Rabu, 02 November 2011

Ratusan Buku Bacaan Hancur

SLAWI - Ironis! Ditengah meningkatnya budaya membaca di Kabupaten Tegal, tak didukung upaya penyelamatan buku bacaan yang tersedia di kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah. Kebocoran dibagian lantai II yang juga dijadikan ruang baca dewasa tersebut, hingga kini belum tertangani lantaran ajuan dana perbaikan yang sempat diajukan pihak kantor tidak masuk dalam perubahan anggaran. Sebelumnya pihak kantor mengajukan dana rehab untuk mengantisipasi melubernya air dilantai atas itu dengan patokan nominal sebesar Rp 50 juta.
Kepala Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah, Dra Nuzmatun Malinah mengakui disaat musim hujan seperti sekarang banjir kerap kali terjadi dilantai atas. "Bila hujan terjadi saat jam kerja, kami bisa mengerahkan karyawan untuk mengemasi buku bacaan yang ada dirak bagian bawah. Namun kalau hujan turun disaat malam hari tentunya ini ancaman tersendiri bagi kami lantaran genangan air acapkali menembus deretan buku yang tertata dirak bagian bawah," terangnya, Rabu ( 2/11).
Dia juga mengaku telah berkonsultasi dengan DPU terkait upaya merubah kontruksi atap gedung untuk meminimalisir merembesnya air disela-sela kaca lantai atas yang kerap menjadi pemicu terjadinya banjir. Diakuinya, kini kantor perpustakaan dilengkapi dengan 27.659 eksemplar bacaan dengan jumlah judul sebanyak 18.958.  "Antisipasi melubernya air dibagian lantai atas hanya bisa kami siasati dengan menyumpal bagian rembesan dengan kain bekas. Namun bila hujan besar, upaya penyelamatan buku memang mendesak dilakukan lantaran rembesan air tak bisa dibendung dan membanjiri ruang lantai atas," cetusnya.
Selain kendala belum tertanganinya kebocoran dilantai atas, masalah keterbatasan buku diruang baca anak-anak kini juga menghadang kantor perpustakaan. Diakuinya, minat baca anak-anak belakangan ini terbilang melonjak namun pihaknya terkendala dengan masih minimnya sarana pendukung. Diakuinya ruang baca anak yang ada sekarang terkesan apa adanya dimana anak-anak hanya disediakan meja memanjang tanpa adanya alas lantai dan sarana bermain.  "Meleber yang ada juga seadanya. Baik itu rak untuk penempatan buku maupun meja yang sebenarnya kurang layak untuk kenyamanan membaca anak-anak. Kami berupaya mengajukan anggaran untuk kelengkapan dan kenyamanan ruang baca anak. Mudah-mudahan tahun 2012 ada tanggapan serius dari pengambil kebijakan," terangnya.
Diakuinya ruang membaca anak terlihat diserbu pembacanya  pada jam pulang sekolah setiap harinya. Ini menunjukkan adanya budaya positif pada anak-anak yang haus membaca untuk menambah pengetahuannya. (her)  
Sumber Berita : http://www.radartegal.com/index.php/

0 komentar:

Posting Komentar