Minggu, 11 Desember 2011

Muhammadiyah Bangsa Indonesia Alami Problem Kemandirian

Yogyakarta (ANTARA) - Bangsa Indonesia saat ini mengalami problem kemandirian yang menjadi kendala untuk mencapai kemajuan, kata Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir.
"Potensi Bangsa Indonesia, baik dari sumber daya manusia maupun sumber daya alam, lebih dari cukup, tetapi masalah kemandirian menjadi penghalang dalam melangkah mencapai kemajuan," katanya di Yogyakarta, Senin.
Menurut dia, semangat dan etos kemandirian yang tidak kuat dan belum menjadi budaya pokok melahirkan budaya instan dan realitas buatan yang mencetak generasi instan pula.
"Hal itu juga terlihat dari pemenuhan kebutuhan negara yang selalu mengandalkan impor," kata Haedar yang juga dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).
Ia mengatakan kondisi tersebut hanya bisa disikapi dengan pembangunan karakter utama untuk menciptakan kemandirian dan kemajuan bangsa.
"Berkaitan dengan hal itu, Muhammadiyah mengajak seluruh bangsa untuk membangun transformasi sosial baru dengan melakukan mobilisasi seluruh potensi bangsa yang meliputi perkuatan bidang pendidikan, ekonomi, sosial, dan budaya sebagai bagian infrastruktur baru," katanya.
Menurut dia, Muhammadiyah telah menunjukkan peran dalam membangun karakter utama bangsa. Salah satunya dengan melakukan revitalisasi di bidang pendidikan.
"Revitalisasi di bidang pendidikan yang mengintegrasikan ilmu dan agama akan membentuk generasi bangsa yang memiliki identitas kuat, kepribadian hebat, dan daya intelektual yang matang," katanya.
Ia mengatakan hal itu akan melahirkan insan-insan yang berbudi pekerti baik, mandiri, berkarakter, dan cerdas, sehingga ke depan diharapkan terwujud kemandirian dan kemajuan bangsa.
Dalam konteks itu, kata dia, Muhammadiyah telah memiliki 6.623 lembaga pendidikan anak usia dini (PAUD), 7.623 taman kanak-kanak (TK), 2.604 sekolah dasar (SD), 1.772 sekolah menengah pertama (SMP), 1.143 sekolah menengah atas (SMA), dan sekolah menengah kejuruan (SMK), dan 82 pesantren.
"Dengan kepemilikan tersebut, secara kuantitatif kami memiliki modal untuk mengembangkan pendidikan karakter sebagai pilar bangsa, yakni dengan semakin meningkatkan lembaga pendidikan Muhammadiyah menjadi lebih baik," kata Haedar.
Sumber Berita : http://id.berita.yahoo.com/

0 komentar:

Posting Komentar