Jumat, 29 Juli 2011

Tradisi Wiwit Syukur dan Kebersamaan Petani Giripeni

TRADISI wiwit untuk memulai panen padi saat ini sudah mulai jarang dilakukan  oleh para petani. Namun para petani di Desa Giripeni, Kecamatan Wates, Kulonprogo masih memelihara tradisi itu dengan menggelar wiwit bersama, Kamis (10/2).
Para petani berduyun-duyun datang ke sawah dan berkumpul di gubug tani yang menjadi tempat digelarnya wiwit bersama. Mereka datang dengan membawa aneka makanan, beberapa diantaranya berupa ingkung dan nasi tumpeng. Para petani di Dusun Dobangsan itu sedikit mengubah tradisi wiwit dari yang sudah dilakukan turun-temurun.
"Dulu dan sekarang ada bedanya. Kalau dulu petani membuat ingkung dan tumpeng dan dibawa ke sawahnya malam hari waktu sawah sepi, agar tidak dicuri orang. Kalau sekarang kita gelar bersama di siang hari, sekaligus bersedekah makanan bersama," kata Untung Suharjo, sekretaris kelompok tani setempat.
Wiwit bersama itu digelar satu kali setahun setiap akan dimulai panen pada masa tanam pertama. Penyelenggaraan wiwit secara bersama sudah dilakukan selama empat tahun ini. Dengan diselenggarakan bersama, tradisi itu sekaligus mejadi ajang silaturahmi para petani termasuk dengan perwakilan pemerintah yang turut diundang. Suasana kebersamaan yang tercipta pun begitu kental.
Dalam acara itu sekaligus dilakukan dzikir untuk mensyukuri hasil panen dan doa bersama agar panen yang akan datang lebih baik. "Berdoa bersama agar hasil panen bermanfaat dan panen berikutnya hasilnya lebih baik lagi," katanya.
Di lahan sawah seluas sekitar 41 hektar itu para petani kebanyakan menanam padi varietas Ciherang. Tapi ada juga padi varietas lainnya seperti Inpari 1 dan 2 serta Situgangga. Untung mengungkapkan, panen kali ini hasilnya lebih bagus dari panen sebelumnya. Walaupun pada awal masa tanam beberapa hama penyakit menyerang namun para petani berhasil mengatasinya. Beberapa hama itu diantaranya hama putih palsu, penggerek batang, dan hama kresek.
"Dari pengukuran ubinan, hasil panen kali ini rata-rata mencapai 11,3 ton per hektar. Sedangkan tahun lalu hanya 10,4 ton per hektar," ungkapnya.
Salah satu petani, Ngatijo mengaku senang dengan digelarnya wiwit secara bersama karena mereka bisa berkumpul dan mempererat kebersamaan. Dia pun setiap tahun selalu ikut dalam penyelenggaraan wiwit bersama sekaligus sebagai perwujudan rasa syukur kepada Tuhan dan berdoa agar panen bisa melimpah. "Alhamdulillah panen kali ini bisa bagus, lebih baik dari sebelumnya. Padahal dari kecil sudah ada hama tapi hasilnya bisa baik," imbuhnya.
(Panuju Triangga/CN27)
Sumber Berita : http://suaramerdeka.com/v1/10 Pebruari 2011

0 komentar:

Posting Komentar