 km/jam,” ujar suami dari Siti Ikromah (42) ini.
Berasal dari Tegal, Rajih memperistri Ikromah yang asli Gubug. Keduanya merantau ke Jakarta pada 1980. Di ibu kota, dia langsung mencari nafkah dengan menjadi sopir bajaj.
”Selain ngompreng sendiri, saya juga menyewakan 12 bajaj. Sehari-hari dari tiap bajaj tersebut menghasilkan setoran Rp 41.000,” terang Rajih.
Jika dihitung, penghasilan Rajih dari menyewakan bajaj per hari mencapai hampir Rp 500 ribu. Jumlah itu masih belum termasuk pendapatannya sendiri dari mencari penumpang. Setiap bulan, pemasukan bagi Rajih yang tinggal di Kelurahan Angke, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat, itu mencapai lebih dari Rp 10 juta.
Biayai Kuliah
Dengan penghasilan sebesar itu, keluarga Rajih jelas bisa mudik dengan moda transportasi yang jauh lebih baik. Namun, mereka memang sengaja naik bajaj. Tujuannya, untuk memperlihatkan kepada tetangga dan kerabat bahwa kendaraan yang dipandang remeh itu tidak ”serendah” yang dibayangkan.
Rajih, seperti juga istrinya, memang tidak merasa malu. Dia justru bangga mengendarai kendaraan bermesin Vespa itu saat bersilaturahim mengunjungi kerabat.
Berkat bajaj, dia mampu membangun rumah yang terbilang mewah di kampung. Hasil dari bajaj pula yang digunakan untuk membiayai dua anaknya kuliah di perguruan tinggi swasta di Jakarta.
Bajaj bernopol B 1326 ER itu selalu dipakai berjalan-jalan di kampung. Bahkan dibawa sampai ke Semarang bersama keluarga untuk menonton takbiran di Kota Atlas.
”Setiap malam anak saya juga memakainya nongkrong di bundaran Gubug. Banyak yang menyanjung, tak sedikit yang berfoto di atas bajaj. Bensinnya irit, dari Jakarta sampai Gubug menghabiskan sekitar 20 liter,” tutur Rajih didampingi  adik iparnya, Sutarto.
Selama perjalanan mudik, Rajih tidak pernah ditilang polisi. Dia memang pernah dihampiri polisi lalu lintas saat berhenti di sebuah lampu merah di dalam kota Kendal.
Rajih mengira petugas tersebut hendak menilangnya. Ternyata polisi tersebut mengungkapkan kepada Rajih dan si bajaj.
Sebagai ”bekal”dalam perjalanan, baik saat mudik maupun balik, Rajih membawa sejumlah suku cadang. Di antaranya as roda depan belakang, lakher, busi, dan oli samping. ”Kalau rusak di jalan, onderdil bajaj susah dicari. Urusan montir bajaj, saya termasuk ahli. Bajaj ini saya rawat seperti anak sendiri karena sudah memberi penghidupan bagi saya dan keluarga,” jelas Rajih yang berencana balik ke Jakarta pada H+7 Lebaran. (65)
Sumber Berita : http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2011/09/03/157860/

Silat Lidah

PRESENTER Andy F Noya memang tak pernah kekurangan akal untuk membuat suasana acara meriah.  Hal itu terbukti saat ia tampil jadi moderator saresehan soal silat yang digelar PT Sido Muncul dalam rangka meluncurkan iklan terbaru Kuku Bima bertema silat, baru-baru ini.
Sesepuh pencak silat, Eddie M Nalapraya adalah pembicara pertama yang dikerjai host Kick Andy ini. ”Saya nggak ngerti mengapa orang seperti Pak Eddie ini sempat-sempatnya 32 tahun ngurusin silat. Saya ini dua kali nonton silat saja sudah bosan,” kata Andy mengomentari sosok Presiden Persekutuan Pencak Silat Antarbangsa (Persilat).
”Kalau saya terus terang nggak ngerti silat. Kalau silat lidah, itu memang pekerjaan saya,” katanya mengundang tawa hadirin.
Mayjen Muchdi Purwopranjono tak luput dari kejahilan wartawan senior ini. Sebelum memberi kesempatan Ketua Harian PB IPSI ini berbicara, Andy memperkenalkan latar belakang Muchdi, antara lain pernah memimpin Bela Diri Tapak Suci, bergabung di PPP, pernah menjabat Dan Kopassus, dan terakhir kali menjabat Deputi dan Agen Badan Intelijen Negara (BIN). ”Kalau tidak salah yang paling terkenal ya saat di BIN ini,” kelakarnya mengingatkan kasus terbunuhnya aktivis HAM Munir yang sempat menyeret nama Muhdi. (Fauzan Dj-71)
Sumber Berita : http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2011/09/03/157858/

Selasa, 30 Agustus 2011

Mohon Maaf

Untuk semua saudaraku
yang mampir dalam blog ini
saya mohon maaf
bila 2 hari kedepan (Rabu 31 Agustus s/d Kamis 1 September 2011)
tidak ada tampilan baru
saya pengin mudik lebaran menengok saudara
SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI MOHON MAAF LAHIR DAN BATIN








Senin, 29 Agustus 2011

Ucapan Selamat

 SSlawi Ayu Cyber News
mengucapkan : Selamat Hari Raya Idul Fitri
Mohon Maaf Lahir Dan Batin
 
 
 



embun pagi di ujung mentari di antara takbir yang bergema
terhapus malam dengan sinar kehidupan untuk menyambut hari yang fitri
teriring salam dan doa sebari mengucapkan mohon maaf lahir batin.
Taqabbalallahu minna wa minkum, selamat hari raya idul fitri. 



Mudik dengan Vespa

RAUNGAN suara knalpot dua vespa kumal turut mewarnai kepadatan arus mudik Lebaran Idul Fitri 1432 H di jalur Mangkang Krapyak, Minggu (28/8) sore.
Kendaraan yang berjalan tak lebih dari 40 kilometer per jam itu berangkat dari Jakarta, Jumat (26/8) sore.
Vespa jenis PX 150 keluaran 1983 berwarna biru dengan jok panjang yang dikendarai Suparman (52) warga Kecamatan Lembeyan, Kabupaten Magetan bersama istrinya, Endang Sehati (42) dan tiga anaknya, Andra (8), Nugy (11), dan Bambang (15) itu meluncur dari tempat kerjanya di daerah Tangerang.
Setiap menempuh perjalanan selama dua jam, ia harus beristirahat. "Mesin vespa terlalu panas, dan harus didinginkan lagi untuk melanjutkan perjalanan," tutur karyawan perusahaan percetakan itu, saat ditemui di Jl Siliwangi, Minggu (28/8).
Ketika tiba di Kabupaten Brebes, mesin vespa lagi-lagi mati. Beberapa kali ia berusaha menghidupkannya, namun tidak berhasil. Busi yang penuh dengan oli itupun ia ganti, lagi-lagi vespa yang catnya mulai mengelupas itu tak mau diajak  mudik. "Istri dan anak saya yang paling kecil, akhirnya saya suruh naik bis saja," jelasnya.
Sambil melepas lelah di pinggir jalan, Suparman ditolong oleh Danu Purwiyanto (27) warga Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak yang juga mudik mengendarai Vespa Super 1977 beroda tiga. Meski keduanya tidak saling mengenal sebelumnya, mereka bersepakat untuk berjalan beriringan hingga Kabupaten Demak.
"Setelah busi diganti baru, vespa yang dulu saya beli hanya seharga Rp 1 juta ini akhirnya bisa berjalan. Sampai Semarang ini, saya sudah ganti busi hingga 12 kali. Ya inilah menariknya vespa, meski kami tidak saling mengenal, tapi ketika ada  pengendara vespa lain yang mengalami gangguan perjalanan, saling membantu," papar Suparman yang berencana berlibur di  kampung halamannya selama dua minggu itu.
Cerita susah Suparman, juga dialami Danu. Menurut dia, sejak keluar dari kostnya di daerah Cikarang hingga Semarang telah mengalami beragam gangguan. Mulai dari ketiga ban vespanya yang pecah, hingga kabulator yang mampat karena kekurangan oli samping.
"Kisah seperti ini tak hanya terjadi ketika mudik, setiap mengikuti turing komunitas vespa, beragam gangguan bisa saja terjadi setiap saat. Namun, kekeluargaan antar pengguna vespa yang tinggi inilah yang membuat mudik ini terasa berbeda," jelas lelaki lajang yang bekerja di perusahaan otomotif itu.
Dengan bentuk vespa yang sudah tidak sesuai aslinya itu, Danu mengaku kesulitan, terutama ketika arus lalu lintas saat mudik di beberapa daerah yang ia lewati terjadi kemacetan.
"Saya tidak bisa menembus sela-sela kemacetan deretan mobil seperti sepeda motor lain yang masih standar. Tapi yang terpenting, sebelum shalat Idul Fitri, saya sudah bisa sampai di rumah. Inti mudik itu kan silaturahmi dengan keluarga dan sungkem kepada orangtua," katanya.
( Muhammad Syukron / CN33 )
Sumber Berita : http://suaramerdeka.com/v1/index.php/ramadan/ramadan_detail/54381/

Ahmadiyah Ikut Pemerintah Soal Idul Fitri

Bandung, CyberNews. Jamaah Ahmadiyah wilayah Priangan Barat akan mengikuti penetapan pemerintah terkait Hari Raya Idul Fitri 1432 H. Hal itu dikatakan juru bicara jamaah Ahmadiyah Priangan Barat, Rafiq Agmad Sumadi Ganda, di Bandung, Jawa Barat, Senin (29/8).
Rafiq mengatakan itu mewakili jamaah Ahmadiyah di kawasan Kota Bandung, Garut dan Tasikmalaya. Mereka percaya pada ahli yang diterjunkan pemerintah dalam penetapan Hari Raya Idul Fitri.
"Tentunya kami akan tetap menghargai jika ada masyarakat yang lebih dulu merayakan Idul Fitri," ucapnya.
Ia menjelaskan, jamaah Ahmadiyah Priangan Barat di Kota Bandung akan merayakan Idul Fitri di tiga masjid, yakni Masjid Mubarak di Jalan Pahlawan, Masjid Ashabullah di Jalan Cisarantren Kulon, dan Masjid An Nasir di Jalan Haji Safari.
Sebelumnya, peneliti senior Observatorium Bosscha Bandung, Deva Octavian menegaskan, Idul Fitri 2011 atau 1 Syawal 1432 Hijriah akan terjadi pada 31 Agustus 2011.
Sementara itu, Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur memastikan awal Syawal 1432 Hijriah atau Hari Raya Idul Fitri 2011 bertepatan dengan tanggal 30 Agustus 2011.
( Ant / CN31 )
Sumber Berita : http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2011/08/29/94967/

Arkeolog Arab Temukan Peradaban Kuno 9000 Tahun

REPUBLIKA.CO.ID, JEDDAH--Penemuan arkeologis terbaru di Dubai kemungkinan bakal merubah sejarah. Arkeolog Arab mengatakan, mereka menemukan situs baru di mana ada indikasi domestikasi hewan sekitar 9.000 tahun yang lalu.
Situs yang disebut Al Maqar itu, bila terbukti memiliki data domestikasi hewan kuda sembilan milenium itu akan mengubah sejarah dunia. Karena sebelumnya diketahui domestikasi hewat tertua ada di Turki atau Asia Tengah, 5.500 tahun yang lalu.
"Temuan ini akan menantang temuan situs tertua sebelumnya," kata Ali Al Ghabban, wakil presiden Museum dan Purbakala dari Komisi Wisata dan Purbakala Arab Saudi.
Ia lanjutkan, "Penemuan ini akan mengubah pengetahuan manusia soal hubungannya dengan hewan. Karena di situs ini terbukti manusia sudah memelihara hewan di era Neolitik muda," kata dia saat jumpa pers.
Ia tegaskan, selain kuda, ditemukan juga rangka manusia yang sudah termumifikasi, mata panah, serpih, alu, alat menjahit dan lain sebagainya. "Ini menunjukkan manusia 9.000 tahun lalu sudah mahir membuat kerajinan tangan," katanya.
Sumber Berita : http://id.berita.yahoo.com/

Halalbihalal

SENIN, 29 Agustus 2011 ini pemerintah akan melakukan rukyatul hilal di seluruh Indonesia untuk menentukan Idul Fitri 1 Syawal 1432H. Di Jateng akan dipusatkan di Menara Al-Husna Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) Jalan Gajahraya Semarang. Apabila bulan terlihat dipastikan pemerintah melalui Tim Isbat akan mengumumkan Selasa besok (30/8) Idul Fitri. Sebaliknya apabila hilal tidak terlihat maka istikmal menyempurnakan bilangan puasa Ramadan menjadi 30 hari dan Idul Fitri jatuh hari Rabu lusa (31/8). Tetapi para ahli falak hampir memastikan bulan tidak akan terlihat, sulit untuk dirukyat karena ketinggiannya masih di bawah dua derajat.
Muhammadiyah sudah mengumumkan akan beridul fitri Selasa besok (30/8). Perbedaan semacam ini sudah biasa terjadi. Masing-masing ada patokan dan dasar hukumnya. Perbedaan pandangan, perbedaan dasar hukum dan  perbedaan sumber hendaknya menjadi rahmat. Bukan sebaliknya menjadi pemicu munculnya konflik horizontal, perpecahan dan keretakan di antara umat.
Alhamdulillah melalui pencerahan dan pemahaman yang terus menerus melalui para kiai, ulama, pejabat dan tokoh masyarakat, umat makin terbiasa menerima perbedaan. Kedewasaan bersikap seperti inilah yang sebenarnya diajarkan selama bulan Ramadan.
Dalam bulan suci itu, Allah mencurahkan kasih sayangnya, memaafkan kesalahan hambanya dan membebaskannya dari api neraka (itqun minannar). Kalau hal itu di charge-kan kepada orang puasa selama satu bulan, harapannya pasti tiga hal tersebut menjadi jiwa dan mewarnai hidupnya. Sayang kalau sampai tidak terefleksi dalam kehidupan.
Maka masuk kategori kelompok orang yang hanya mendapat lapar dan dahaga saja. Dia tidak mendapatkan pahalanya puasa. Handphone yang dicharge satu jam saja bisa dioperasionalkan selama 24 jam. Mestinya manusia di-charge selama satu bulan penuh bisa operasional 11 bulan sampai puasa Ramadan datang lagi tahun depan.
Sesudah puasa kasih sayangnya kepada yang lain makin bertambah, mudah memaafkan kesalahan orang lain dan meningkatkan kualitas hubungan silaturahim sesama manusia (hablum minannas) dan meningkatkan hubungan ibadah kepada Allah (hablum minallah).
Di kalangan umat Islam Indonesia mengakhiri Ramadan dengan halalbihalal sesudah shalat Id. Sebuah tradisi yang tidak ditemukan di negara lain. Selain halalbihalal juga berkembang budaya sungkeman.
Santri sowan kepada kiai dan para gurunya. Meminta maaf dan saling membuka pintu maaf. Anak meminta maaf kepada ibu-bapaknya, kepada tetangga dan sanak saudaranya. Di kantor-kantor atasan membuka pintu maaf kepada bawahanya, kolega dan handai taulan. Indah sekali. Andai budaya mengaku salah itu diterapkan di sebelas bulan di luar bulan Syawal, pasti tidak ada tawuran, pengeroyokan, konflik horizontal, perkelahian, KDRT dan lain-lain. Yang ada saling meminta maaf dan membuka maaf.
Seorang budayawan Dr Umar Khayam (alm), menyatakan bahwa tradisi Lebaran merupakan terobosan akulturasi budaya Jawa dan Islam. Kearifan para ulama di Jawa mampu memadukan kedua budaya tersebut demi kerukunan dan kesejahteraan masyarakat. Akhirnya tradisi Lebaran itu meluas ke seluruh wilayah Indonesia, dan melibatkan penduduk dari berbagai pemeluk agama.
Menurut tuntunan ajaran Islam, saling memaafkan itu tidak ditetapkan waktunya setelah umat Islam menyelesaikan ibadah puasa Ramadan, melainkan kapan saja setelah seseorang merasa berbuat salah kepada orang lain, maka dia harus segera minta maaf kepada orang tersebut. Bahkan Allah SWT lebih menghargai seseorang yang memberi maaf kepada orang lain (Alquran; Ali Imran ayat 134).
Sejarah asal mula halal bihalal ada beberapa versi. Menurut sebuah sumber yang dekat dengan Keraton Surakarta, bahwa tradisi halal bihalal mula-mula dirintis oleh KGPAA Mangkunegara I, yang terkenal dengan sebutan Pangeran Sambernyawa.
Dalam rangka menghemat waktu, tenaga, pikiran, dan biaya, maka setelah shalat Idul Fitri diadakan pertemuan antara Raja dengan para punggawa dan prajurit secara serentak di balai istana. Semua punggawa dan prajurit dengan tertib melakukan sungkem kepada raja dan permaisuri.
Menurut Dr Quraish Shihab, halalbihalal merupakan kata majemuk dari dua kata bahasa Arab halala yang diapit dengan satu kata penghubung ba (dibaca: bi). Meskipun kata ini berasal dari bahasa Arab,  masyarakat Arab sendiri tidak paham arti halalbihalal yang merupakan hasil kreativitas bangsa Melayu. Halalbihalal, tidak lain, adalah hasil pribumisasi ajaran Islam di tengah masyarakat Asia Tenggara. Halalbihalal merupakan tradisi khas dan unik bangsa ini. Semangatnya adalah saling menghalalkan kesalahan akibat dari tindakan maupun ucapan sebagai resiko dari sebuah pergaulan sehari-hari. Santri kepada kiai, istri kepada suami, anak kepada ibu-bapak, dengan tetangga, kolega, atasan-bawahan, semuanya berhalalbihalal. Sebaiknya halalbihalal terus dibudayakan tidak hanya di bulan Syawal saja tetapi di sebelas bulan lain sesudah Syawal. Selamat Idul Fitri 1 Syawal 1432 taqabbalallu minna waminkum taqabbal ya kariim. (Drs KH Ahmad Darodji MSi, Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jateng-34)
Sumber Berita : http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2011/08/29/157588/

Observatorium Bosscha Yakin Lebaran 31 Agustus

JAKARTA- Peneliti senior di Observatorium Bosscha,  Bandung, Deva Octavian, menegaskan Idul Fitri 2011 atau 1 Syawal 1432 Hijriah akan jatuh pada 31 Agustus.
Keyakinannya didasarkan pada hasil analisa ilmu astronomi. Ijtima akhir Ramadan tahun ini akan dilakukan pada hari Senin (29/8) pukul 10.04 WIB.

”Tinggi bulan saat matahari terbenam pada 29 Agustus di seluruh wilayah Indonesia kurang dari dua derajat. Dari data tersebut, hilal tidak mungkin dilihat di Indonesia. Dengan begitu, 1 Syawal 1432 Hijriah jatuh pada 30 Agustus setelah maghrib,” ujarnya.

Dengan demikian, menurutnya, puasa kali ini genap 30 hari.
”Makanya tidak salah kalau yang menggunakan metode hisab dan rukyatul hilal dalam penentuan awal Syawal akan berbeda. Sebab, 29 Agustus hilal belum terlihat oleh mata karena dekat dengan matahari,” tambahnya.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Abdul F Wibisono, mengatakan, Muhammadiyah sudah menentukan Idul Fitri 1432 Hijriah jatuh pada Selasa (30/8).
Keputusan itu merupakan hasil perhitungan hisab tim Muham-madiyah. Saat matahari terbenam pada hari ke-29 Ramadan, posisi hilal ada di atas ufuk dengan ketinggian satu derajat 55 menit.

Wakil Ketua Pimpinan Muhammadiyah Jawa Tengah, Drs H Rozihan SH MAg mengimbau, meski Muhammadiyah menetapkan 1 Syawal dan melaksanakan shalat Id pada Selasa (30/8) besok, mereka harus tetap menghormati umat Islam lain yang masih menjalankan ibadah puasa.

’’Meski berbeda dan organisasi massa Islam lain, kita harus tetap menjaga dan menerima pluralitas atau perbedaan ini dengan lapang dada,’’ ungkap Rozihan, kemarin.
Perbedaan itu, lanjut dia, memang didasari dari perbedaan cara melihat hilal yang dilakukan Muhammadiyah dengan ormas lain atau pemerintah. Muhammadiyah menentukan hilal dari bulan yang sudah wujud. Untuk tahun ini, ijtima menjelang Syawal 1423 Hijriah terjadi Senin (29/8) pukul 10.05:16. Sementara tinggi hilal pada saat matahari terbenam di Yogyakarta adalah +01 derajat 49’ 57’’, yang artinya umat muslim tidak lagi memiliki kewajiban untuk menjalankan ibadah puasa.

Warga Muhammadiyah yang selepas buka puasa nanti akan melaksanakan takbiran, harus melakukannya dengan sewajarnya atau jangan berlebihan.
’’Jangan sampai menganggu dan harus menghormati mereka yang masih menjalankan ibadah puasa dan melaksanakan shalat Id keesokan harinya,’’ katanya.
Warga Muhammadiyah mencapai sekitar 20 persen dari warga Jateng. Untuk Kota Semarang, pelaksanaan shalat Id akan dilaksanakan di 36 titik di seluruh kecamatan, di antaranya Lapangan Rumah Sakit Roemani, halaman Wonderia, dan halaman Lapangan Tenis Pamularsih.

35 Petugas

Pemerintah akan menerjunkan 35 orang untuk mengamati hilal di 16 titik di berbagai daerah. Jumlah sebanyak itu merupakan gabungan dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), Observatorium Bosscha, Rukyatul Hilal Indonesia, Lapan, serta sejumlah perguruan tinggi. Pengamatan hilal dilakukan pada 29-30 Agustus mulai pukul 16.00.
Jumlah pengamat dan titik pengamatan hilal untuk penentuan 1 Syawal 1432 Hijriah lebih banyak daripada pengamatan hilal untuk menentukan awal Ramadhan, yang hanya melibatkan 30 orang di 14 titik.

Terpisah, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Ma’ruf Amin mengatakan, Idul Fitri 1432 Hijriah kemungkinan jatuh pada 31 Agustus karena wujudul hilal kurang dari dua derajat.
”Ada dua cara untuk menentukan awal bulan dalam kalender Hijiriah, termasuk memastikan hari pertama berpuasa dan Idul Fitri,” kata Ma’ruf.
Cara pertama adalah melalui ijtima (konjungsi geosentris), yaitu peristiwa di mana bumi dan bulan berada dalam posisi bujur langit yang sama. Ijtima terjadi tiap 29,531 hari sekali atau disebut pula satu bulan sinodik.

Saat ijtima, bulan tidak terlihat karena permukaan yang tampak dari bumi tidak mendapatkan sinar matahari.
Maka, lanjut Ma’ruf, pada sore hari itu dinyatakan sebagai awal bulan Hijriah tanpa melihat seberapa sudut ketinggian bulan saat matahari terbenam.
Cara kedua, kata Ma’ruf, melihat bulan (rukyatul hilal) yaitu dengan mengamati secara langsung.

Sementara itu, Ketua Lajnah Falakiah PBNU Ghozali Masruri mengatakan, pihaknya masih menunggu rukyat yang akan dilaksanakan serentak pada Senin (29/8) ini di 90 titik di Indonesia dengan menurunkan 110 ahli.
”Kami belum bisa memastikan 1 Syawal jatuh pada 30 atau 31 Agustus. Hasilnya baru bisa didapatkan besok petang dan akan langsung kami umumkan,” ujarnya di Jakarta, Minggu (28/8). (D3,K3,ant-43)
Sumber Berita : http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2011/08/29/157590/

Sepeda Motor Kuasai Jalanan

BREBES- Puncak arus mudik di jalur pantura didominasi oleh sepeda motor. Pada H-3 Lebaran atau Sabtu (27/8), sebanyak 135.210 unit kendaraan bermotor pemudik masuk Jateng melalui jalur pantura.
Dari jumlah tersebut, sekitar 80 persennya atau 110.129 adalah pemudik bersepeda motor. Akibat lonjakan volume kendaraan ini, arus lalu lintas di pantura padat merayap hingga sepanjang belasan kilometer.
Data di pos polisi Cisanggarung Losari dan Exit Tol Pejagan menyebutkan, hingga H-2 Lebaran atau Minggu (28/8) siang, total kendaraan pemudik yang masuk Jateng mencapai 426.266 unit.
Sedangkan pada H-4, total kendaraan yang masuk hanya 103.527 unit, dan pada H-2 volume kendaraan mulai berangsur menurun.
Pantauan Suara Merdeka di lapangan, lonjakan volume kendaraan itu menyebabkan sejumlah titik jalur mudik di Brebes mengalami kepadatan luar biasa. Di jalur pantura, antrean kendaraan merayap saat memasuki Kota Brebes, terutama di pasar tumpah Bulakamba, simpang tiga Pejagan, dan Tanjung.
Di jalur tengah, antrean kendaraan terjadi di exit tol Pejagan dan simpang tiga Dermoleng, Kecamatan Ketanggungan. Bahkan di jalur alternatif Ketanggungan-Jatibarang-Slawi, arus juga merayap akibat pasar tumpah.
Pengurai
Kapolres Brebes AKBP Kif Aminanto mengatakan, guna mengurai kepadatan di jalur pantura, pihaknya menerapkan sistem buka tutup di exit tol Pejagan.
Kendaraan pemudik dari Jakarta tujuan Semarang diarahkan melalui jalur alternatif Ketanggungan-Jatibarang-Slawi. Hal ini dilakukan saat arus di pantura merayap. Selain itu, pihaknya juga menerjunkan tim pengurai kemacetan yang sudah dipersiapkan. Tim khusus tersebut berjumlah 52 personel dengan 35 unit sepeda motor.  Mereka merupakan bantuan dari Korlantas Mabes Polri dan Polda Metro Jaya.
“Ketersendatan arus lalu lintas ini terjadi karena volume kendaraan dari Jakarta meningkat tajam,” katanya di sela-sela mengatur lalu lintas di exit tol Pejagan.
Kasat Lantas Polres Brebes AKP Hary Ardianto menambahkan, pada H-3 volume kendaraan memang mengalami peningkatan luar biasa. Selain menerapkan pola buka tutup di exit tol Pejagan, pihaknya pun memberlakukan pola 3:1 di jalur pantura, yaitu tiga lajur ke arah Semarang dipakai untuk arus mudik, sementara satu lajur untuk arus ke arah Jakarta.
Rp 800 Miliar
Sementara itu, Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) Moh Jumhur Hidayat memastikan, pelayanan terhadap puluhan ribu TKI yang mudik Lebaran tahun ini berjalan lancar.   
“Pelayanan di semua terminal kedatangan TKI yang ada di Indonesia sepenuhnya aman dan lancar, baik yang menggunakan bandar udara maupun pelabuhan,” kata Jumhur di Jakarta.
Data BNP2TKI menyebutkan, TKI dari luar negeri yang mudik kali ini berkisar 80.000-100.000 orang dengan jumlah remitansi atau uang kiriman mencapai Rp 800 miliar lebih. Arus mudik TKI dihitung sejak sepuluh hari menjelang Lebaran hingga sepuluh hari sesudahnya.
BNP2TKI mencatat pula remitansi atau angka pengiriman uang para TKI dari luar negeri per semester I/2011 hingga Juni lalu yang tercatat di Bank Indonesia mencapai Rp 28,5 triliun.
Menurutnya, di luar musim Lebaran, jumlah TKI yang pulang dalam 20 hari seluruhnya 40.000 orang dan sebulan sekitar 60.000 orang, namun khusus selama momentum Lebaran terjadi peningkatan dua kali lipat.
“Rata-rata TKI pulang ke Tanah Air per hari sebanyak 2.000 orang dan saat Lebaran ini jumlahnya menjadi 4.000 orang per hari,” jelas Jumhur.  
Jumhur sebelumnya juga melakukan inspeksi ke terminal kedatangan TKI, seperti di Gedung Pendataan Kepulangan (GPK) TKI di Selapajang, Tangerang, Banten. Dia menginstruksikan semua petugas GPK Selapajang tidak cuti hingga 1 Syawal 1432 H untuk mewujudkan pelayanan terbaik bagi TKI.  
BNP2TKI memiliki sembilan kantor pelayanan pendataan kedatangan TKI di berbagai debarkasi, yakni di Nunukan (Kaltim), Tanjungpinang (Kepulauan Riau), Entikong (Kalimantan Barat), Gedung Pendataan Kepulangan (GPK) TKI Selapajang (Tangerang), Bandara Adi Soemarmo (Solo), Bandara Husein Sastranegara (Bandung), Bandara Adi Sutjipto (Yogyakarta), Bandara Juanda (Surabaya), dan Bandara Selaparang (Mataram). (H38,di-43)
Sumber Berita : http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2011/08/29/157591/

Minggu, 28 Agustus 2011

Mudik Manajemen Melawan Mati Rasa

Patutkah kita ”menyalahpahami” mudik Lebaran sebagai sebuah aktivitas romantik-spiritualistik yang tidak produktif? Tak sedikit pakar yang menganalisis, mudik -- dalam perkembangan dan tingkat keribetannya sekarang -- merupakan kegiatan yang kurang produktif, bahkan kurang rasional, apalagi jika dikaitkan dengan kalkulasi ekonomi: banyak di antara para pemudik yang selama setahun bekerja keras mengumpulkan uang di Ibu Kota, dan pada saatnya dicurahkan hanya untuk kembali, berlebaran di kampung halaman.

Kritik terhadap mobilitas sosial yang kolosal itu, sebenarnya lebih tepat diarahkan ke manajemennya, dalam hal ini mutu layanan pemerintah. Mudik ke daerah dan balik ke kota-kota tempat bekerja merupakan peristiwa rutin tahunan yang waktunya sudah pasti, rute dan moda transportasinya juga tetap. Yang pasti berubah tentu jumlahnya. Pemerintah Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta boleh saja mengumumkan kebijakan pembatasan bagi para pendatang yang baru, namun nyatanya setiap tahun jumlah pemudik cenderung terus bertambah.

Terdapat dua sisi penting setiap kali berbicara tentang mudik. Pertama, inilah aktivitas sosial istimewa, yang dari sisi jumlah sulit mencari padanannya di negara mana pun, khusus untuk menyongsong Idul Fitri. Terlepas dari apa pun, mudik adalah kreasi yang harus dimaknai secara terhormat, karena bangsa ini bisa menemukan jalan mengekspresikan naluri silaturahimnya. Setelah setahun tenggelam dalam kesibukan kerja yang rutin dan berkompetisi secara keras, mudik Lebaran merupakan oase untuk mencairkan semuanya.
Selama setahun, kita terikat dalam rutinitas yang mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan, seperti robot-robot hidup yang mati rasa. Maka, adanya ”ikatan”, ”kerinduan”, dan ”tanah kelahiran” atau ”kampung halaman” akan sejenak memalingkan kita untuk berjeda, tergerak mengungkap kembali nilai-nilai mengenai kehidupan, persaudaraan, dan tali yang mempertemukan semua. Momentum mudik memberi sentuhan agar kita tidak menjadi mati rasa, dan tidak terkunci oleh realitas persaingan hidup dalam meraih survivalitas.

Yang kedua, persoalan manajemen. Setiap tahun, realitasnya selalu muncul kesibukan luar biasa untuk melayani para pemudik, terkait dengan ketersediaan sarana transportasi, kualitas jalan, serta kenyamanan memeroleh akses menjelang dan selama dalam perjalanan. Produktif atau tidak produktif, bermartabat atau tidak bermartabat, perjalanan mudik dan balik akan ditentukan oleh kualitas unsur-unsur dalam pelayanan itu. Maka betapa menentukan peran pemerintah dalam penyelenggaraan mudik yang nyaman dan bermartabat.

Dua aspek besar itulah yang merupakan kunci untuk menyukseskannya, menjadi ”manajemen untuk melawan mati rasa”. Dengan mudik dan silaturahim, kita berusaha menemukan kembali hakikat kemanusiaan kita, sehingga tidak tenggelam dalam lilitan hidup yang serbamotorik dan serbamekanik. Pada sisi lain, pemerintah bertanggung jawab untuk menjamin kelancaran, keamanan, serta kenyamanan para pemudik sebagai bagian dari fungsi penyelenggaraan negara yang melayani dan menyejahterakan rakyatnya.
Sumber Berita : http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2011/08/27/157420/10/

Pertama Dalam Sejarah Iktikaf Di Al-Aqsha Tembus

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSSALEM – Pagar pembatas dan penjagaan ketat pasukan zionis Israel tak mengahalangi niat Muslim Palestina beri’tikaf di Masjid Al-Aqsha. Bahkan berdasarkan kalkulasi Yayasan Wakaf dan Turast Masjid Al-Aqsha, jumlah mu’takif atau orang yang beriktikaf  di Masjid Al-Aqsha pada malam 27 Ramadhan mencapai 350 ribu jamaah.
"Jumlah ini menorehkan sejarah. Tidak pernah terjadi fenomana i’tikaf dalam jumlah besar seperti itu," kata Direktur Wakaf Al-Quds, Azzam Al-Khatib, sebagaimana dikutip laman Al-Jazeera, Ahad (28/8).
Ditambahkan oleh lembaga tersebut, Masjid Al-Aqsha sudah dipenuhi oleh ribuan Jamaah sejak Jumat (26/8) dan Sabtu (27/). Total keseluruhan jamaah sejak hari Kamis (25/8) hingga pelaksanaan shalat Tarawih pada Jumat (26/8), menembus jutaan jamaah. Dan mayoritas mereka bertahan di dalam Masjid. Fenomena itu merupakan bentuk dukungan dan kecintaan mereka terhadap Masjid Al-Aqsha, kiblat pertama umat Islam. 
Secara terpisah, pemerintah Israel menurunkan ribuan personil tentara dan polisi di sekitar Al-Aqsha. Tidak hanya itu, mereka memberlakukan syarat ketat bagi Muslim yang hendak memasuki Al-Aqsha. Pembatasan umur diberlakukan. Mereka yang diperbolekan masuk ialah Muslim yang telah menikah dengan usia 45-50 bagi laki-laki dan 30-45 tahun untuk perempuan.
Selain kategori tersebut, tidak diperkenakan memasuki Al-Aqsha. Namun tindakan tentara zionis tak mampu menyurutkan semangat dan kecintaan rakyat Palestina kepada Al-Aqsha.
Sumber Berita : http://id.berita.yahoo.com/

Jawaban Hanung Atas Aksi FPI Tolak Pemutaran Filmnya

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Stasiun SCTV membatalkan tayangan film '?' (baca:tanda tanya) setelah digeruduk massa FPI pada Sabtu (28/8/2011) malam. Rencananya, film garapan sineas Hanung Bramantyo tersebut akan ditayangkan pada malam takbiran.
Bagaimana komentar Hanung atas pembatalan dan aksi FPI ini? Melalui situs mikro bloging atau twitter, Hanung yang menggunakan akun @hanungbramantyo menjawabnya.
"Terima kasih teman2 atas suport film '?'. Sy b'harap, kasus SCTV bukan hy Soal film. Tapi perjuangan melawan PREMANISME berkedok agama!" Tulis Hanung.
Saat mengerudukj SCTV, sekitar 100 massa yang dipimpin Ketua FPI DKI Jakarta, Habib Salim Alatas menyatakan bahwa Film '?' menggambarkan umat Islam itu bengis dan jahat. Ada adegan orang islam merusak restoran China, lalu pendeta ditusuk dan gereja dibom.
Film yang disutradarai  Hanung Bramantyo mulai dirilis di bioskop sejak 7 April 2011. Hanung mengangkat tema toleransi beragama yang digambarkan dari sudut lain.
"Saya ingin menunjukkan lewat film ini gambaran beberapa peristiwa yang terjadi. Pada adegan terakhir film ini nanti David Chalik mengungkap bahwa Islam adalah agama rahmatan lil alamin. Buat saya itulah Islam,” ujar Hanung saat melaunching filmnya.
Sumber Berita : http://id.berita.yahoo.com/jawaban-hanung-atas-aksi-fpi-tolak-penayangan-filmnya

Jus Sirsak Kelapa Muda

Setelah menikmati beragam hidangan penuh lemak, tinggi kalori, dan banyak mengandung gula dan garam. Kini saatnya pencernaan Anda dibersihkan dengan jus buah yang segar dan menyehatkan. Tingginya serat di dalam jus sirsak akan mengikat kelebihan lemak dan garam dari dalam saluran pencernaan. Jua buah juga kaya vitamin dan mineral yang akan menjaga kesehatan tubuh pasca lebaran.
Bahan:
300 gr daging buah sirsak
100 gr daging kelapa muda
60 gr manisan rumput laut
4 sdm susu kental manis
150 gr es batu
60 ml air es
3 sdm madu
Cara Membuat:
1. Masukkan daging buah sirsak, daging kelapa muda, madu, rumput laut, susu kental manis, air es dan es batu ke dalam tabung blender. Proses hingga lembut. Angkat.
2. Tuang jus ke dalam gelas saji. Hidangkan segera.
Untuk 3 Porsi
Tips: Sajikan segera jus sesaat setelah dibuat agar rasa dan nilai gizinya dalam kondisi baik.
Sumber Berita : http://id.custom.yahoo.com/ramadan/kuliner-article/

Jelang Lebaran 60 Ribu Kendaraan Lewati Suramadu

Surabaya, CyberNews. Arus mudik Idul Fitri 1432 H di Tol Suramadu, penghubung timur Pulau Jawa dengan Madura, diperkirakan mencapai puncaknya sore ini (28/8). Kepadatan kendaraan diprediksi akan terus bertambah hingga esok (29/8).
Jembatan tol sepanjang 5.438 meter ini telah dilalui sekitar 60 ribu kendaraan bermotor. Kepadatan arus kendaraan telah mulai terasa sejak pukul 15.00 WIB tadi.
Hingga menjelang waktu buka puasa, kendaraan yang terdiri dari 70 persen roda dua dan 30 persen roda empat ini memenuhi jalur Surabaya-Madura dan sebaliknya.
"Kepadatan sudah mulai terasa sejak sore tadi, dan akan bertambah sampai besok pagi," kata Kepala Gerbang Tol Suramadu, Suharyono  pada detik.com, Minggu (28/8).
Demi menjaga keamanan dan keselamatan pengendara di Jembatan Suramadu, ia menambahkan, pihaknya telah menambah pasukan untuk penjagaan. Pihaknya menyiagakan 10 personel dari Brimob dan beberapa petugas kepolisian PJR, serta tantrib.
"Penjagaan ini akan berlangsung selama lebaran, H-5 sampai H+4," kata Suharyono.
( dtc / CN33 )
Sumber Berita : http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2011/08/28/94915/

Buah Sayur dan Air Putih

SIAPA yang tak ingin menikmati hidangan serba-lezat pada saat lebaran? Mengingat ini adalah kesempatan yang hanya datang setahun sekali, semua yang tersedia di meja makan rasanya ingin dicicipi dan dimakan. Karena  sebagian orang berpikir, ’toh hanya pada saat lebaran saja, jadi tidak perlu kuatir’.
Kalau memang hanya pada saat lebaran, memang tak masalah. Yang menjadi masalah tentu jika pola makan seperti ini keterusan. Tk hanya penyakit seperti maag atau diare yang menghampiri Anda, tapi juga diabetes, hipertensi, asam urat serta kolesterol. Padahal, kunci untuk menjaga kesehatan adalah dengan menjaga pola makan, dan gaya hidup.
Seperti yang dilakukan beberapa selebriti kita. Tak hanya mereka yang sudah berumur saja yang punya kesadaran untuk menjaga pola makan atau menerapkan gaya hidup sehat. Para selebriti yang masih muda pun, sudah berlomba-lomba untuk menjalankan gaya hidup sehat. Seperti yang dilakukan Agni Pratisha. Puteri Indonesia 2006 ini gemar berolahraga untuk menjaga kesehatannya. Selain rutin pergi ke gym, ia rutin lari pagi, yang hampir dilakukannya setiap hari. Dan sebulan belakangan, ia juga menekuni pilates. “Kalau latihan pilates ini, untuk persiapan lomba maraton yang akan aku ikuti, biar otot perut dan pahaku kuat,” katanya.
Marsha Timothy, aktris yang membintangi film “Pintu Terlarang” ini rutin berolahraga sekaligus menjaga asupan makan, untuk menjaga kebugaran dan berat badan ideal. Ia rutin lari pagi dan melakukan treadmill di rumah, dengan alasan agar tak gampang sakit. Untuk asupan makan, ia tak pernah meninggalkan sayur dan buah.
“Sayuran dan buah tidak boleh absen dalam makanan saya, itu sudah wajib. Jadi, tubuh saya nggak gampang flu dan sakit. Segelas susu juga saya konsumsi setiap hari,” ungkapnya pada sebuah situs berita.
Setelah sempat terkena tifus karena diet sembarangan, membuat aktris Nia Ramadhani menjalani hidup sehat dengan banyak mengkonsumsi sayur dan buah, serta rutin berolahraga. Menurut Nia, diet itu yang penting adalah menjaga pola makan; porsi cukup, tidak berlebihan, dan tetapi bergizi.
Jika Nia Ramadhani dan Marsha Tomothy menjaga pola makan dengan banyak mengonsumsi sayur dan buah, lain lagi dengan Sherina Munaf. Ia tidak mengkonsumsi ayam atau daging, alias vegetarian. Penyanyi yang mengawali karirnya dengan film “Petualangan Sherina” ini, sudah tidak mengkonsumsi ayam atau daging sejak masih duduk di bangku SMA. Menurut dia, ayam ataupun daging tidak mengandung gizi, sehingga ia memilih untuk tak mengkonsumsinya.
Siapa yang tak kenal Bondan Winarno? Presenter acara kuliner yang terkenal dengan ucapan “maknyus” ini, harus benar-benar bisa menjaga keseimbangan makanan yang dia konsumsi, karena ia sering mencicipi makanan-makanan enak. Ia mengungkapkan, selain menjaga keseimbangan pola makan, ia banyak mengkonsumsi air putih.     
Ya, banyak mengkonsumsi air putih serta rutin berolahraga adalah salah satu cara yang bisa Anda lakukan untuk mengimbangi, jika tetap ingin mengonsumsi segala jenis makanan yang berlemak, mengandung gula murni atau karbohidrat tinggi. (Irma Mutiara Manggia- 11)
Sumber Berita : http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2011/08/28/157473/

Pilihan Lebaran Sarat dengan Serat

PUASA Ramadan akan segera berakhir. Lebaran sudah di depan mata. Bagi Sulam (17), merayakan Lebaran berarti balas dendam setelah selama sebulan terakhir ia berusaha menjaga pola makan dan minum. Dendamnya akan segera ia tuntaskan dengan ketupat dan opor ayam, sambal goreng hati, dan berbagai camilan manis yang biasanya akan banyak disajikan di Hari Idul Fitri.
Remaja asli Magelang tersebut tak terlalu ambil pusing, apakah ”balas dendam”-nya itu baik untuk kesehatan tubuh atau tidak. ”Makan nggak sehatnya kan cuma setahun sekali! Jadi, saya pikir, nggak kenapa-kenapa,” elaknya. ”Habis itu kan bisa diimbangi dengan olahraga,” lanjut mahasiswa Universitas Negeri Semarang (Unnes) tersebut, lalu terkekeh. Tak ada sedikit pun rasa khawatir di air mukanya.
Hal itu jelas berbeda dengan Hanik Pertiwi (34). Sejak tiga tahun belakangan, perempuan berdarah Sunda tersebut tak pernah lagi menghadirkan menu opor, sirup-sirupan, es krim, dan pelbagai camilan manis di rumahnya pas lebaran. Nah, sebagai suguhan keluarga dan tamu, ibu dari Nada Bening (6) dan Lantang Swara (10) itu menggantinya dengan makanan-makanan kaya serat, sari buah, puding dan agar-agar, serta buah-buahan.
”Awalnya keluarga saya protes. Para tamu juga sering bingung. Tapi, setelah dijelaskan, akhirnya mereka sepakat. Malahan, kini beberapa tetangga menerapkan hal yang sama dengan saya di rumah mereka masing-masing.”
Perubahan menu hidangan Hari Raya itu dipicu oleh kejadian kurang menyenangkan yang pernah dialami Hanik dan suaminya, Prabu (38), tiga tahun silam. Kala itu hari H Lebaran. Layaknya keluarga lain yang merayakan lebaran, keluarga Hanik pun menyajikan banyak makanan rendah serat, kaya lemak.
”Sore hari, Mas Prabu tiba-tiba pingsan setelah sempat mengeluh sakit kepala. Nah, pas diperiksa dokter, ternyata tekanan darahnya sangat tinggi. Padahal selama puasa, Mas Prabu ndak pernah mengeluh sakit kepala, apalagi sampai kambuh hipertensinya,” kenang Hanik. ”Acara mudik terpaksa gagal deh,” sesalnya.
Ternyata, penyebabnya adalah kebelumsiapan tubuh Prabu untuk menerima makanan yang sulit dicerna tubuh.
Maka, pascakejadian itu, menghadirkan asupan penuh gizi dan serat pas Lebaran di rumah adalah kewajiban bagi Hanik. Di samping mengimbangi suguhan dari luar yang biasanya ”kurang sehat”, makanan yang disajikan perempuan murah senyum itu juga berfungsi sebagai ”jembatan”, dari puasa ke tidak puasa.
”Berdasarkan pengalaman suami dan beberapa referensi, saya jadi tahu, saat puasa organ pencernaan kita ’libur’ lebih lama. Jadi, sewaktu diminta untuk kembali bekerja penuh, organ-organ tersebut pasti bakal ’kaget’. Nah, guna membiasakan, makanan yang mudah dicerna dan berserat tinggi bisa menjadi solusi,” papar Hanik.

*****
Pendapat Hanik mungkin benar. Pendapat Sulam juga sepertinya tidak salah. Olahraga dan menambahkan serat adalah bagian penting dalam menjaga kondisi badan agar tetap stabil selama masa peralihan setelah ”bulan wajib puasa” berakhir.
Seperti dikatakan Hanik, ketika seseorang berpuasa, saluran pencernaan beserta enzim-enzim dan hormon pencerna makanan diistarahatkan. Yang biasanya sistem pencerna makanan bekerja terus-menerus bekerja selama 18 jam, kini bisa berisitrahat selama kurang lebih 14 jam.
Nah, ternyata, saat seseorang berpuasa, berbagai macam penyakit kambuhan biasanya dapat lebih terkendali. Bagi Anda yang berpuasa Ramadan, fase awal puasa tentu menjadi fase terberat dalam puasa Anda selama sebulan. Lapisan lidah kita terasa lebih tebal dan napas berbau lebih menyengat. Pasalnya, pada saat itu tubuh tengah mengeluarkan sejumlah besar racun, melalui aliran darah, pori-pori tubuh, dan lewat organ pembuangan lain.
Setelah itu, proses pembersihan tubuh disempurnakan. Lemak tubuh tak bermanfaat dan racun-racun mulai dikeluarkan tubuh dalam bentuk sel-sel sakit, sel mati, lapisan lendir menebal di dinding usus, dan limbah aliran darah. Limpa, hati, dan ginjal adalah organ yang ”bergerak” membersihkannya. Kemudian, saat beban racun tubuh berkurang, kinerja tiap sel pun jadi lebih efisien.
Dokter spesialis gizi klinis, dr  Niken Puruhita MMedSc SpGK, mengungkapkan, saat seseorang berpuasa, ada tahap kala tubuh mulai menggunakan sumber energi dari dalam tubuh sendiri. ”Pada tahap awal, energi yang ’dipecah’ adalah cadangan glikogen, lalu diikuti sedikit cadangan protein, dan disusul jaringan lemak,” terang dokter mitra di RS Telogorejo Semarang tersebut.
Pemakaian cadangan lemak memungkinkan adanya proses detoksifikasi, karena beberapa toxin (racun) yang semula terikat dalam lemak ikut terbuang. Dari lemak yang terpakai tersebut, sebuah penelitian di Amerika menunjukkan, puasa membawa dampak positif mampu mengendalikan beberapa parameter sindrom metabolik seperti gula darah dan kolesterol.
Sayangnya, Ramadan hanya sebulan. Dan, ketika bulan puasa usai, ”masa cuti” organ-organ tubuh itu tentu saja harus rampung pula. Apa jadinya?
Yang pasti, sesuatu yang semula teratur tentu akan menjadi semrawut saat ”kekang” yang membuatnya teratur mengendur. Pun halnya dengan puasa. Ketika kekang yang mengendalikan tubuh kita kendur, kesehatan tubuh kita pun jadi ikut longgar. Apalagi jika diperparah oleh asupan yang terhitung sulit untuk ”diolah”.
Perubahan kesehatan yang signifikan terjadi biasanya lebih disebabkan karena asupan makanan yang cenderung berlebih. Acara makan dan ngobrol bersama pas Lebaran juga biasanya menjadi ”kejam”, karena apa yang kita makan, kebanyakan adalah ”racun” bagi tubuh.
Lihat saja, para penderita kencing manis tentu kadar gula darahnya akan menjadi tidak terkendali, atau seorang penderita maag menjadi lebih sering merasa nyeri dan panas di ulu hati. Semuanya karena ”racun” berwujud opor ayam, camilan manis, dan aneka minuman berkadar gula tinggi.
Solusinya? ”Tentu saja sajian sayur dan buah-buahan tetap menjadi cara jitu sebagai penyeimbang, karena mengandung banyak serat,” papar dokter Niken. Buah atau pun sayur bisa disajikan dalam bentuk buah potong atau diblender (bukan juicer), sehingga serat masih bagus. Makanan lain yang tinggi serat seperti agar-agar atau puding, dengan catatan tidak berkadar gula tinggi juga bisa ditambahkan.
”Serat yang terlarut dalam sayur, buah, atau agar-agar akan mengikat lemak dan gula dalam makanan sehingga tidak semua diserap di usus, tapi dibawa ke usus besar, kemudian dibuang,” tandas dia.
Begitulah cara sehat a la dr Niken. Tak terlalu memberatkan. Tetap sehat kapan pun di mana pun, apalagi di waktu kita tengah merayakan sebuah hari kemenangan, tentu menjadi dambaan tiap orang. Eat some green! Itu solusi. Selamat Hari Raya Idul Fitri! (Galih P Laksana-11)
Sumber Berita : http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2011/08/28/157474/

Mudik Bersepeda Motor Lebih Praktis Maut pun Tak-Digubris

MUDIK ke kampung halaman saat Lebaran bagi sebagian orang, menjadi keharusan. Dengan kondisi demikian, banyak orang  melakukannya dengan cara ngaya. Salah satunya, mudik dengan mengendarai sepeda motor.
Menjadi bagian dari arus mudik dengan bersepeda motor, semula tak pernah dibayangkan Sutikno (27). Kalau toh pada akhirnya pria asli Kalijambe, Sragen ini ”berlangganan” naik motor, lebih didasarkan atas pengalaman pahit saat mudik menggunakan bus.
”Pernah berangkat Senin petang dari Cakung, sampai di Sragen Rabu dinihari. Pokoknya kapok naik bus lagi,” ujarnya, saat beristirahat di warung pinggir jalan di kawasan Tirto, Kota Pekalongan.
Hal yang sama juga dirasakan Yanto (37), pengendara Yamaha Vixion B-6892-SQA warna merah tua. Insan bara (perantau, Red) asal Wonogiri ini, mengaku perjalanan sekitar 800 kilometer itu ditempuh dalam tempo 24 jam.
”Kalau dari Jakarta berangkat siang, sampai di sini sudah siang esok harinya,” ujar pria asal Desa Klampeyan, Kecamatan Paranggupito, Kabupaten Wonogiri, ini.
Sunarko (35), warga Pondok Kopi, Jakarta menjelaskan, selain waktu tempuh yang lebih cepat, mudik dengan sepeda motor praktis dan lebih murah. ”Istilahnya, tinggal werr saja dari rumah habis Subuh, sebelum Magrib sampai Purwokerto,” kata Sunarko (35), warga Pondok Kopi Jakarta Timur, pekan lalu.
Menurut pria yang bekerja sebagai tukang ojek di sekitar Pondok Kopi dan Klender tersebut, mudik Lebaran dengan bersepeda motor tahun ini, untuk kali kelimanya. Mudik yang kali pertama bagi bapak seorang puteri tersebut dilakukan tahun 2005. Saat itu bersamaan dengan kondisi keuangan keluarga yang pas-pasan.
Awalnya, menurut dia, karena ada unsur nekatnya. ”Wis kebelet mudik, tapi pas uang pas-pasan. Terus temen-temen di sini ngompori saya, ayo numpak motor. Ya saya harus coba Mas. Ternyata bisa juga sampai Purwokerto, dengan bensin 10 liter saja,” kata pria asal Purwokerto Wetan tersebut.
Hal senada dikatakan Ronsi (38) warga Lenteng Agung, Jakarta Selatan. Bapak dua anak asal Wonogiri tersebut mengaku pernah melakukan mudik dengan sepeda motor pada tahun 2008 juga karena ”dikompori” tetangganya. ”Tetangga saya pada bilang, kalau nggak nyobain nggak akan pernah tahu enaknya naik motor. Coba dong. Akhirnya saya coba. Ya sih masih ada senangnya, ongkos juga cuma Rp 90 ribu sampai Wonogiri. Tapi anak dan istri saya langsung kapok,” kata karyawan perusahaan swasta tersebut.  
Tidak hanya itu, sesampainya di kampung, Ronsi juga dimarahi ibu dan mertuanya. Mereka khawatir akan keselamatan anak dan cucunya. Menempuh perjalanan yang sangat jauh dengan satu sepeda motor untuk empat orang di tengah padatnya arus mudik, benar-benar tindakan yang sangat nekat di mata mereka.
Antimacet
Pertama kali Sunarko mudik bersama keponakannya. Saat itu dia menggeber motornya dengan kecepatan maximum 70 km/jam. Mudik kali berikutnya, dia sudah berani meningkatkan kecepatan. ”Tapi nggak pernah lebih dari 80 (km/jam, Red) Mas. Tahu sendiri motor kan gampang ngleyang kalau ngebut banget,” katanya.
Pertama kali mudik, dia juga tidak berani ngebut lantaran membawa keponakan. Pada saat pertama (2005) itulah, Sunarko melihat sendiri bahwa sepeda motor adalah kendaraan antimacet. Saat mobil terjebak macet, sepeda motor bisa dengan leluasa melaju melalui jalan-jalan tikus bahkan pematang sawah, sehingga akhirnya lebih cepat mencapai tujuan.
”Rata-rata Jakarta sampai Purwokerto waktunya antara 11 dan 12 jam saja. Itu pun, sudah pakai istirahat tiga kali,” tuturnya.
Menurut Ronsi, pemilihan waktu mudik juga memengaruhi macet tidaknya mudik bersepeda motor. Dia mengaku mendapatkan informasi dari mereka yang berpengalaman mudik bersepeda motor, bahwa mudik harus sebelum H-5.
”Makanya saya mudiknya H-6, jadi Jakarta -Wonogiri lancar. Ditambah empat kali istirahat, Jakarta-Wonogiri ditempuh selama 15 jam,” tuturnya.
Sutikno mengaku sudah mudik menggunakan sepeda motor lima tahun silam. Pria yang bekerja di perusahaan tekstil di bilangan Cakung ini mengaku, menikmati mudik tanpa berboncengan. ”Kalau berboncengan, motor jadi lebih berat. Apalagi kalau yang diboncengkan mengantuk, motor sering goyang,” ujarnya.
Selama mudik dengan motor, Sutikno menghindari berombongan. ”Susah kalau mudik ikut rombongan, berhenti di pom bensin setengah jam, belum lagi kalau ada rombongan tertinggal. Pokoknya lama,” ujarnya mengisahkan pengalaman di tahun 2008 saat mudik bersama salah satu merk sepeda motor.
Lain Sutikno, lain lagi dengan pengalaman empat pengendara motor dari Kejobong, Purbalingga. Taufik (20), Herman (24), Ranto (25) dan Lau (23) merupakan empat pemudik dengan tiga motor, justru lebih senang berombongan. Berangkat dari perasaan senasib satu kampung, mereka bersama rekan-rekannya menggunakan delapan unit motor. Agar lebih mudah dikenali, disiapkan tulisan ”Cah Purbalingga Back to Kejobong City” di belakang sepeda motor. Hanya saja, di tengah jalan rombongan terpisah.
Lakukan Imbauan
Ranto mengisahkan, dalam setiap kali mudik paling tidak tiga kali melihat kecelakaan di depannya. ”Pernah sekali perjalanan melihat lima kecelakaan,” ujarnya.
Kejadian paling parah dialami Ranto, rem belakang motornya rusak dari Cikampek, baru diketahui di Bumiayu. Herman, teman Ranto bahkan pernah mengalami kecelakaan saat mudik tahun 2006. ”Waktu itu saya menyalip di tikungan, namun tidak berhasil. Akhirnya,  menabrak Avanza. Namun justru pengemudi Avanzanya yang kabur, karena melihat saya terkapar,”  ujarnya sambil tertawa, mengenang kejadian tersebut.
Meski begitu, hal tersebut tak membuat Ranto kapok mudik menggunakan motor.
Menyusul terus meningkatnya angka kecelakaan yang melibatkan sepeda motor, Kementerian Perhubungan terus melakukan imbauan agar masyarakat tidak mudik dengan sepeda motor. Selain disebabkan oleh banyaknya kecelakaan yang merenggut korban jiwa, imbauan itu juga disebabkan oleh fakta bahwa sepeda motor bukan merupakan alat angkutan jarak jauh.  
Karena itu, masalah mudik dengan sepeda motor bagi pemerintah menjadi persoalan tersendiri. Selain kemacetan dan angka kecelakaan yang tinggi, semakin banyaknya pemudik bermotor juga membuat  pemerintah menyediakan berbagai fasilitas di jalur yang banyak dilewati pemudik. Misalnya, penyediaan tenda-tenda tempat istirahat  di sejumlah titik-titik khusus. Di tempat istirahat ini, fasilitas yang disediakan bukan hanya untuk sekadar makan minum, tapi sarana pendukung lain seperti untuk tidur, cek kesehatan, servis kendaraan, dan membeli oleh-oleh.
Selain itu, Kemhub bersama Direktorat Lalu Lintas Polri juga mengawal pemudik sepeda motor ini dan memberikan tips mudik aman. Walau demikian, Menurut Menhub Freddy Numberi, pemerintah tidak bisa mengeluarkan peraturan yang melarang pemudik menggunakan sepeda motor, karena tidak ada landasan hukumnya. Dengan demikian, yang dilakukan hanya sebatas imbauan saja.
Pada bagian lain, Freddy menjelaskan, transportasi angkutan umum yang disediakan pemerintah lebih dari cukup. Pemprov DKI misalnya, untuk Lebaran tahun ini menyediakan 7.292 bus cadangan, 244 rangkaian kereta berkapasitas 61.680 bangku, 24 kapal berkapasitas 28.531 bangku, dan 285 persawat berkapasitas 39.923 bangku.(09)
Sumber Berita : http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2011/08/28/157518/

Ketupat Khas Ngemplak Semarang

DI Kampung Ngemplak, Tandang, Semarang ada sebuah tradisi yang biasa dijalankan saat Lebaran. Sukarman (68), tokoh masyarakat setempat bercerita tentang kegiatan yang kerap disebut riyaya itu. “Usai Shalat Id, warga biasanya berkumpul. Setelah saling berjabat tangan untuk mengucap maaf, acara dilanjutkan dengan melahap makanan yang dibuat warga,“ ujar Sukarman saat ditemui di kediamannya kemarin.
Hidangan Lebaran yang dibawa dari rumah oleh masing-masing keluarga itu terdiri dari berbagai macam. Ada lontong opor, sambal goreng ati, ayam goreng, telur, kue-kue, dan lainnya. Tradisi itu sendiri menurutnya masih berjalan di Masjid Al Hidayah, meski tak meriah dulu. Dari tiga masjid yang ada di kampung tersebut, hanya masjid itu yang masih mempertahankannya.
Sukarman menjelaskan, acara makan bersama yang dilakukan seluruh warga tersebut dimaksudkan untuk membangun kerukunan.
Selain riyaya yang berdimensi sosial kemasyarakatan, warga kampung tersebut juga punya tradisi lain yakni pembuatan sajen (sesaji) dan pemasangan kupat lepet di depan pintu rumah.
Untuk sajen, ada dua macam yang biasa dibuat, yakni sajen bada dan sajen syawalan. Sementara kupat lepet dipasang saat Syawal hingga tahun depan, meski biasanya sebelum sampai saat yang dimaksud sudah hilang, karena diambil orang atau hancur sendiri.
Satu lagi tradisi syawalan di sana adalah pembagian kupat jembut, ketupat yang dibelah diagonal dan diisi dengan tauge lengkap dengan sambal kelapa. Ketupat tersebut biasanya dibagikan kepada anak-anak. (Adhitia A-79)
Sumber Berita : http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2011/08/28/157505/

Lampion Kontemporer Sambut Idul Fitri

“MAU yang Naruto, Sponges Bob, apa masjid?” tanya Slamet (28) pada seorang anak kecil yang tampak kebingungan memilih. Si anak tampaknya pasrah saja ketika ibunya menanyakan pilihannya. “Masjid saja,” ujarnya. “Sama Sponges Bob ya,” ibunya menawari, dan si anak hanya mengangguk.
“Telu ya mas, patang puluh lima oleh ya. (Tiga ya mas, empat puluh lima ribu boleh ya),” rayu si ibu pada Slamet.
Dengan senyuman, Slamet menampik harga yang dianggapnya belum cocok itu. Pasalnya menurut pengakuan Slamet, dia menjual satu unit lampion seharga Rp 20 ribu. “Seket lima telu bu (Lima puluh lima ribu, tiga bu),” Slamet mengambil keputusan. Si ibu pun setuju, dan akhirnya membawa pulang tiga lampion berbentuk masjid, Sponges Bob, dan Naruto.
Si bocah pun dengan girang mengikuti langkah ibunya menuju ayahnya yang menunggu di sepeda motor tak jauh dari tempat berdagang Slamet. Dalam hati si anak, tentu perayaan malam takbiran nanti akan semakin meriah karena orang tuanya telah berbaik hati.
Ya, ini adalah cerita ringan transaksi lampion di kawasan Alun-alun Utara Yogyakarta pada Rabu (24/8) lalu. Sejak pertengahan Ramadan lalu, di kawasan itu mulai bermunculan penjual lampion. Tidak lagi hanya mengandalkan bentuk bunga, bintang, atau tiruan-tiruan alam lainnya, kini gaya lampion pun mulai beragam mengikuti tren. Maka bentuk tokoh kartun semacam Sponges Bob, Naruto, Avatar, Doraemon, Hello Kity dan semacamnya pun dijadikan inspirasi pembuatan lampion. Begesernya tren lampion pada tokoh-tokoh film ini terjadi sekitar 4 tahun belakangan.
Tentu, berbagai bentuk baru itu pun menuntut pembaharuan-pembaharuan. Bisa dibayangkan jika kreasi tokoh-tokoh animasi itu hanya dibentuk dengan masih mengandalkan struktur bambu dan membran dari kertas minyak saja. Maka bahan-bahan yang sebenarnya juga merupakan perkembangan dari obor sebagai “lampion” paling tradisional itu pun harus mengalah.
Lebih Ringan
Para perajin kini lebih menyukai styro foam untuk mencari bentuk lampion. Bahan ini dianggap lebih ringan, dan mudah dibentuk. Kertas minyak pun tidak lagi menjadi andalan pewarnaan, meski masih dominan. Saat ini kreasi cat berwarna-warni pada styro foam juga penting, untuk membuat detail karakter tokoh.
Perubahan pun terjadi pada sumber cahaya lampion. Dulu, di masa baheula kita mengenal obor yang mengandalkan sumber cahaya dari api. Kemudian mulai lebih modern dengan bohlam yang disokong baterai. Saat ini pedagang sudah tidak terlalu kesulitan menyambung dan membuat saklar untuk peranti tersebut. Pasalnya, lampu mainan, demikian mereka menyebutnya, sudah sangat praktis. Mereka tinggal membeli lampu pabrikan yang sudah jadi itu per dos dan memasang pada lampion. Hasilnya, dengan peranti yang dibeli dengan Rp 35 ribu itu, cahaya berwarna-warni pun sudah menyebar. Praktis, dan ekonomis.
Menurut Slamet, saat ini pembuatan lampion memang jauh lebih mudah. Meski begitu ia tetap membuat lampion-lampion yang masih memakai rangka bambu. “Di sini saya juga masih jualan yang rangka bambu. Tapi terus terang bikinnya lebih sulit. Kayak yang bunga mekar, itu pakai rangka bambu,” terang pria yang tinggal di kawasan Surokarsan, Kelurahan Wirogunan, Mergangsan, Kota Yogyakarta.
Ia yang mengaku mengerjakan lampion sendiri, dalam sehari bisa menghasilkan sekitar 20 unit. Selain menjual lampion secara lengkap, ia juga menjual lampion kosongan. “Kalau mau lampionnya saja tanpa pakai lampu mainan, yang rangka bambu cuma Rp 15 ribu. Memang terpaut sedikit. Soalnya kalau yang rangka bambu, misalkan mau diisi pakai lilin masih aman. Kalau yang styro foam tidak berani, berbahaya bisa terbakar,” terang pria asli Purworejo itu.(47)
Sumber Berita : http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2011/08/28/157501

Tenongan Lambang Keguyuban

Tenong merupakan wadah makanan yang terbuat dari anyaman bambu berbentuk bundar, di dasar dan sampingnya berupa bilah bambu tipis yang dilingkarkan. Biasanya dilengkapi tutup yang terbuat dari anyaman bambu pula. Tradisi ini digelar pada hari pertama Idul Fitri. Usai Shalat Id dan bersalaman saling memaafkan, warga pulang mengambil tenong yang berisi makanan istimewa di rumah dan kembali ke masjid.
Dalam tenong itu berisi nasi dari beras terbaik, yakni rajalele dan dibentuk menjadi penggel (gunungan kecil). Ada pula gulai ayam dengan santan yang kental dan ayam goreng, sambal goreng tempe dan tahu, telur rebus, petai rebus mlenthis, rempeyek yang renyah, lalapan bunga kecombrang (burus) sebagai hiasan, serta tidak ketinggalan sambal terasi yang sangat pedas. “Bagi masyarakat desa, dulu makanan itu sudah sangat istimewa,“ kata budayawan Banyumas asal desa tersebut, Ahmad Tohari.
Duduk Bersama
Makanan itu ditata para ibu sebelum Shalat Id. Malam sebelumnya, mereka lek-lekan masak hingga subuh.
Di serambi masjid, ratusan warga duduk bersila membuat lingkaran besar. Setelah berdoa, tenong yang berada di hadapan warga digeser ke kanan dua atau tiga kali, sehingga si pembawa tenong akan mendapatkan tenong milik tetangga yang duduk di sebelah kiri, dan tenong yang dibawa akan berada di hadapan orang yang duduk di sebelah kanan. “Setelah itu, barulah mereka makan bersama. Karena itulah warga berlomba-lomba membuat sajian terbaik,“ lanjutnya.
Dengan diputarnya tenong itu melambangkan sebuah kebersamaan, guyub, keakraban, dan kedekatan warga masyarakat. Semua mendapatkan jamuan istimewa dari tetangga. Biasanya isi tenong itu tidak habis, dan di sinilah saatnya anak-anak tampil. (Ryan Rachman-79)
Sumbe Berita : http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2011/08/28/157503/

Riyaya dan Tradisi yang Memikat

LEBARAN bagi masyarakat Jepara tidak hanya sebagai momentum saling bermaaf-maafan antarkeluarga dan tetangga. Dalam Riyaya itu, lahir tradisi yang memiliki daya tarik kuat bagi masyarakat Bumi Kartini dan masyarakat kabupaten sekitar, untuk ikut memeriahkannya. 
Memanfaatkan lokasi wisata pantai, muncul tradisi lomban yang merupakan bentuk rasa syukur masyarakat pesisir atau nelayan, dengan melarungkan kepala kerbau ke lautan. Acara larung kepala kerbau itu dilangsungkan pada H+7 Idul Fitri. Tradisi itu dimulai pagi hari untuk mengawali kegiatan masyarakat menikmati pemandangan pantai.
Menikmati pemandangan pantai merupakan bentuk perenungan atas ciptaan Allah yang Maha Besar. Dengan melihat pantai serta menaiki kapal-kapal nelayan yang sudah disiapkan, diharapkan bisa mempertebal rasa iman terhadap agungnya Sang Pencipta. “Intinya makna kegiatan larung kepala kerbau atau juga bisa disebut sedekah laut, adalah ungkapan rasa syukur setelah mencari nafkah setahun penuh,“ kata Sholikul Huda, pembina Sanggar Kreatif Kalinyamat.
Meski tradisi lomban bermula dari masyarakat nelayan, Huda melihat kondisi sekarang sudah tidak seperti itu. Lomban di Jepara sudah menjadi milik seluruh masyarakat Jepara, termasuk beberapa daerah sekitarnya. Itu ditunjukkannya dengan pelaksanaan festival kupat lepet, dalam acara ritual lomban sejak lima tahun lalu. 
Sholikul yang juga penggagas festival kupat lepet mengungkapkan, perpaduan festival kupat lepet dan lomban yang menjadi gawe Jepara, diharapkan mewakili masyarakat Jepara yang berada lereng Gunung Muria. “Dalam waktu yang sama kalau masyarakat pesisir itu menyebut lomban, sedangkan masyarakat Jepara yang di pegunungan menyebutnya bodo kupat,“ jelasnya.
Dengan kondisi itu, adanya festival kupat lepet menunjukkan kegaiatan lomban bukan hanya milik masyarakat pesisir. Huda lantas menjelaskan festival kupat lepet yang dalam kegiatannya terjadi rebutan masyarakat untuk mendapatkannya juga memiliki makna penting. “Kupat itu bermakna mengaku lepat atau mengaku salah, sedangkan lepet itu dipepet atau diikat sehingga kembali ke nol. Jadi ada makna yang bisa diambil dari simbol kupat dan lepet,“ tutur Huda. 
Kemudian untuk seluruh kegiatan lomban tersebut mengandung doa untuk meminta keselamatan kepada Allah SWT. Untuk yang dilarung kepala kerbau itu merupakan bentuk tradisi. Kemudian untuk kupat lepet hingga sekarang juga muncul kepercayaan soal kesakralannya.
Kabid Kebudayaan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Jepara, Eko Kasiono menjelaskan kegiatan lomban akan dilangsungkan pada 6 September dengan rangkaian kegiatan, ziarah ke makam Cik Lanang di Pemandian Pantai Kartini pukul 16.00.
Dilanjutkan ziarah ke makam Ronggomulyo Ujungbatu Kecamatan Kota Jepara. Pada Senin (5/9) malam dilangsungkan pagelaran wayang kulit di TPI Ujungbatu. Kemudian pada Selasa (6/9) dilakukan ritual larung kepala kerbau di TPI Ujungbatu sekitar pukul 07.00. Setelah itu kegiatan di Pantai Kartini untuk festival kupat lepet.
Dukung Visit Jateng
Namun, Eko Kasiono memiliki harapan ke depan ada kegiatan perang bantal dan juga kegiatan lepas bebek untuk diperebutkan masyarakat. Karena beberapa pertimbangan tidak dilangsungkan pada tahun ini. “Yang jelas kami mempersiapkan kegiatan sebaik mungkin untuk menunjang Visit Jateng 2013. Kami juga berharap seluruh prosesi kegiatan bisa berjalan lancar,“ ucapnya. 
Seniman Senior Jepara, Ari Jatmiko mengungkapkan, ke depan perlu terus ada inovasi sehingga lomban Jepara semakin menarik. Dia lantas menunjuk kegiatan festival kupat lepet merupakan tambahan. Pada tahun 1970-an, seniman-seniman senior pernah mengadakan kegiatan tambahan kemudian vakum dan kini telah dilanjutkan lagi.
Zamroni Lestiaza, Kabid Pengembangan dan Pengelolaan Pariwisata Disparbud Jepara menjelaskan, pada tahun ini penyelenggaraan lomban dikonsentrasikan pada tiga tempat, yakni Pantai Kartini, Pantai Bandengan, dan Pantai Benteng Portugis. Pemkab Jepara mengalokasikan anggaran operasional untuk lebaran tahun ini sebesar Rp 290 juta.
Dengan alokasi itu, masyarakat yang berkunjung ke objek-objek wisata pantai, bisa menikmati hiburan tanpa ada penambahan biaya tiket masuk. Biaya masuk selama syawalan atau lomban dari 31 Agustus hingga 6 September sebesar Rp 8 ribu untuk dewasa dan Rp 7 ribu untuk anak-anak. Itu berdasar Perda sehingga tidak boleh melebihi itu. (79)
Sumber Berita : http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2011/08/28/157506/