SLAWI - Keberadaan ratusan pengrajin anyaman bambu yang terpusat di sentra Desa Dukuh Salam Kecamatan Slawi, saat ini mendesak adanya tempat mempromosikan karya mereka. Implementasi riilnya, mereka berharap adanya semacam etalase khusus yang berada di tepian jalan utama agar keberadaan mereka terdeteksi peminat kerajinan anyaman bamboo. Sehingga, muaranya mereka bisa dengan amudah menjual hasil karya home industri tersebut.
Kades Dukuh Salam, Dedi Hastomo SP, menyatakan, pengrajin anyaman bambu di desanya memang pernah mendapat sentuhan pembinaan dari instansi terkait, dalam hal ini Dinas UKM , Koperasi, dan Pasar untuk pengembangan kerajian kap lampu dan hiasan dinding.
"Kami minta perhatian tersebut bisa ditingkatkan, khsususnya lewat gelar pelatihan dan pembinaan pemasaran bagi pengrajin. Jujur saja, selama ini pemasaran produk anyaman disini dilakukan secara tradisional dari mulut ke mulut. Hal ini, membuat jangkauan pasar baru sebatas Brebes dan Pemalang saja," ungkapnya, Rabu (4/4) kemarin.
Dia juga mengaku, memang wacana untuk mewujudkan etalase anyaman bambu itu sempat mencuat dan direspon. Dimana dari etalase di pinggir jalur utama Jalan Lingkar Kota Slawi (Jalingkos) yang melintasi Desa Dukuhsalam, para pengrajin bisa mengerjakan pembuatan anyaman dari 'ngirat' bambu hingga membentuk sebuah produk anyaman disana.
"Jujur saja, mereka selama ini mengerjakan produk anyaman bambu ini di dalam rumah. Ini bila dibiarkan, lambat laun akan mengganggu kesehatan keluarga pengrajin. Sempitnya lahan yang ada, membuat mereka mengerjakan kerajianan di dalam ruang tamu dan di sekitar halaman di tengah makin padatnya penduduk di pemukiman warga. Ini jelas mengganggu kenyamanan mereka," cetusnya.
Wacana untuk memaksimalkan lahan di sebelah Timur gedung serba guna dengan menempati tanah sisa lahan bengkok desa, diakuinya, tidak mudah begitu saja diwujudkan tanpa ada peran serta pihak terkait untuk mendukung pendirian etalase tersebut.
Diakuinya, ide ini sempat diusung dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) tingkat kecamatan. Namun, usulan tersebut dimentahkan ditingkat kabupaten. Dengan kalkulasi dana yang dibutuhkan sekitar Rp 80 juta, kini pihak pemerintah desa setempat berupaya mencari donatur agar etalase untuk menampung warganya yang sebagian besar hidup dari kerajinan ini bisa tetap berkarya untuk sandaran hidupnya. (her)
Sumber Berita : http://www.radartegal.com/index.php/Digagas-Etalase-Pengrajin-Anyaman-Bambu.html
0 komentar:
Posting Komentar