BERBAGAI upaya demi mengejar target pencapaian penghargaan Adipura, ditempuh Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Tegal. Salah satu yang dilakukan yakni dengan mengkampanyekan budaya 3R, yakni Reduce (mengurangi), Reuse (memakai kembali), Recycle (daur ulang).
Menurut Kepala BLH Kabupaten Tegal, Ir Khofifah MM, budaya 3R tersebut wajib diterapkan di sejumlah titik pantau penilaian Adipura. Dimana rencananya pada minggu-minggu awal April 2012 ini akan dilaksanakan penilaian tahap II.
"3R ini wajib hukumnya diterapkan di titik pantau penilaian. Seperti di perkantoran, perumahan, sekolah, Puskesmas, rumah sakit, pasar, dan Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Di sejumlah tempat itu harus dilaksanakan tidak hanya sebatas pengomposan, tetapi juga pemanfaatan limbah," urai Khofifah.
Dijelaskan Khofifah, penerapan budaya 3R tersebut terbukti ampuh dalam mendongkrak poin penilaian Adipura. Hal ini telah dibuktikan dengan adanya peningkatan rangking Adipura yang diraih Kabupaten Tegal.
"Secara bertahap, rangking Kabupaten Tegal memang terus naik. Jika ditahun 2009-2010 lalu kita masih duduk di nomor 32, tahun 2010-2011 naik menjadi 24. Kini pada penilaian tahap I periode tahun 2011-2012, kita sudah menduduki peringkat 11 di Jawa Tengah dengan skor 73,05," ujarnya bangga.
Lonjakan pencapaian peringkat itu pula, lanjutnya, yang kemudian memicu Kementrian Lingkungan Hidup untuk memberikan piagam penghargaan atas upaya yang telah diraih Kabupaten Tegal. "Di Jawa Tengah ini hanya Kabupaten Tegal yang menerima penghargaan atas upaya pencapaian kenaikan peringkat ini".
Berdasarkan data hasil penilaian tahap I, Kabupaten Tegal berhasil mengungguli sejumlah kota-kota besar seperti Kota Semarang yang duduk di peringkat 12 dengan skor 72,85. Termasuk pula meninggalkan jauh daerah tetangga. Dimana Pemalang hanya menduduki peringkat 27 dengan skor 67,70, Kota Tegal di peringkat 29 dengan skor 66,96, dan Brebes di peringkat 32 dengan skor 65,19.
Kampanye budaya 3R tersebut, ternyata mendapat sambutan dari sejumlah sekolah. Khofifah sendiri tidak menampik jika sejumlah sekolah yang termasuk dalam titik pantau penilaian tahap I, telah memberikan sumbangsih skor yang cukup signifikan. Salah satu yang mendapatkan apresiasi tinggi, seperti yang diterapkan di SMAN 2 Slawi. Dimana di sekolah tersebut telah berhasil mengembangkan teknologi pengolahan limbah plastik menjadi sumber energi terbarukan.
Hal ini diamini oleh salah satu guru SMAN 2 Slawi, Mujiyanto SPd M Ing. Dia bersama para muridnya telah berhasil mengembangkan prototype mesin pengolah limbah plastik yang menghasilkan bahan bakar minyak (BBM) dengan tingkat oktan yang berada diantara minyak tanah dan bensin.
"Ajakan BLH untuk membudayakan 3R mendapat sambutan dari seluruh jajaran SMAN 2 Slawi. Sehingga kami pun berupaya mengembangkan mesin sederhana pengolah limbah plastik yang menhasilkan BBM. Biaya produksinya pun terbilang cukup murah, hanya menghabiskan Rp 1,2 juta. Kedepan jika ada dukungan dana yang cukup, tentunya dapat dimodifikasi untuk menghasilkan bensin," urai Mujiyanto.
Sementara, Khofifah menambahkan, BLH memberikan apresiasi positif terhadap upaya yang telah dilakukan jajaran SMAN 2 Slawi tersebut. Pihaknya pun telah menempuh upaya koordinasi lintas sektoral dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Tegal agar dapat memfasilitasi pengembangan mesin tersebut serta mengupayakan hak paten.
"Kami menaruh harapan besar agar mesin pengolahan limbah semacam ini dapat terus dikembangkan. Sehingga kedepannya dapat memberikan andil dalam mengurangi dampak perubahan iklim dengan meminimalisir limbah plastik di alam. Seperti diketahui, limbah plastik baru dapat terurai setelah 400 tahun," ujarnya menutup pembicaraan. (aan)
Sumber Berita : http://www.radartegal.com/index.php/BLH-Kampanyekan-Budaya-3R.html
0 komentar:
Posting Komentar