Minggu, 11 September 2011

Sukun The Breadfruit

BREADFRUIT atau buah roti adalah julukan  untuk buah sukun (Artocarpus communis). Konon bermula dari Fernando de Magallanes, seorang pelaut Purtugis yang berlayar atas nama Spanyol memimpin ekspedisi dari Eropa ke Asia, ketika dalam pelayaran di Samudera Pasifik, mereka kehabisan bekal gandum.

Di kepulauan New Guinea Pasifik mereka menemukan buah bundar dan mencoba memanggang buah tersebut. Setelah dimakan, ternyata rasanya seperti roti. Jadilah buah itu disebut breadfruit. Karena kisah itu, tanaman tersebut dipercaya berasal dari kepulauan Pasifik dan masuk ke Indonesia melalui orang-orang Spanyol dan Portugis.
Tetapi dalam buku History of Indian Archipalago disebut bahwa buah tersebut ditemukan oleh orang Jepang di Kepulauan Maluku, kemudian menyebar ke Jawa dan Malaysia bagian barat hingga ke kepulauan Pasifik. Tidak heran bila sukun dianggap tanaman asli Indonesia.
Adanya berbagai nama daerah memang menunjukkan bahwa sukun dikenal luas oleh masyarakat kita. Misalnya orang Ambon menyebut suunu, kamandi (Papua), karara (Bima, Sumba, Flores), sakon (Aceh), suku (Nias), amu (Gorontalo), sukun (Jawa, Sunda), kundo (Alor), dan lain-lain.
Nah, bila Anda disuruh mencicipi sepotong sukun goreng dan sepotong singkong goreng, lalu diminta menilai lebih enak mana, sukun atau singkong, kalau mau jujur tentu Anda akan bilang sukun. Tetapi  apakah Anda lebih suka sukun atau singkong, memang seleralah yang lebih  berbicara.
Sukun tentu saja sangat potensial sebagai bahan pangan yang menjadi sumber karbohidrat. Satu buah sukun memiliki bobot sekitar 1,5 kg. Kandungan karbohidratnya sekitar 27%. Dari satu buah sukun dengan bobot daging 1,35 kg dapat diperoleh karbohidrat 365 gram. Dengan demikian, sebagai pengganti beras, satu buah sukun bisa dikonsumsi oleh 3-4 orang.
Sukun kaya dengan zat-zat gizi, seperti karbohidrat, protein, lemak, dan vitamin yang cukup tinggi. Setiap 100 g buah sukun mengandung  karbohidrat  27,12 g, kalsium 17 mg, vitamin C 29 mg, vitamin B2 17 mg, kalium  490 mg dan nilai energi 108 kalori. Dibandingkan dengan beras, buah sukun mengandung mineral dan vitamin lebih lengkap tetapi nilai kalorinya rendah, sehingga dapat digunakan  untuk makanan diet rendah kalori.
Buah sukun juga merupakan bahan pangan yang mempunyai indeks glikemik (IG) yang rendah sehingga dapat berperan membantu mengendalikan kadar gula darah pada tingkat yang aman. Komponen bioaktif buah-buahan yang diduga mempunyai aktivitas hipoglikemik antara lain: alkaloid, glikosida, galaktomanan, polisakarida, peptidoglikan, glikopeptida, terpenoid, asam-asam amino, dan ion anorganik (Jachak 2002; Grover, dkk 2002).

Diversifikasi Pangan
Sejak kecil kita sudah terbiasa makan nasi. Akhirnya terbentuk kebiasaan makan atau pola makan (food habit) yang terdiri dari bahan pangan pokok beras. Kebiasaan yang dilakukan berulang-ulang membentuk pola perilaku makan yang disebut budaya makan. itulah sebabnya, kita kalau belum makan nasi masih saja merasa lapar.  Kalau pun sudah menikmati berbagai jenis makanan penghasil karbohidrat yang memberi rasa kenyang, tetapi setelah beberapa saat seseorang sudah merasa lapar lagi. Inilah yang melahirkan anekdot, ''perut kita kalau belum kemasukan nasi tetap saja merasa belum makan''.
Makanan pokok yang terlalu bertitik berat pada nasi, tentu bermasalah dalam jangka panjang. Sekarang konsumsi beras per kapita per tahun orang Indonesia sudah mencapai 139 kg. Ini yang tertinggi di dunia. Rata-rata konsumsi beras dunia hanya 60 kg per kapita per tahun. Malaysia 80 kg, Thailand 70 kg, Jepang 60 kg per kapita per tahun. Negara kita pun menjadi pengimpor beras terbesar di dunia.
Beras tentu tetap menjadi makanan pokok. Tetapi konsumsinya bisa diturunkan dengan melakukan diversifikasi pangan. Salah satu harapannya  adalah sukun. Satu pohon sukun dapat menghasilkan buah 50-150 buah. Dalam setahun, sukun dapat dipanen dua kali yaitu bulan Januari-Februari dan Juli-September. Berarti dalam 1 tahun setiap pohon sukun dapat menghasilkan 100-300 buah. Satu buah sukun dapat menghasilkan karbohidrat 365 gram, sehingga satu pohon dengan produksi 100-300 buah per tahun, dapat menyumbangkan karbohidrat 365.000 gram (36,5 kg) - 109.500 (109,5 kg). 
Untuk kepentingan diversifikasi, beras dapat digantikan sukun atau sebagai makanan pendamping nasi (beras). Sukun dapat diolah menjadi aneka makanan camilan, seperti goreng sukun atau keripik sukun. Sebagai lauk, dapat dibuat pergedel sukun atau disayur menjadi gulai sukun. Dapat juga diolah menjadi kolak sukun atau minuman jus sukun.
Penghijauan
Sukun dapat tumbuh pada berbagai variasi agroklimat, mulai dari dataran rendah di tepi pantai sampai pegunungan, dari daerah semiarid, seperti NTT, sampai daerah yang bercurah hujan tinggi. Tanah juga bukan masalah, bisa berpasir, tanah liat, vulkanis, berbatu atau lahan gambut, asalkan mendapatkan sinar matahari yang banyak.
Forest Watch Indonesia dalam buku Potret Keadaan Hutan Indonesia (2001) mengungkapkan hutan yang gundul di Sumatera  3,2 juta hektare, Kalimantan 4,3 juta hektare, Sulawesi 203 ribu hektare, Nusa Tenggara 74 ribu hektare, Papu 1,1 juta hektare dan Maluku 101 ribu hektare.  Lahan-lahan gundul itu bisa dihijaukan dengan sukun.
Daun sukun yang lebar memiliki kemampuan melindungi tanah dari hantaman langsung air hujan. Daunnya mudah hancur menjadi humus yang memperbaiki lapisan tanah.  Sukun dapat dipanen setelah berusia 4-6 tahun.
Sukun tentu saja memiliki potensi ekonomi yang lebih luas bila dikembangkan sebagai tanaman penghijauan. Bukan untuk diambil kayunya tetapi buahnya. Justru di situ kelebihannya, karena pohonnya tetap ada selama bertahun-tahun.
Anggaran rehabilitasi lahan kritis dapat diarahkan untuk tanaman sukun. Setelah itu sekaligus dikembangkan industri pengolahan tepung sukun. Bayangkan berapa juta ton tepung sukun dari jutaan hektare lahan kritis yang dihijaukan dengan sukun. Jutaan lapangan kerja baru tersedia. Impor beras berkurang, devisa miliaran rupiah dihemat. Lingkungan pun diselamatkan. (24)
-Norbertus Kaleka, pemerhati lingkungan
Sumber Berita http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2011/09/07/158279/Sukun-The-Breadfruit

0 komentar:

Posting Komentar