PERANTAU yang kangen dengan kampung halaman, biasanya mencari makanan khas dari daerahnya. Dan, bagi penggemar tahu aci Tegal tak perlu repot memesan ke daerah asal. Sebab, pemasaran cemilan itu kini mulai merambah kota-kota besar, seperti Semarang, Bandung, dan Jakarta.
Ya, makanan berbahan dasar tahu kuning dan tepung tapioka tersebut tak hanya dijual dengan gerobak di pinggir jalan, tetapi masuk mal. Bahkan, pemasarannya juga dilakukan melalui internet.
Kasi Perdagangan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Tegal, Fani Dwiat Mohamad mengatakan, perkembangan penjualan tahu aci cukup pesat. Hal itu terlihat dengan banyaknya penjual tahu aci, di Tegal saja jumlahnya mencapai sekitar 1.000 pedagang. Mereka terdiri dari pedagang besar, sedang, dan kecil.
Untuk pedagang besar, rata-rata penjualannya mencapai 2. 000 tahu aci per hari, sedangkan pedagang sedang sekitar 1. 200 tahu aci per hari, pedagang kecil hanya ratusan tahu saja.
”Selain di Tegal, beberapa penjualan tahu aci mulai keluar daerah, seperti Semarang, Jakarta, dan Bandung. Mereka membuka kiosnya di mal atau swalayan,” jelasnya.
Dia mengatakan, meski merk dagangannya terkenal, namun hingga kini belum ada yang menerapkan sistem waralaba. Mereka lebih memilih membuka cabang yang dikelola oleh anak ataupun saudaranya.
”Tahu aci itu tahu biasa. Tapi yang membuat rasanya jadi luar biasa adalah adonan tepung yang ditempel pada tahu tersebut,” kata Banito (63) pedagang tahu aci di Jalan Kolonel Sugiono, Kota Tegal.
Penggorengan
Dia mengatakan, proses pembuatannya sederhana. Tahu dibelah menjadi dua. Sisi bekas potongannya ditempeli aci yang terbuat dari tepung tapioka bertabur potongan daun kucai. ”Bumbu untuk adonan aci itu terdiri dari bawang putih, lada, garam, penyedap rasa, dan daun kucai,” ujarnya.
Menurutnya, proses penggorengan tahu aci hanya membutuhkan waktu sekitar lima menit. Jika terlalu lama justru tidak baik, acinya menjadi keras dan tahunya gosong. ”Tahu aci juga dikenal dengan sebutan tahu slawi. Tapi warga Slawi jarang yang memproduksinya,” ungkapnya.
Tahu itu berbeda dengan produksi dari daerah lain. Sebab, dibuat di sentra pembuatan tahu di wilayah Kecamatan Adiweran, Kabupaten Tegal. Selain itu, produsen yang cukup besar adalah Tiga Roda milik Tju An Tin, di Desa Pekiringan, Kecamatan Talang. Produsen besar lainnya adalah Nata Jaya.
Banito mengungkapkan, salah satu toko yang terkenal menjajakan cemilan itu adalah Tahu Murni Putra Nata Jaya di Jalan AR Hakim, sebelah selatan Plaza Marina, Alun-alun Tegal.
Merek lainnya adalah Tahu Murni di Jalan Raya Adiwerna, Banjaran, Tahu Randu Alas Slawi Kulon, Tahu Subur di dekat pertigaan Sentral Banjaran. ”Jumlah produksi tahu aci dalam satu hari bisa mencapai ribuan buah,” jelasnya.
Harga tahu aci setiap pedagang berbeda-beda, berkisar antara Rp 500-Rp 800 per buah. Pedagang kaki lima biasanya menjual Rp 600 per tahu, sedangkan tahu aci dengan merek terkenal bisa mencapai Rp 800 per buah.
Pengelola toko tahu aci Nata Jaya, cabang Jalan Raya Dampyak, Kabupaten Tegal, Siti Julikha mengatakan, usahanya dari tahun ke tahun terus berkembang pesat. Perusahaan itu memiliki beberapa cabang di Kota dan Kabupaten Tegal. Tak hanya itu, Nata Jaya juga membuka cabang di Kota Bandung yang dikelola oleh putri pemilik Nata Jaya, Ibu Messih.
”Di Bandung, tahu aci dijual di swalayan dan mal. Sedangkan bahan bakunya tetap didatangkan dari Tegal. Hal itu dilakukan agar cita rasanya tetap sama dengan yang di Tegal, sebagai asal makanan tersebut,” jelasnya.
Dia mengatakan, pedagang tidak hanya menjual tahu siap santap, mereka juga melayani penjualan dalam bentuk mentah, atau belum digoreng. Selain itu, mereka juga menjual tahu plethok. ”Yakni tahu yang salah satu permukannya dibalut aci, kemudian digoreng kering.”
Dia mengatakan, pembeli yang datang ke tokonya berasal dari berbagai daerah, seperti Jakarta, Bandung, Cirebon, Semarang, Solo, dan Jawa Timur. ”Banyak yang membeli jajanan tersebut untuk dijadikan oleh-oleh,” jelasnya.
Gurihnya berjualan tahu aci itu dipastikan akan dirasakan para pedagang pada Lebaran mendatang. Sebab, biasanya pusat penjualan oleh-oleh khas Tegal itu diserbu pemudik yang akan kembali setelah pulang kampung. (71)
Sumber Berita : http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2011/08/07/155257/
0 komentar:
Posting Komentar