KEBERADAAN Pengemis Gelandangan dan Orang Telantar (PGOT) kerap meresahkan masyarakat. Karena ITU, guna membersihkan wajah kota dan menindaklanjuti aduan warga, Pemerintah Kota (Pemkot) Tegal menggelar razia,
Jumat (17/6) kemarin. Dalam kegiatan itu, tim gabungan yang di-leading sektori Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans), berhasil menjaring 34 orang PGOT. Setelah dilakukan pendataan, para PGOT dikirim ke Balai Rehab Sosial Samekto Karti Comal hari itu juga.
Kabid Rehabilitasi dan Bantuan Sosial Dinsosnakertrans, Irkar Yuswan mengatakan, dari 34 orang yang terjaring razia, 3 di antaranya psikotik alias orang gila. Selain itu dari total orang yang terjaring, diketahui 18 PGOT berusia 60 hingga 95 tahun alias lansia. Kemudian dua orang anak di bawah umur dengan usia 1 dan 7 tahun. Sementara sisanya 14 orang usia dewasa mulai umur 18 hingga 58 tahun. "Mereka akan dibina di Balai Rehab Samektokarti. Untuk yang jompo dimasukkan panti jompo di Jateng," ujarnya usai razia.
Menurut Irkar, razia PGOT merupakan kegiatan kali keempat di tahun 2011 yang digelar Dinsosnakertrans. Sebelumnya April lalu, kegiatan sama dilakukan dan berhasil menjaring 39 orang PGOT. Razia dimulai pukul 09.00 sampai selesai. Tim yang terdiri dari Satpol PP, Polres Tegal Kota, Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo) serta Dinsosnakertrans dibagi menjadi dua, yakni tim A dan B.
Untuk Tim A menyisir mulai dari terminal bus, Jalan Kolonel Sugiono, Jl Kapten Ismail, Jl DI Panjaitan, dan Jalan Veteran. Diteruskan ke Kantor Pos, Jalan Gajah Mada, Jl Kapten Sudibyo serta Jl KS Tubun. Sementara Tim B menjaring di Jalan Diponegoro, Jl A Yani, dan Pasar Pagi. Kemudian Jalan Setia Budi, Gudang Barang, stasiun, Alun-alun, Jalan Kartini, Jl Sumbodro, serta Jl AR Hakim.
Seorang PGOT yang terjaring, Kadir warga Pangkah Kabupaten Tegal mengatakan, mengemis memang menjadi profesianya. Biasanya mangkal di Terminal Bus Kota Tegal. "Tadi saya berangkat kesiangan. Sampai lokasi jam 09.00. Baru saja mulai beraksi Satpol PP datang dan membawa saya. Jadi baru mendapat Rp2.000 perak," ucap orang yang tidak bisa berjalan dengan sempurna itu.
Dia menyampaikan, pekerjaan mengemis dilakoninya untuk memenuhi kebutuhan keluarga, yaitu dua orang putri dan istrinya. "Saya terpaksa mengemis. Karena Tuhan telah menganugrahi saya cacat sejak didalam kandungan. Jadi hanya ini yang bisa saya lakukan untuk memenuhi kebutuhan keluarga," akunya. (adi)
Sumber Berita : Radar Tegal, 17 Juni 2011
0 komentar:
Posting Komentar