Minggu, 15 April 2012

Permainan Tradisional Terancam Punah

SEJUMLAH permainan tradisional yang menjadi permainan anak-anak seperti gobak sodor, egrang, patil lele, kelereng, cublek-cublek suweng, bekel, dan lain sebagainya, kini terancam punah. Pasalnya, permaian tersebut kini kian sulit ditemui, baik di wilayah kota maupun kabupaten.
Koordinator LSM Gerbang Mataram, Bambang Purnama menyampaikan keprihatinannya soal permainan tradisional yang tidak lagi menjadi salah satu permainan anak-anak sekarang. Bahkan, keberadaannya pun terancam punah, tergerus oleh permainan yang serba modern.  “Permainan tradisonal di kota ini tak lagi bisa ditemukan di desa atau perkampungan terpencil sekalipun. Padahal Kabupaten Tegal sebagian besar wilayahnya adalah wilayah pedesaan," kata Bambang Purnama selaku salah satu pemerhati dan penggiat budaya lokal.
Menurut Bambang, anak-anak dahulu merupakan kalangan yang selalu melestarikan melalui praktik permainan, seperti di halaman rumah, lapangan atau lingkungan sekolah. Sekarang mereka lebih banyak duduk di depan alat permainan modern. Dari permainan yang disewakan seperti playstation (PS), permainan di komputer yang mudah ditemui atau diunduh, bermain komputer seharian, serta melakukan permainan yang tersedia di telepon seluler (ponsel). Ini berimbas, lanjut Bambang, mereka asyik sendiri tanpa mempedulikan lingkungan sosial. Padahal nilai kepedulian yang bisa didapat dari permainan tradisional sangatlah banyak.  “Jangan salahkan anak-anak yang jauh atau tidak kenal permainan tradisional," ujarnya.
Salah satu yang menjadi penyebabnya, lanjutnya, yakni karena orang tua mereka yang tidak mengenalkan adanya permainan tradisional yang dulu pernah mereka mainkan sejak kecil. Biasanya, para orang tua hanya menceritakan satu-dua permainan tradisional tanpa memberikan contoh. Hasilnya, anak-anak menjadi asing dan dampaknya seperti yang sekarang terjadi.  “Permainan tradisional itu sebenarnya mengasyikan, kalau orang tua mengenalkan secara tuntas, lengkap dengan cara mainnya. Anak-anak tentu kenal,” tandasnya.
Agar ancaman seperti ini tidak terjadi, Ia memandang, harus ada sebuah literatur atau buku yang memuat soal kearifan lokal permainan tradisional. Lantas, buku literatur itu dijadikan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah yang masuk dalam muatan lokalnya.  “Pemerintah melalui dinas pendidikan harus mulai merencanakan hal itu secepatnya, mengingat permainan tradisional sulit ditemui keberadaannya. Minimal, saat permainan tradisional sudah jarang dimainkan, buku yang memuatnya masih bisa ditemukan,” ungkapnya.
Sumber Berita : http://www.radartegal.com/index.php/Permainan-Tradisional-Terancam-Punah.html


0 komentar:

Posting Komentar