KESULITAN yang dialami keluarga Warseno (50) dan Darwati (46) warga RT 02 RW 04 Desa Mejasem Timur, Kecamatan Kramat, serasa tak pernah berhenti. Keluarga yang berasal dari warga tak mampu ini, harus rela menanggung beban pengobatan anak keduanya dari tiga bersaudara yang bernama Ramadi (20). Penyakit yang diderita Ramadi ini, berangsur sejak 3 bulan silam. Ramadi divonis dokter mengidap penyakit komplikasi. Diantaranya, pembengkakan hati terdapat cairan di dalam paru-parunya, fungsi ginjal tidak normal, dan kekurangan albumen di dalam darahnya.
Beberapa hari yang lalu, Ramadi pernah berobat dan menjalani opname di rumah sakit (RS) terdekat di wilayahnya dengan menggunakan layanan jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas). Namun setelah mendapat pengobatan gratis selama 4 hari di RS tersebut, orang tua Ramadi diminta untuk membayar salah satu obat yang tidak ter-cover dalam jamkesmas. Harga satu botol obat tersebut, Rp 1.080.000. Sementara kebutuhan setiap hari yang diperlukan Ramadi, harus ada 4 botol. Terpaksa, kedua orang tua Ramadi, Warseno yang berprofesi sebagai kuli bangunan dan Darwati yang berprofesi sebagai buruh cuci, menyerah dan tidak bisa berbuat banyak. Mereka hanya menyerahkan semuanya kepada Allah SWT. Mereka tak sanggup melunasi atau membayar obat yang dibutuhkan anaknya itu.
Namun demikian, untungnya kedua orang tua yang malang ini mendapat bantuan berupa uang dari sejumlah tetangganya sebesar Rp 5 juta. Uang tersebut langsung digunakan untuk menebus obat yang diperlukan Ramadi sebelum terlambat. "Saya tidak tahu kenapa harus membeli obat lagi. Padahal saya sudah menggunakan Jamkesmas. Kalau seperti ini, berarti Jamkesmas tak selamanya bisa menjamin warga tidak mampu," kata Darwati, saat ditemui tengah menangis disebelah pembaringan anaknya, Sabtu (13/8) siang.
Kondisi tubuh Ramadi, kian membengkak dan menguning. Ramadi tak sanggup bernafas maksimal, karena paru-parunya sudah tidak normal. Sejauh ini, Ramadi tak pernah minum obat yang bisa menyembuhkan penyakitnya karena kedua orang tuanya tak ada biaya. Tak heran, jika Ramadi hanya mampu berbaring di kamarnya yang pengap, dan hanya memandangi langit-langit rumahnya yang tak ada eternitnya. Sesekali, jika Ramadi ingin melihat situasi luar rumahnya, ia hanya membuka dinding rumahnya yang terbuat dari anyaman bambu. Kondisi Ramadi saat ini tak beda jauh dengan kondisi rumah orang tuanya. Rumah yang berlantaikan tanah liat ini, kondisinya sangat memprihatinkan layaknya tubuh Ramadi.
Tokoh masyarakat Desa Mejasem Timur, Agung Mulyanto, yang pada saat itu berada di rumah Ramadi mengatakan, persoalan seperti ini, wajib ditangani secepatnya sebelum terlambat. Khususnya dari dinas terkait, harus meninjau ke lokasi untuk melihat kondisi pasien tersebut. "Jamkesmas yang digunakan pasien, tidak ada gunanya. Karena itu, dinas terkait harus tanggap dengan persolaan ini," tegasnya.
Agung berharap, agar pasien secepatnya ditangani oleh dinas dan lekas dibawa ke RS daerah. Menurut dia, tanpa bantuan dari dinas, keluarga pasien tidak bisa berbuat banyak. Mereka akan menyerah begitu saja. Karenanya, sebelum terlambat, dinas harus bekerja cepat. "Satu-satunya jalan, hanya pemkab yang mampu membantunya," cetusnya. (yeri novel)
Sumber Berita : http://www.radartegal.com/index.php/
0 komentar:
Posting Komentar