AWAL Juni lalu, publik Jateng dikejutkan oleh teror boneka berlumur darah serta karangan bunga duka cita yang dikirimkan ke rumah dinas Wakil Gubernur Jateng Rustriningsih.
Tiga boneka berlumur darah itu mengenakan kalung yang masing-masing bertuliskan nama ketiga anaknya, Muhammad Alif Daneswara (5), Shabira Hemalianingsih (3), dan Muhammad Nafi Bhagaswara (13 bulan) .
Setelah kejadian itu, Rustri mendapat empati dan dukungan moral dari berbagai kalangan. Namun ada pula yang menilai, teror itu merupakan upaya pihak Rustri untuk mengangkat lagi pamornya yang mulai meredup.
Bagaimana Bupati Kebumen periode 200-2005 dan 2005-2008 tersebut menjalani kehidupannya pascateror tersebut?
”Kalau teror dalam bentuk lain, hal-hal berbau magis, kami sudah sering mengalami. Tapi kalau teror boneka berdarah dan karangan bunga, baru kali ini. Cukup sekali sajalah, jangan sampai terulang,” tutur Rustri. Sejak awal, istri Soni Noorjatno itu sudah memprediksi dampak yang akan terjadi dari aksi teror tersebut. Mendapat simpati, pasti. Namun menerima cercaan pun sangat mungkin diterimanya.
”Separuh hidup saya di dunia politik, jadi saya sudah bisa membaca apa yang bakal terjadi dari sisi politis. Karena itulah, sejak awal kami telah memperhitungkan perlu atau tidaknya teror itu diketahui orang lain,” terang wanita kelahiran Kebumen 3 Juli 1967 itu.
Yang menarik, paket teror itu dikirim dengan alamat Soni Achmad, bukan Soni Noorjatno. Soni Noorjatno adalah suami Rustri. Nama Soni Achmad juga Soni Noorjatno, namun hanya dikenal di kalangan warga Kebumen. Hingga kini, Rustri belum habis pikir dengan teror yang dialaminya. Dari sisi politik, dia mengaku kecil kemungkinannya karena setelah menjabat wakil gubernur, karier politiknya malah meredup dan dia pun seolah terpinggirkan dari partainya sendiri, PDIP.
Mantan Ketua DPC PDIP Kebumen itu tak masuk dalam jabatan struktural DPD PDIP Jateng. Begitu pun dari sisi kedinasan. Menurutnya, hampir tidak ada konflik kepentingan apa pun. Sejak menjabat sebagai Wagub pada 2008, dia mengaku hanya bertugas membantu gubernur dan tidak terlibat pada pengambilan keputusan yang sifatnya strategis.
Saat ditanya apakah teror itu ada hubungannya dengan jabatan barunya selaku ketua ormas Nasional Demokrat (Nasdem) Jateng, Rustri pun mengelak. ”Bisa saja memang teror itu dari berbagai hal, baik itu politis maupun menyangkut pekerjaan. Namun saat ini semua saya serahkan ke pihak kepolisian agar diusut tuntas. Kalau pelakunya tertangkap, kan semua akhirnya bisa terbongkar,” tandas alumnus Magister Administrasi Publik UGM itu.
Ia mengaku, dalam dunia politik mendongkrak popularitas memang sangat penting dan ada kalanya mesti dilakukan. Namun bila upaya mendongkrak itu dilakukan dengan cara teror seperti itu, dia menampik.
’’Kami menyadari, kalau berbicara banyak dikira mencari perhatian, tetapi di sisi lain kami terus mendapat telepon mengabarkan perkembangan (teror) ini.’’
Ada cerita lain setelah kejadian teror boneka dan karangan bunga. Beberapa hari setelah kejadian itu, anak keduanya, Shabira, seperti terganggu. Susah tidur dan merasa takut berada di kamar. Yang lebih mengejutkan, setelah beberapa saudara berdzikir di rumah dinas, dari tengkuk Shabira muncul ’’luwing’’ atau kaki seribu. Spontan, luwing itu langsung disingkirkan.
’’Sampai sekarang, binatang itu tersimpan,’’ ungkap Soni, suami Rusti yang kemarin ikut menemani dalam wawancara ini.
Munculnya binatang itu memang sangat mengherankan di mata Rustri yang tidak percaya dengan hal-hal berbau magis. Rumah dinas itu tidak lembab dan semua pintu tertutup rapat. Asal binatang berbuku-buku (anthropoda) itu biasanya dari tanah berlembab. Tentang Pilgub Jateng 2013, dia menyatakan ingin konsentrasi di sisa masa jabatannya yang masih dua tahun. Dia tidak ingin berspekulasi untuk maju atau tidak.
Karena sudah ”tidak berpolitik”, dia saat ini hanya fokus pada pekerjaannya. Selain urusan kedinasan, Rustri mengaku kerap mengisi waktu luangnya untuk berbagai kegiatan sosial. (Saptono JS, Agus Toto W-43)
Sumber Berita : http://suaramerdeka.com/20 Juni 2011
0 komentar:
Posting Komentar