Senin, 05 September 2011

Petani Melati Alih Profesi

SURADADI - Lebaran Idul Fitri 1432, banyak dimanfaatkan sebagian warga Pantura Kabupaten Tegal yang beralih profesi sebagai pedagang musiman. Seperti yang dilakukan oleh salah satu petani melati warga RT 02 RW 02 Desa Sidoharjo Kecamatan Suradadi, Dasuki (45).
Pria berambut putih ini, mengaku setiap Lebaran tiba, perkebunan melatinya rela ditinggalkan untuk sementara waktu. Dia lebih fokus dengan menjajakan dagangannya di kawasan SPBU Peleman sejak H-2 lalu. "Lumayan untuk tambahan penghasilan," kata bapak dari tiga anak ini, Jumat (2/9) siang saat ditemui di lapaknya.
Dia menguraikan, modal awal yang sudah dikeluarkan, sekira Rp 3 juta. Dan sejak dagangannya digelar Senin (29/8) lalu, dia sudah memperoleh untung yang lumayan besar. Diperkirakan, sehari mendapat omzet sebanyak Rp 400 - Rp 500 ribu. Dasuki mengaku berjualan di kawasan SPBU itu, tidak sendiri. Dia ditemani oleh sejumlah petani melati lainnya. Jenis dagangannya, tidak jauh beda. Dan untungnya, lapak yang dia tempati tidak dimintai retribusi oleh pemilik SPBU.
"Pemilik SPBU sudah mengijinkan. Dan kami digratiskan untuk berjualan di sini," kata Dasuki menambahkan.
Hal senada diungkapkan petani melati lainnya yang beralih profesi sebagai pedagang musiman, Jamroni (40). Menurutnya, berjualan di tempat SPBU tersebut, sangat menguntungkan dibanding berjualan di tepi jalan raya. Selain keselamatannya terjamin, pembelinya juga banyak.
"Sehari bisa mendapat untung antara Rp 200 - Rp 300 ribu," kata pria berkulit hitam ini.
Jamroni yang masih satu kampung dengan Dasuki mengaku, berjualan di situ non stop selama 24 jam. Bila malam tiba, lapaknya dijaga oleh kedua anak laki-lakinya yang sudah beranjak dewasa. Jenis dagangannya, tak jauh beda dengan Dasuki. Hanya sebagai tambahannya, dia menyediakan nasi bungkus.
"Ramainya kalau malam. Kalau siang agak sepi. Dan mayoritas, pemudik yang menggunakan kendaraan roda dua," terangnya.
HARGA MELATI MEROKET
Lebih jauh dia menjelaskan, harga melati dua hari sebelum Lebaran, berangsur naik. Yang tadinya hanya Rp 15 ribu perkilogram, kala itu menjadi Rp 70 ribu perkilogramnya. Namun demikian, saat ini harganya sudah mulai menurun. Harga sudah mulai normal kembali, setelah Lebaran usai.
"Kenaikan harga karena kebutuhan melati meningkat. Biasanya untuk nyekar di pemakaman saat Lebaran berlangsung," pungkasnya. (yer)
Sumber Berita : http://www.radartegal.com/index.php/

0 komentar:

Posting Komentar