Senin, 12 Desember 2011

Warga Wadasgumantung Terisolisasi

BUMIAYU- Lebih kurang 700 warga dari 200 keluarga di Dukuh Wadasgumantung Desa Kutamendala Kecamatan Tonjong, Brebes, terisolasi.

Tiap hari mereka harus menyeberangi sungai untuk beraktivitas ke luar dukuh. Kondisi serupa juga dialami para pelajar di dukuh tersebut. Agar tidak basah, mereka harus melepas sepatu dan seragam ketika hendak menyeberang sungai. Tidak ada rakit atau perahu yang mengantar mereka menuju ke seberang. Kondisi tersebut sudah berlangsung selama satu pekan, tepatnya sejak Jembatan Wadasgumantung putus, Sabtu (3/12) lalu.

Jembatan yang membentang sepanjang 80 meter di atas aliran Sungai Glagah itu menjadi urat nadi transportasi warga. ”Sejak rusak akibat diterjang banjir, jembatan belum diperbaiki. Kami ingin ada pera­hu atau sarana lain untuk memudah­kan warga beraktivitas,” kata Mar­ha­nah, sa­lah seorang warga Dukuh Wadasgumantung.

Dia setiap hari beraktivitas ke pasar yang berada di luar Wadasgumantung. ”Untuk menyeberangi sungai, saya harus dibantu oleh orang lain. Saya kan harus bawa dagangan, kalau bawa sendiri susah. Tapi yang lebih kasihan adalah para pelajar,” imbuhnya.

Menurut dia, di dukuhnya terdapat fasilitas pendidikan dasar yakni SDN Kutamendala 04. Sebagian siswa dan guru berasal dari luar dusunnya. Tidak jarang, saat arus sungai besar banyak siswa dari luar dukuh tidak datang ke sekolah.
Informasi diperoleh, jembatan gantung Wadasgumantung dibangun tahun 2004 melalui program pengembangan kecamatan (PPK). Putusnya jembatan ini merupakan kali ketiga setelah peristiwa yang sama pada 2009 dan 2010. Banyak dugaan mengapa jembatan berulang-kali putus, di antaranya lokasinya yang tepat berada di pertemuan sungai Pedes dan Glagah dan aktivitas galian C yang dilakukan sekitar 200 meter dari hilir jembatan.

”Ini memang kali ketiga jembatan rusak dan tidak bisa dilewati pejalan kaki maupun sepeda motor,” kata Kadus Gardu, Waryono. Dia menambahkan, kondisi infrastruktur di Dukuh Wadasgumantung memang masih memprihatinkan. Selain jembatan, fasilitas jalan juga rusak. ”Butuh sentuhan pembangunan, selain infrastruktur jembatan, jalan dan penerangan (listrik) juga perlu diba­ngun,” kata dia.

Sudah Diimbau

Camat Tonjong Drs Hudiyono MSi mengemukakan, aktivitas galian C berpengaruh terhadap kondisi jembatan. ”Galian C menyebabkan sungai semakin lebar dan arusnya juga semakin deras,” kata dia. Pihaknya sudah lama mengimbau kepada para penambang agar aktivitasnya tidak berdekatan dengan fondasi jembatan, paling tidak 500 meter dari hulu dan hilir jembatan. ”Tapi dengan alasan perut, penambang tetap menjalankan aktivitasnya,” ungkap dia.
Pihaknya mengaku dapat memahami kesulitan warga akibat putusnya jembatan. Berdasarkan koordinasi dengan Kantor Kesbangpolinmas, saat ini tengah dicari solusi baik lokasi maupun konstruksi yang tepat pembangunan jembatan darurat.

Untuk keperluan itu pihaknya sudah berkoordinasi dengan Dinas Pengairan Energi Sumber Daya Mineral dan Dinas PU dan Tata Ruang untuk menyusun desain maupun RAB jembatan darurat. ”Ini diperlukan agar jembatan darurat yang dibangun tidak sia-sia,” katanya. (H51-74)
Sumber Berita : http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2011/12/12/169561/

0 komentar:

Posting Komentar