Selasa, 01 Mei 2012

Kontraproduktif Implementasi Pendidikan Karakter

Semarang- Implementasi pendidikan karakter di sekolah hingga kini belum menemukan metoda yang tepat, sehingga hasilnya belum sesuai dengan tujuan awal.

Persoalan Bangsa Indonesia dapat dikatakan serius, terutama pada masalah moral dan spiritual. Pakar pendidikan moral Universitas Negeri Semarang (Unnes) Prof Dr Masrukhi MPd mengatakan, Indonesia merupakan bangsa yang luar biasa dengan penduduk terbanyak keempat di dunia. Namun, mengapa memiliki daya saing yang lemah dibandingkan bangsa lain? Hal ini karena lemahnya mental dan karakter masyarakat.
''Secara intelektual bangsa kita tidak kalah dengan negara lain. Buktinya, kader bangsa yakni para pelajar mampu bersaing dan berkompetisi di luar negeri hingga meraih prestasi,'' ungkap dia berkaitan dengan peringatan Hari Pendidikan Nasional.
Akan tetapi, mengapa belum terlihat kiprahnya dan selalu dianggap lemah oleh masyarakat dunia? Ya, ada beberapa indikator yang mengakibatkan hal itu terjadi. Masrukhi menjelaskan, indikator itu di antaranya kurang dan lemahnya masyarakat dalam bersungguh-sungguh, serius, bertanggung jawab, dan bersikap jujur.
''Jadi, betapa pun mereka pandai tapi empat indikator itu lemah, maka intelektual juga akan bisa rapuh,'' tutur Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan Unnes ini.

Memetik penuturan dari Budayawan Mochtar Lubis, lemahnya karakter bangsa ini bermula pada sifat hipokrit. Apa yang diucapkan tidak sama dengan yang dipikirkan dan dilakukan, sehingga tumbuh sifat mendua.

Karena itu, kalau sikap ini ada di tiap individu akan berbahaya, sebab tidak ada kepercayaan dari orang lain. Dan, jika dimiliki mereka yang duduk di pemerintahan, seperti pejabat atau anggota DPR/D, akan merapuhkan sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara.

''Sekarang ini saja kita bisa saksikan bagaimana perilaku anggota Dewan atau para pejabat yang tidak terpuji. Dan, itu akarnya pada sifat hipokrit tadi,'' ungkapnya.

Upaya Strategis

Menengahi itu dengan sangat simpatik pemerintah menggaungkan implementasi dan penerapan pendidikan karakter di berbagai institusi pendidikan mulai sekolah hingga perguruan tinggi. Tujuannya sebagai upaya strategis untuk membangun kembali karakter jiwa dan mentalitas bangsa, khususnya anak didik sebagai kader bangsa.

Kendati demikian, kata Masrukhi, pendidikan karakter menjadi tanggung jawab atau gerakan bersama semua pihak. Ketika di institusi pendidikan mencoba menerapkan pendidikan karakter dengan serius ke peserta didik,  kondisi masyarakat di luar sekolah atau perguruan tinggi cenderung terkooptasi oleh budaya materialisme, hedonisme, kapitalisme, dan sejenisnya, seperti halnya korupsi.

''Misalnya saja di kalangan atas melakukan korupsi, kolusi, dan nepotisme serta di kalangan bawah berbuat anarki atau tindakan tidak terpuji lainnya. Sama saja akan terjadi kontraproduktif dengan upaya implementasi pendidikan karakter ke peserta didik. Padahal, proses pembelajaran pendidikan karakter juga tidak tentatif. Artinya, apa yang ditanamkan saat ini hasilnya baru kelihatan beberapa tahun ke depan,'' ungkapnya.

Karena itu, untuk memperkuat daya saing Bangsa Indonesia di taraf global, harus ada upaya yang sinergis dengan penguatan pendidikan karakter.  Selain itu, hukum di negara ini juga harus ditegakkan dengan sebenar-benarnya dan yang melanggar harus diberi hukuman setimpal.  Lalu, perlu ada penyadaran masyarakat terhadap hukum dan norma-norma sebagai pelajaran tersendiri dalam konteks pendidikan karakter. (K3-37) (/)
Sumber Berita : http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2012/05/02/185121/Kontraproduktif-Implementasi-Pendidikan-Karakter

0 komentar:

Posting Komentar