Selasa, 06 September 2011

Kesenian Kentrung Mulai Punah

PANGKAH - Salah satu kesenian tradisional asal Kabupaten Tegal, yakni Kentrung dirasakan sudah punah dari tiga puluh silam. Kentrung yang dimainkan oleh satu orang, dengan alat satu rebana yang ditabuh dengan diiringi nyanyian tegalan dirasakan sudah ditinggalkan dan tidak dilestarikan.
Hal ini menjadikan pecinta kesenian, Teguh Herdi S, yang juga sebagai ketua Dewan Kesenian Kabupaten Tegal (DKKT), mencoba memunculkan kembali melalui momentum silaturahim dan halal bihalal di lingkungan UPTD Dikpora Kecamatan Pangkah, Selasa (6/9).
Pihaknya mencoba mencari seorang pelaku kesenian tersebut, dan ternyata masih ada di Desa Kendal Serut, Kecamatan Pangkah, dengan pelaku seninya bernama ibu Egramana (58).
Menurut Teguh, dalam momentum halal bihalal sengaja memunculkan kesenian itu, dihadapan para tamu yang hadir. Hal ini dimaksudkan agar para tamu dapat mengingat kembali kesenian yang sudah lama pudar.  "Kesenian kentrung ini sudah lama tenggelam 30 tahun silam. Makanya ketika kami mencari dan menemukanya, pada momentum ini sengaja kami munculkan. Ini dimaksudkan agar dapat dilestarikan melalui momentum-momentum peringatan tertentu atau dalam momentum apapun, agar tidak hilang begitu saja," katanya di sela-sela acara silaturahim.
 Dikatakannya, sebenarnya banyak kesenian yaang ada di Kabupaten Tegal, yang sekarang ini dirasakan hilang. Walaupun kalau dicari dan digali pasti masih ada penerusnya. Namun kurang begitu dikenalkan kepada masyarakat.
"Ini menjadi taggung jawab kita bersama sebagai pecinta seni, agar kebudayaan atau kesenian tradisional milik Kabupaten Tegal tidak punah," ungkapnya.
Sementara, dalam penampilanNya, Egramana selain menabuh rebana juga menyanyi dengan syair tegalan yang isinya tentang mengundang orang untuk dapat menghadiri acara peringatan kawinan yang dilaksanakan oleh seseorang dan dia sebagai pengundangnya.  "Kentrung ini dimaskudkan untuk "uleman" atau mengundang masyarakat untuk menghadiri tasyakuran pada saat akan dilangsungkannya pernikahan," katanya.
Ia menyanyikan tiga buah lagu. Namun sebelumnya, Egramana ini menyampaikan sedikit tentang sejarah kentrung, bahwa kesenian kentrung ini merupakan petuah para wali untuk menebar kebaikan. Dalam syair-syair yang dinyanyikan, isinya merupakan petuah-petuah yang maknanya mengundang akan hal-hal yang baik.(fat)
Sumber Berita : http://www.radartegal.com/index.php

0 komentar:

Posting Komentar