Senin, 05 Desember 2011

Penyerapan Modal KKPE Rendah

DINILAI masih rendah, penyerapan modal Program Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKPE) di Kabupaten Tegal. Padahal pinjaman modal bagi petani dari pemerintah pusat untuk Kabupaten Tegal, sebesar Rp 3 Miliar di tahun 2010 dan 2011. Namun serapan pada petani hanya sebesar Rp 1 Miliar. Kondisi tersebut diakibatkan oleh sejumlah faktor diantaranya rumitnya pengajuan pinjaman kepada pihak bank, dan banyak petani yang beranggapan bunga pinjaman dari Program KKPE dinilai cukup tinggi. Hal diungkapkan koordinator Konsorsium Melati Indonesia , Bahrun SH, kemarin. Diketahuinya, serapan pinjaman Program KPPE, saat dilakukan sosialisasi terkait KKPE oleh Bank Indonesia (BI) Cabang Tegal dan Dinas Tanbunhut Pemkab Tegal, belum lama.
Dikatakan Bahrun, saat sosialisasi di Balai Penyuluhan Pertanian Kramat, beberapa waktu lalu. serapan dana Program KKPE oleh petani Kabupaten Tegal hanya Rp 1 miliar. Padahal di tahun 2010 dan 2011, penggelontoran dana dari Pemerintah Pusat kepada Kabupaten Tegal mencapai Rp 3 Miliar. Padahal petani bisa memanfaatkan hingga keseluruhan dana itu terserap.
 Menurut dia, dana KKPE yang saat ini dikelola oleh Bank BRI di seluruh wilayah, di Kabupaten Tegal belum terserap maksimal. Memang pernah ada keluhan beberapa petani karena kesulitan untuk meminjam dana itu. Untuk itu, pihaknya akan berupaya menjembatani para petani agar modal itu bisa mudah didapatkan petani.  “Memang prosedur peminjaman modal dari program KPPE dirasa sangat rumit. Bahkan dikeluhkan sejumlah petani yang pernah meminjam, namun sampai kini belum terealisasi. Padahal, mereka mengajukan sejak tiga bulan lalu,” terang Bahrun yang juga anggota DPRD Kabupaten Tegal dari FPKS.
 Khusus untuk petani melati masih sangat membutuhkan bantuan modal untuk pengembangan usaha, dengan luasan wilayah yang mencukupi, dengan keterbatasan modal membuat lahan belum bisa tergarap maksimal. Padahal produksi setiap 1 hektar lahan membutuhkan modal sekitar Rp 20 juta. Jika program KKPE memang program kerakyatan, kata Bahrun, seharusnya bisa diakses lebih mudah.
 Kendala petani melati pantura, selain permodalan juga ada sejumlah kendala, diantaranya harga melati yang fluktuatif, juga kelembagaan kelompok tani yang masih lemah. Bahkan berkurangnya areal tanaman melati akibat abrasi pantai, tanaman berumur tua (tidak produktif) dan kemasan untuk packing ekspor tidak mencantumkan (country of origin) juga menjadi kendala. (gon)
Sumber Berita : http://www.radartegal.com/index.php/

0 komentar:

Posting Komentar