Sabtu, 03 September 2011

Dari Kunjungi Kerabat hingga Nonton Takbiran di Semarang

Rajih Susanto membawa keluarga mudik ke Grobogan dengan memakai bajaj. Dia menggunakannya sebagai bentuk kebanggaan.
TUKANG ojek dan pedagang di sekitar bundaran perempatan Gubug, Grobogan, sejak Minggu (28/8) lalu menemukan pemandangan yang berbeda. Di daerah yang sehari-hari ramai karena merupakan persimpangan jalur Purwodadi-Semarang dan Purwodadi-Salatiga itu muncul kendaraan yang ”semestinya” hanya ada di Jakarta, bajaj.
Beroda tiga, berwarna oranye, bersuara berisik, meluncur ribut dengan asap mengepul dari knalpot. Moncong unik kendaraan asal India itu jelas yang paling menarik perhatian.  
”Saya terbiasa melihatnya di televisi. Maklum, seumur-umur baru dua kali ke Jakarta. Menarik juga lihat bajaj nongkrong disini. Tidak hanya saya, banyak penumpang bus yang melongok keluar jendela hanya untuk melihat bajaj itu,” kata Yusuf, tukang ojek yang biasa mangkal di sebelah utara bundaran Gubug.
Bajaj itu milik Rajih, pria berusia 46 tahun warga RT 02 RW 04 Dusun Kwaron, Desa Kwaron, Kecamatan Gubug, Grobogan.
Sehari-hari kendaraan tersebut digunakan mencari nafkah di ibu kota. Lebaran kali ini sengaja dibawa mudik sebagai alat transportasi ke kampung halaman.
”Sudah tiga kali ini saya pulang ke kampung naik bajaj. Capai sih pasti, tapi lebih cepat daripada naik mobil pribadi atau bus umum. Sudah biasa siat-siut di antara kemacetan Jakarta,  jadi tidak kaget dengan kemacetan arus mudik. Padahal kecepatan selama perjalanan hanya sekitar 60 km/jam,” ujar suami dari Siti Ikromah (42) ini.
Berasal dari Tegal, Rajih memperistri Ikromah yang asli Gubug. Keduanya merantau ke Jakarta pada 1980. Di ibu kota, dia langsung mencari nafkah dengan menjadi sopir bajaj.
”Selain ngompreng sendiri, saya juga menyewakan 12 bajaj. Sehari-hari dari tiap bajaj tersebut menghasilkan setoran Rp 41.000,” terang Rajih.
Jika dihitung, penghasilan Rajih dari menyewakan bajaj per hari mencapai hampir Rp 500 ribu. Jumlah itu masih belum termasuk pendapatannya sendiri dari mencari penumpang. Setiap bulan, pemasukan bagi Rajih yang tinggal di Kelurahan Angke, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat, itu mencapai lebih dari Rp 10 juta.

Biayai Kuliah
Dengan penghasilan sebesar itu, keluarga Rajih jelas bisa mudik dengan moda transportasi yang jauh lebih baik. Namun, mereka memang sengaja naik bajaj. Tujuannya, untuk memperlihatkan kepada tetangga dan kerabat bahwa kendaraan yang dipandang remeh itu tidak ”serendah” yang dibayangkan.
Rajih, seperti juga istrinya, memang tidak merasa malu. Dia justru bangga mengendarai kendaraan bermesin Vespa itu saat bersilaturahim mengunjungi kerabat.
Berkat bajaj, dia mampu membangun rumah yang terbilang mewah di kampung. Hasil dari bajaj pula yang digunakan untuk membiayai dua anaknya kuliah di perguruan tinggi swasta di Jakarta.
Bajaj bernopol B 1326 ER itu selalu dipakai berjalan-jalan di kampung. Bahkan dibawa sampai ke Semarang bersama keluarga untuk menonton takbiran di Kota Atlas.
”Setiap malam anak saya juga memakainya nongkrong di bundaran Gubug. Banyak yang menyanjung, tak sedikit yang berfoto di atas bajaj. Bensinnya irit, dari Jakarta sampai Gubug menghabiskan sekitar 20 liter,” tutur Rajih didampingi  adik iparnya, Sutarto.
Selama perjalanan mudik, Rajih tidak pernah ditilang polisi. Dia memang pernah dihampiri polisi lalu lintas saat berhenti di sebuah lampu merah di dalam kota Kendal.
Rajih mengira petugas tersebut hendak menilangnya. Ternyata polisi tersebut mengungkapkan kepada Rajih dan si bajaj.
Sebagai ”bekal”dalam perjalanan, baik saat mudik maupun balik, Rajih membawa sejumlah suku cadang. Di antaranya as roda depan belakang, lakher, busi, dan oli samping. ”Kalau rusak di jalan, onderdil bajaj susah dicari. Urusan montir bajaj, saya termasuk ahli. Bajaj ini saya rawat seperti anak sendiri karena sudah memberi penghidupan bagi saya dan keluarga,” jelas Rajih yang berencana balik ke Jakarta pada H+7 Lebaran. (65)
Sumber Berita : http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2011/09/03/157860/

0 komentar:

Posting Komentar