TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - "Batu ini dicetak dulu. Setelah kering ditata seperti ini (ditumpuk). Lalu dibakar. Saya bisa mengerjakan ini dari awal hingga akhir".
Itulah sepenggal kalimat yang dilontarkan Anas Urbaningrum tentang bagaimana cara membuat batu bata, mulai dari proses mencetak dari tanah liat hingga menumpuknya sedemikian rupa lalu dibakar hingga kering dan siap digunakan untuk bahan baku membuat rumah.
Anas menceritakan kisah nostalgia masa kecilnya itu dalam tayangan "Nostalgia" di Tv One semalam. Kisah nostalgia masa kecilnya dengan latar belakang kampung halamannya yang dipenuhi dengan semak belukar dan onggokan batu bata yang sudah dibakar.
Sebuah perkampungan di Blitar Jawa Timur yakni di Desa Ngaglik, Srengat. Anas, begitu pria inik disapa, sangat fasih menceritakan proses pembuatan batu bata. Dia melakukan pekerjaan itu ketika berada di bangku sekolah untuk membantu pemasukan pundi-pundi keuangan keluarga.
Pada sisi lain, Anas juga terlihat mengunjungi sekolah dasar (SD) tempatnya dulu bersekolah SDN Bendo No 1, Kecamatan Ponggok, Klabupaten Blitar, Jawa Timur. "Ini sekolah favorit di Ponggok, dibangun sejak zaman Belanda dulu," kata dia.
Kata Anas tak banyak yang berubah dari sekolah itu meski zaman berganti. Termasuk dua pohon Tanjung depan sekolah yang masih berdiri kokok, bangunan yang masih bagus, serta posisi tiang bendera yang tidak berubah. "Saya spesialisasi pengibar bendera waktu sekolah disini," ujarnya.
Dia juga menceritakan mengenai kenakalan masa kecilnya bersama kawan-kawannya. Di mana saat istirahat, mereka membuka laci guru dan menemukan daftar nilai murid kelas. Begitu ketahuan, gurunya memberi sanksi. "Pelakunya disuruh diatas meja dan dipikul pakai penggaris," kata Anas sambil menunjuk sebuah penggaris di ruang kelas. Yah itulah nostalgia masa kecil Anas Urbaningrum yang kini menjabat ketua umum Partai Demokrat itu.
Ketua umum partai politik terbesar di Indonesia ini yang belakangan menjadi sorotan publik selain Muhammad Nazaruddin, mantan orang kepercayaannya. Keduanya menjadi sorotan karena saling tuding terkait dalam kasus dugaan korupsi Wisma Atlet yang kabarnya menggunakan uang negara APBN.
Dikutip dari wikipedia, Anas Urbaningrum yang lahir 15 Juli 1969 itu terpilih jadi ketua umum Demokrat pada usia 40 tahun, menjadikannya salah seorang ketua partai termuda di Indonesia. Sebelumnya ia menjalankan tugas sebagai Ketua Bidang Politik dan Otonomi Daerah DPP Partai Demokrat dan Ketua Fraksi Demokrat di Dewan Perwakilan Rakyat RI.
Dia lahir di desa Ngaglik, Srengat, Blitar, Jawa Timur, Anas menempuh pendidikan dari SD hingga SMA di Kabupaten Blitar. Setelah lulus dari SMA, ia masuk ke Universitas Airlangga, Surabaya, melalui jalur Penelusuran Minat dan Kemampuan (PMDK) pada tahun 1987. Ketika kuliah di Airlangga inilah, Anas bergabung dengan HMI hingga menjadi ketua umum dalam kongres yang dilaksanakan di Yogyakarta tahun 1997.
Sumber Berita : http://www.tribunnews.com/2011/07/21/
Itulah sepenggal kalimat yang dilontarkan Anas Urbaningrum tentang bagaimana cara membuat batu bata, mulai dari proses mencetak dari tanah liat hingga menumpuknya sedemikian rupa lalu dibakar hingga kering dan siap digunakan untuk bahan baku membuat rumah.
Anas menceritakan kisah nostalgia masa kecilnya itu dalam tayangan "Nostalgia" di Tv One semalam. Kisah nostalgia masa kecilnya dengan latar belakang kampung halamannya yang dipenuhi dengan semak belukar dan onggokan batu bata yang sudah dibakar.
Sebuah perkampungan di Blitar Jawa Timur yakni di Desa Ngaglik, Srengat. Anas, begitu pria inik disapa, sangat fasih menceritakan proses pembuatan batu bata. Dia melakukan pekerjaan itu ketika berada di bangku sekolah untuk membantu pemasukan pundi-pundi keuangan keluarga.
Pada sisi lain, Anas juga terlihat mengunjungi sekolah dasar (SD) tempatnya dulu bersekolah SDN Bendo No 1, Kecamatan Ponggok, Klabupaten Blitar, Jawa Timur. "Ini sekolah favorit di Ponggok, dibangun sejak zaman Belanda dulu," kata dia.
Kata Anas tak banyak yang berubah dari sekolah itu meski zaman berganti. Termasuk dua pohon Tanjung depan sekolah yang masih berdiri kokok, bangunan yang masih bagus, serta posisi tiang bendera yang tidak berubah. "Saya spesialisasi pengibar bendera waktu sekolah disini," ujarnya.
Dia juga menceritakan mengenai kenakalan masa kecilnya bersama kawan-kawannya. Di mana saat istirahat, mereka membuka laci guru dan menemukan daftar nilai murid kelas. Begitu ketahuan, gurunya memberi sanksi. "Pelakunya disuruh diatas meja dan dipikul pakai penggaris," kata Anas sambil menunjuk sebuah penggaris di ruang kelas. Yah itulah nostalgia masa kecil Anas Urbaningrum yang kini menjabat ketua umum Partai Demokrat itu.
Ketua umum partai politik terbesar di Indonesia ini yang belakangan menjadi sorotan publik selain Muhammad Nazaruddin, mantan orang kepercayaannya. Keduanya menjadi sorotan karena saling tuding terkait dalam kasus dugaan korupsi Wisma Atlet yang kabarnya menggunakan uang negara APBN.
Dikutip dari wikipedia, Anas Urbaningrum yang lahir 15 Juli 1969 itu terpilih jadi ketua umum Demokrat pada usia 40 tahun, menjadikannya salah seorang ketua partai termuda di Indonesia. Sebelumnya ia menjalankan tugas sebagai Ketua Bidang Politik dan Otonomi Daerah DPP Partai Demokrat dan Ketua Fraksi Demokrat di Dewan Perwakilan Rakyat RI.
Dia lahir di desa Ngaglik, Srengat, Blitar, Jawa Timur, Anas menempuh pendidikan dari SD hingga SMA di Kabupaten Blitar. Setelah lulus dari SMA, ia masuk ke Universitas Airlangga, Surabaya, melalui jalur Penelusuran Minat dan Kemampuan (PMDK) pada tahun 1987. Ketika kuliah di Airlangga inilah, Anas bergabung dengan HMI hingga menjadi ketua umum dalam kongres yang dilaksanakan di Yogyakarta tahun 1997.
Sumber Berita : http://www.tribunnews.com/2011/07/21/
0 komentar:
Posting Komentar