Selasa, 17 April 2012

Dinamika Pelaksanaan UN di SLB Manunggal Slawi

DITENGAH hiruk pikuk pelaksaan Ujian Nasional yang digelar serantak selama empat hari kedepan, ada yang terasa istimewa di ruang ujian SMALB yang ada di komplek SLB Manunggal Slawi. Seperti apa ?

LAPORAN : HERMAS PURWADI
LAYAKNYA sekolah reguler umum lainnya, SLB Manunggal Slawi juga memberlakukan tahapan persiapan untuk menghadapi UN bagi siswa didiknya.
Tak ada kegaduhan, teror bocoran soal, hingga teriakan-teriakan liar sebagai pelampiasan stres saat menjinakkan soal-soal UN. Maklum, di SMALB tahun ini hanya dihuni 5 siswa berkebutuhan khusus yang ikut mengadu nasib demi sebuah pengakuan dirinya yang telah mampu menamatkan pendidikan tingkat atas.
Hal ini seperti yang dilontarkan Kepala SLB Manunggal Slawi, Ardara Edy K SPd, dimana pola mengefektifkan kegiatan pembelajaran hingga menggelar try out frekuensinya cenderung ditingkatkan.
"Ini adalah tahun kedelapan kami bisa mengikutkan siswa didik kami pada ajang UN. Dan dari tahun pelaksanaan sebelumnya, kami berhasil meluluskan siswa seratus persen. Mudah-mudahan tahun ini juga demikian," terangnya.
Tak ditampiknya dari 5 siswa yang duduk di bangku SMALB, kesemuannya mengalami keterbatasan dan menyandang tuna runggu. Bagi mereka yang mengalami tuna grahita, pihak sekolah hanya mengikutkan mereka di ujian sekolah saja. Hal ini diakui Edy merujuk pada ketentuan pusat yang mengatur UN hanya boleh diberlakukan pada anak berkebutuhan khusus dengan kategori tuna runggu, tuna netra, tuna daksa, dan tuna laras.
"Pada dasarnya, logika mereka tetap sama dengan orang normal. Hanya kita perlu membantu dengan isyarat dengan banyak kosa kata untuk memasukkan pengetahuan. Pengidap tuna runggu tergolong miskin bahasa. Oleh sebab itu dari tahun ketahun soal dibuat sesederhana mungkin agar bisa dikerjakan siswa," ujarnya.
Dan bagiamana kelanjutan jalan hidup mereka setelah dinyatakan lulus dari jenjang SMALB? Jalan rupanya tidak tertutup rapat bagi mereka. Kegigihan para alumni membuat mereka masih punya tempat untuk dipekerjakan di workshop yayasan, pembuatan kue, makanan, hingga otomotif sepeda motor.
"Kita berbeda dengan sekolah reguler pada umumnya. Jenjang SMA disini tidak ada penjurusan. Dan orientasi kita memang kedepan memberi pembelajaran dengan komposisi 60 persen ketrampilan dan 40 persen akademik," cetusnya.
Tak heran beragam jenis ketrampilan ada di sana mulai dari tata boga, tenun, tata busana, otomotif, sablon, salon, hingga teknologi informatika atau komputer.
Bagi Ogi Jajan Kowadi, salah seorang siswa SMALB yang sempat meraih juara I tenis meja tingkat provinsi, bersama keempat rekan lainnya seperi Arief Faisal, Indah Apriyanti, Hazim, dan Krena Priaprianto, Ujian Nasional kali ini memang harus dilewati. Demi sebuah status bahwa yang bersangkutan telah mampu menamatkan pendidikan dijenjang atas. Mereka dengan seksama dan penuh ketelitian menggores jawaban di lembar yang tersedia tanpa ada upaya untuk melakukan kecurangan.
Kini jumlah total siswa yang duduk di bangku SMALB tercatat ada 28 siswa. Mereka tersebar dari jenjang kelas X, XI, dan XII. Selain mengidap keterbatasan tuna runggu, para guru disana juga selalu setia melakukan pembelajaran bagi penderita tuna grahita ringan dengan IQ antara 50 hingga 70, dan tuna grahita sedang dengan IQ antara 25 hingga 50. (*
Sumber Berita : http://www.radartegal.com/index.php/Dinamika-Pelaksanaan-UN-di-SLB-Manunggal-Slawi.html

0 komentar:

Posting Komentar