Jumat, 24 Februari 2012

Ajarkan Anak anak Kata Bukan Huruf

Polemik boleh tidaknya mengharuskan siswa Taman Kanak-Kanak membaca, muncul hampir setiap tahun. Ada yang mendukung, ada pula yang menolak tes membaca, menulis, dan berhitung saat anak-anak mendaftar SD. Masing-masing punya argumen dan pendekatan berbeda. Namun mereka sepakat, usia 1-5 merupakan fase emas sebagai kunci pertumbuhan, perkembangan, dan kesuksesan anak di masa datang, sehingga masa-masa ini harus dimanfaatkan secara optimal.


Sesungguhnya pada masa emas itu apa saja boleh diajarkan. Anak ibarat kertas putih, bergantung kepada kita ingin menulis dan menggambar apa. Apakah akan mengutamakan aspek pengetahuan saja atau melibatkan aspek pengetahuan, perasaan, dan tindakan untuk membangun kecerdasan sosio-emosional. Ini penting untuk mempersiapkan masa depan anak agar lebih kuat menghadapi segala macam tantangan kehidupan, termasuk tantangan untuk berhasil secara akademis.


Ajarkan semua dengan pendekatan bermain yang menyenangkan anak, dan tidak memaksa mereka, termasuk untuk membaca. Aktivitas bermain merupakan kunci masa depan, jika berkurang atau terabaikan dikhawatirkan bakal menghambat perkembangan potensi-potensi kemampuan mereka secara optimal kelak. Yang patut diingat, jangan mengajarkan pada anak huruf abjad, tetapi ajarkan kata-kata yang mengandung nilai-nilai kebajikan yang bermakna bagi kehidupannya.


Gunakan pendekatan informal; membacakan buku cerita sambil memperlihatkan gambar dan tulisannya, menempelkan gambar-gambar yang berhubungan dengan huruf atau tulisan pada ruang bermain atau kamar tidur anak. Latih anak meniru bentuk lingkaran, garis, atau huruf tertentu, menelusuri bentuk huruf dengan jari, bermain tebak-tebakan huruf dan angka, atau mengajak mereka menonton film yang bersifat mendidik sekaligus menghibur yang terkait dengan pelajaran baca-tulis.


Jika kita meyakini variabel kecerdasan 50 persen ditentukan saat usia 1-5 tahun, 30 persen hingga usia 8 tahun, dan hanya 20 persen ketika dewasa, jangan sia-siakan masa emas pertumbuhan ini. Menurut Daniel Goleman, keberhasilan seseorang 80 persen dipengaruhi oleh kecerdasan sosio-emosional, dan hanya 20 persen kecerdasan otak (IQ). Maka janganlah kita terjebak pada polemik calistung. Utamakan membangun fondasi kecerdasan sosio-emosional anak-anak kita.


Stimulasi kecerdasan intelektual anak melalui kegiatan baca tulis memang penting, namun lebih bijaksana membentuk kecerdasan sosial-emosional melalui penanaman disiplin, kemandirian, tanggung jawab, dan nilai-nilai budi pekerti untuk membentuk pribadi berkarakter. Pribadi itu teguh memegang prinsip, mampu mengambil keputusan tanpa intervensi pihak lain, kuat meyakini pandangan nilai kebaikan dan berkomitmen atas keputusan yang telah dipilih.
Sumber Berita : http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2012/02/25/178366/Ajarkan-Anak-anak-Kata-Bukan-Huruf

0 komentar:

Posting Komentar