Rabu, 16 November 2011

Seminar Kebangsaan GOW dan KNPI

SEKARANG ini semangat kebangsaan yang dimiliki anak-anak bangsa Indoensia telah mengalami krisis. Baik dari anak-anak sendiri sampai ke tingkat orang tua. Hal ini yang menjadikan Gerakan Organisasi Wanit (GOW) kerjasama dengan KNPI Kabupaten Tegal mengadakan Seminar Kebangsaan dalam rangka hari pahlawan dengan tema “Semangat Kebangsaan Membentuk Karakter Bangsa”, Rabu (16/11) di Aula Kantor GOW Kabupaten Tegal.
Seminar kebangsan yang dilakukan sehari tersebut, dihadiri dari berbagai organisasi khususnya perempuan dan beberapa tingkat kecamatan KNPI Kabupaten Tegal, dengan narasumber Penggagas Simphoni Kebangsaan, HM Marsinggih Marnadi yang memberikan materi Semangat Kebangsaan dilihat dari sisi sejarah, dan ketua MUI Kabupaten Tegal, KH Chumaidi ZA SH Mhum dengan materi Ajaran Al Akhlakul Karimah dan upaya memperbaiki perilaku masyarat.
Ketua GOW, Hajjah Nur Hasanah mengatakan, kegiatan seminar seperti ini biasa dilakukan oleh GOW dalam momentum-momentum tertentu. Sekarang ini dalam rangka momentum hari pahlawan. Pengambilan tema tersebut sengaja diambil lantaran saat ini memang karakter bangsa sedang mengalami krisis. Kiranya dengan seminar tersebut dapat menumbuhkan semangat baru bagi masayarakat Tegal untuk menumbuhkembangkan kebangsaan.  “Masyarakat harus memiliki semangat kebangsaan dan tidak hanya dimiliki indiviudalistik tapi masyarakat. Banyak juga seorang doktor atau TKI yang bekerja di luar negeri dan mereka lebih memilih kesana daripada harus membangun negerinya sendiri. Ini salah satu bukti semangat kebangsaan yang dimilikinya kurang karena lebih memilih materi,” katanya.
Kegiatan seperti ini, lanjut Hajjah Nur Hasanah, ingin membangkitkan kembali jatidiri yang dimiliki bangsa ini serta menjaga jatidiri atau karakter, agar tidak dihina oleh bangsa lain.
Wakil Ketua KNPI Kabupaten Tegal, Imam Maskur, sebelum membuka seminar banyak menyampaikan pokok-pokok pikiran membangun karakter bangsa. “Sudah saatnya generasi muda saat ini memantapkan dan mengaktualisasikan kembali nilai-nilai pacasila, untuk memandu jalanya kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dan memecahkan berbagai permasalahannya,” tegasnya.
Saat seminar, H Marsinggih Marnadi, mengawali materinya dengan menjelaskan persoalan karakter bangsa, atau jatidiri yang dirasakan sejak reformasi justru tidak ada bunyi-bunyian pancasila dan ini membuktikan pacasila sudah dimarginalkan. Ciri Jatidiri itu, lanjut Marsinggih, unsur-unsur pembentukannya ada empat macam, yakni sejarah mulai dari jaman Sriwijaya dan Majapahit, kebudayaan bangsa yang lebih dikenal dengan bangsa yang ramah, santun dan lainnya. Ketiga, suku bangsa yang kurang lebih ada 300 suku, dan ke empat agama yang tidak hanya satu agama (Beragam).
Diakhir materinya, ia menyampaikan bahwa pendidikan kebangsaan harus dilakukan sejak dini. Minimal setiap hari seorang siswa itu harus diberi pemahaman terhadap kebangsaan, seperti yang ada di Singapura, bahwa setiap pagi mereka memberi hormat kepada bendera. Sementara di Indoensia satu minggu satu kali saja jarang dilakukan. “Kebangsaan itu abstrak, yaitu keteladanan,” katanya.
Sementara, KH Chumaidi ZA, menjelaskan bahwa saat ini terasa adanya perubahan perilaku sebagian bangsa Indonesia dari bangsa yang dikenal gemar bergotongroyong menjadi egois dan individualis, dari ramah menjadi arogan. Karenanya, tibalah saatnya kembali kepada tuntunan agama tentang akhlakuk karimah. “Semua harus dilakukan yang dimulai dari diri kita sendiri,” ungkapnya. (fatur)
Sumber Berita : http://www.radartegal.com/index.php/

0 komentar:

Posting Komentar