Rabu, 25 April 2012

Puluhan Petani Protes

SURADADI – Puluhan petani di Desa Harjasari Kecamatan Suradadi protes. Mereka mempertanyakan aliran dana bantuan untuk Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan). Pasalnya, setiap ada kucuran bantuan dari pemerintah, tidak pernah dibagikan secara merata.
Petani menilai, bantuan hanya dikuasakan kepada kelompok tani tertentu dengan persetujuan ketua Gapoktan setempat.
"Terutama bantuan berupa benih dan pupuk, pembagiannya tidak pernah merata. Hanya beberapa kelompok tani yang hubungannya dekat dengan pengurus yang mendapatkan bantuan tersebut," cetus Ramlas (40), salah satu petani asal Desa Harjasari.
Protes puluhan petani ini terjadi saat Gapoktan Sari Makmur Desa Harjosari menyelenggarakan reshuffle kelompok tani (Poktan) yang tidak aktif. Reshuffle itu sendiri dilaksanakan di pendopo balai desa setempat, Rabu (25/4) pagi. Pada kesempatan itu, dihadiri pula Kepala UPTD Tanbunhut Suradadi Kusmujo, Kepala Desa Harjasari Waji, Ketua P3A Harjosari Kartono, Ketua BPD Subaedi, Petugas penyuluh lapangan Burhan, dan puluhan petani yang tergabung dalam Poktan.
Ramlas melanjutkan, setiap Gapoktan mendapat bantuan dari pemerintah, pengurus tersebut tidak pernah memberikan sosialisasi kepada petani. Disinyalir, bantuan hanya untuk keluarganya sendiri.
"Petani yang lemah, justru diabaikan. Apalagi yang tidak hadir, pasti ditinggalkan," ungkapnya lantang.
Ketua Poktan Mitra Sari, Harjono, menuturkan hal senada. Sejauh ini, baik bantuan berupa fisik maupun non fisik, pihaknya sama sekali tak pernah diberi kabar. Kendati pernah hadir dalam acara sosialisasi pemberian bantuan, tapi pihaknya tidak pernah mendapatkan bagian. Lagi-lagi, bantuan itu hanya dikuasakan kepada orang-orang terdekat pengurus Gapoktan.
"Dari 16 Poktan yang ada di Desa Harjosari ini, hanya 9 Poktan yang sering mendapat bantuan. Lainnya seringkali diabaikan, termasuk kelompok kami," keluhnya.
Petani lainnya, Idris, yang merupakan petugas ulu-ulu di desa setempat, juga menduga bahwa bantuan dari pemerintah tahun 2010 berupa pompa air atau mesin diesel, telah dijual oleh oknum Gapoktan. Pompa air tidak difungsikan sebagaimana mestinya. Petani juga tidak diberi tahu bahwa ada bantuan pompa air dari pemerintah.
"Tapi itu (penjualan pompa air, Red) baru isu, nanti akan saya selidiki lagi," imbuhnya.
Ketua Gapoktan Sari Makmur, Kosim, yang hadir pada kesempatan itu, membantah segala tuduhan tersebut. Dia mengaku, semua bantuan yang diterimanya sudah disampaikan ke seluruh Poktan yang dinaunginya. Baik bantuan benih maupun pupuk, semuanya sudah dibagikan. Bahkan sebelum pembagian, pihaknya lebih dulu memberikan sosialisasi yang dihadiri semua pengurus dan anggota Gapoktan. "Kami bagikan sesuai prosedur," kilahnya.
Lebih jauh dia mengakui, bantuan berupa pompa air tidak dijual. Mesin penyedot air tersebut masih utuh di rumahnya. Mesin tidak rusak dan belum digunakan karena pasokan air masih terpenuhi. Sedangkan mesin traktor, kondisinya sudah rusak sehingga tidak bisa digunakan semestinya.
"Traktor masih di rumah. Kami tidak pernah memakainya karena rusak," kata dia mengakui.
Kepala UPTD Tanbunhut Suradadi, Kusmujo, menyatakan, segala bantuan yang datang dari pemerintah harus dibagikan ke petani secara merata. Selain itu, dia berharap kepada petani, apabila ada acara sosialisasi bantuan maka petani wajib hadir. Karena acara tersebut sangat bermanfaat bagi petani. Terutama yang membutuhkan bantuan.
"Petani harus kooperatif ketika ada sosialisasi baik dari dinas maupun dari Gapoktan. Jangan menunggu mendapat panggilan," pungkasnya. (yer)
Sumber Berita : http://www.radartegal.com/index.php/Puluhan-Petani-Protes.html

0 komentar:

Posting Komentar