Selasa, 10 Juli 2012

Menag : Jangan Anggap Pendidikan Agama Kelas Dua

Jakarta (ANTARA) - Menteri Agama Suryadharma Ali meminta umat Hindu agar tidak menganggap pasraman dan juga pendidikan agama sebagai pelaksana pendidikan "kelas dua" setelah bidang lainnya.
Pendidikan agama justru harus menjadi fondasi penyelenggaraan pendidikan pada umumnya, pinta Suryadharma Ali ketika membuka Jambore Nasional II Pasraman 2012 di Jakarta, Selasa malam.
Meski acara itu dibuka sudah larut malam, para peserta dan anak didik dari berbagai provinsi di Indonesia tetap antusias mengikutinya. Mereka nampak gembira menyambut kedatangan Menag di sebuah hotel. Nampak hadir Irjen Kemenag H.M. Suparta, Dirjen Bimas Islam Abdul Djamil dan Dirjen Bimas Hindu IB Yudha Triguna.
Ia mengakui memposisikan pendidikan agama setara dengan bidang lainnya bukanlah hal mudah. Sarat dengan tantangan teknologi. Karena itu peran pasraman diharapkan mampu menjalankan misinya, yaitu mencerdaskan generasi muda. Sebab, esensi pendidikan membangun manusia bertaqwa yang tercermin dalam kehidupan kesehariannya, bermoral baik.
Dengan moral atau karakter insan yang baik itulah, menurut Menag Suryadharma Ali, selanjutnya dapat dibangun masyarakat yang cerdas, terampil, punya nilai estetika. Dan berikutnya dapat mewujudkan masyarakat yang taat beragama, maju, mndiri, berakhlak mulia, toleran, rukun dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Tanpa bermaksud mempertentangkan pendidikan agama dinomorduakan dengan pendidikan lain, semestinya semua pihak herus berani melakukan oto kritik dengan keadaan sekitar, sehingga bisa bersikap proporsional, kata Suryadharma Ali.
Secara formal, lanjut dia, pemerintah telah mengisyaratkan bahwa nilai enam bidan studi agama mengakibatkan anak didik terancam tak naik kelas. Hal itu merupakan pelajaran agama mesti dianggap sebagai fondasi moralitas dari anak didik yang hendak dikembangkan. Anak didik ke depan diharapkan menjadi insan yang cerdas sekaligus relegius/bermoral.
Berbagi pengalaman

Di tempat terpisah, Dirjen Bimas Hindu Tri Guna mengatakan, acara ini merupakan media bagi umat siwa-siswi dari kalangan umat Hindu untuk meningkatkan persahabatan, saling tukar menukar pengalaman dan pengetahuan yang berasal dari berbagai daerah.
Pasraman berasal dari kata "asrama" (sering ditulis dan dibaca ashram) yang artinya tempat berlangsungnya proses belajar mengajar atau pendidikan. Pendidikan pasraman menekankan pada disiplin diri, mengembangkan akhlak mulia dan sifat-sifat yang rajin, suka bekerja keras, pengekangan hawa nafsu dan gemar untuk menolong orang lain.
Dalam konteks ini kegiatan pasraman dimaknai sebagai ajang kompetisi untuk meningkatkan pengetahuan, persaudaraan dan toleransi.
Tujuan dari kegiatan itu sebagai sarana untuk saling tukar menukar pengalaman para pelajar, mengingat umat Hindu yang tersebar di berbagai daerah memiliki latar belakang budaya dan pengalaman berbeda pula, katanya.
Untuk itulah, kata Triguna, pihaknya ingin merekatkan para pelajar dalam satu keluarga melalui kegiatan itu. Harapannya ke depan, mereka memiliki toleransi dan memiliki pengetahuan luas. Sekaligus pula dapat meningkatkan kreativitas. Tentu, ke depannya mereka akan menjadi insan beretika, bermoral dan berbudi luhur.
Selama kegiatan itu berlangsung akan dilakukan lomba mantram tri sandhya, kramaning sembah, yoga asanas. Termasuk cipta lagu kreasi keagamaan, pantun dan outbound, katanya. (tp)
Sumber Berita : http://id.berita.yahoo.com/menag-jangan-anggap-pendidikan-agama-kelas-dua-015825500.html

0 komentar:

Posting Komentar